21

64 6 0
                                        

Revan berjalan menuruni tangga dengan tasnya berada di sebelah pundaknya, matanya melirik kesana-kemari mencari kakak perempuannya yang tidak ada di meja makan saat ini. Sampai di meja makan, Revan menarik kursinya dan meletakkan tasnya di kursi kosong sebelah nya, ia duduk kemudian netranya menatap ayah dan bundanya bergantian.

"Kakak belum turun?" tanya Revan.

"Udah berangkat duluan sama cowoknya tadi." jawab Althea.

Rajendra menjauhkan buah apel yang akan segera dimakannya itu, lalu menatap kesal pada sang istri. "Teman cowoknya. Bukan pacarnya." ujarnya penuh penekanan kemudian melanjutkan memakan buah apel yang sempat tertunda itu.

"Lagian kenapa si yah, Reva itu udah besar wajar dong kalo udah punya pacar, kamu kira Reva bakal betah kalo dikekang terus-terusan. Reva juga remaja pada umumnya yang pengen rasain yang namanya jatuh cinta." cecar Althea teramat kesal pada sang suaminya itu, terlalu posesif pada anak perempuannya.

"Mah Reva itu tetep anak kecil dimata aku, aku gak mau kalo Reva sampe salah pergaulan, pacaran pacaran gitu gada manfaatnya, takutnya Reva cuman dapet jatuhnya tapi enggak dengan cintanya. Aku tuh khawatir sama anak kitaa mah, apalagi ini pagi pagi udah pergi, bahkan ngelewatin sarapan bareng kita dan memilih sarapan diluar sama temennya itu." sergah Rajendra menatap lesu pada Althea.

Althea meletakkan pisaunya yang semula digunakan untuk memotong roti, "Mas, sekali lagi aku bilang Reva itu udah gede, pengen ngerasain yang namanya main dan berteman sama siapapun tanpa campur tangan apapun dari kita, dia juga mau bebas, siapa sih yang mau di kekang terus, Reva juga pasti bisa jaga diri, gak mungkin yang namanya Reva tergoda sama cowok cowok ga bener kaya kamu dulu."

"Kok jadi bawa-bawa masalalu sih, aku kan khawatir sama Reva, kalo yang lalu ya biar berlalu gada hubungannya sama yang sekarang, orang lagi bahas Reva kenapa malah tiba tiba bahas masalalu." sarkas Rajendra langsung meletakkan buah ditangannya.

"Kamu ngelarang Reva pacaran karna kamu takut pacarnya kaya kamu dulu kan? yang suka nyosor duluan gatau tempat, pemaksa, Redflag abis pokoknya."

ucapan itu membuat Revan tiba-tiba tersedak, ia batuk mendengar kata 'redflag' tunggu! tau darimana bundanya tentang hal itu? apakah bundanya rajin scroll tiktok? ah sudahlah itu tidak penting yang dia pikirkan sekarang adalah apakah ayahnya dulu se ganas itu? attractive sekali ya.

"Tapi kamu mau kan?!" celetuk Rajendra membalas ucapan sang istri.

"Pftt.."

"APA KAMU? MAU KETAWA HAH?!" ujar Althea dan Rajendra bersamaan.

"Hah? enggak bun, yah, keselek aja dikit." alibi Revan agar tidak diamuk kedua orang tuanya yang sedang bersingutan itu.

Revan mengambil tasnya, lalu menggendong nya ke sebelah pundaknya, ia menatap kedua orang tuanya yang masih berselisih, kemudian melangkah menghampiri mereka, mengambil alih lengan bundanya yang sedang menunjuk sang ayah, lalu mengambil alih tangan sang ayah yang sedang memegang buah apel, diambilnya buah itu lalu menyalimi ayahnya. Kemudian Revan melangkah keluar menuju garasinya dengan bush apel yang kini berada di lengan kanannya.

Asik sekali bertengkar hingga putranya pergipun mereka tidak menyadarinya.

"Loh Revan kemana?" tanya Althea baru sadar bahwa putranya sudah pergi terlebih dahulu.

"Kan! kamu sih, sampe lupa kalo masih ada anak bujang disini, pergi kan gak pamit lagi." cibir Althea.

"Emang gak sopan anak bujang satu itu." cetus Rajendra. Padahal memang mereka saja yang terlalu asik, sudah disalami juga tidak menyadarinya.

"Gara-gara kamu ya yang ngajak berantem mulu!" ujar Althea menyalahkan.

"Kok aku? aku diem loh, kamu duluan yang mancing, jadi kamu yang salah" ungkap Rajendra tak mau kalah.

Revan Alegra DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang