Pagi-pagi sekali Selly sudah duduk di kursi permaisuri, di sampingnya pula ada Edgar.
"Salam yang mulia raja dan permaisuri, semoga kerajaan zexton selalu di lindungi." Sapa kesatria
"Saya ingin melapor, ada seorang pria tua hendak mencuri di pasar." Seorang kesatria mendorong pria tua itu kehadapan Edgar dan Selly.
Selly menatap kasihan pak tua itu. Bagaimana tidak tubuhnya kering sekali, Selly tak kuat jika menyangkut seorang kakek.
"Saya suka dengan kerja anda, kesatria vedrick." Edgar memberi tepuk tangan kepada kesatria nya. Dirinya juga cukup puas dengan semua nya, tak ada yang berani mengusik ketenangan negaranya dan Jika ada berarti akan berakhir seperti ini.
"Terimakasih, yang mulia." Vedrick membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Hukuman apa yang cocok untuk anda?." Tanya Edgar.
"M-mohon ampun yang mulia raja, saya hanya i-ingin makan. Sudah dua hari saya tak makan." Lirih nya.
"Dengan mencuri?."
"S-saya tak mempunyai uang. Saya hanya mengambil satu bungkus roti." Pak tua itu memperagakan tangannya.
Tak lama perdana Mentri yang tengah duduk berdiri. "Menurut saya perilaku mencuri sangat tak pantas untuk di maafkan, itu sudah termasuk perbuatan tercela, saya takut yang lain akan mengikuti nya jika tak di beri hukuman."
"Benar yang mulia." Sahut yang lain.
"Setidaknya beri dia cambukan atau hukuman mati." Lanjutnya.
"Baiklah, cambuk dia 100 kali." Ucap Edgar
"Maaf yang mulia, saya tak bermaksud untuk menyela tapi pak tua ini hanya mengambil sebungkus roti dan itu tak akan membuat rugi besar penjualnya, tapi kenapa memberi hukuman yang lebih berat dari perbuatannya. Mohon beri hukuman yang setara dengan apa yang dia lakukan."
Selly berdoa dalam hati semoga ucapannya tak membuat si singa ini marah.
Edgar memperhatikan Selly dengan tatapan dalam.
"Ini seperti bukan dirimu, Selly." Batin Edgar.
Ucapan Selly membuat seluruh ruangan menjadi sunyi, adapun pak tua dengan pakaian yang lusuh menatap Selly kagum.
"Kau cukup pintar permaisuri." Edgar tersenyum miring menatap Selly.
"Saya memang pintar." Sombong Selly.
"Ku tarik ucapan tadi." Ketus nya.
Selly mendengus sebal.
"Baiklah, saya tarik hukuman tadi. Sebagai gantinya anda akan menjadi pengurus kapal yang berada di danau sebrang sampai akhir hidup mu. Saya dengar anda cukup pintar dalam urusan mesin."
Ucapan Edgar membuat seisi ruangan melongo heran, sejak kapan Edgar jadi mengikuti kata ratu mereka.
Pak tua itu mendongak dengan mata berairnya. Dirinya kira ini akan menjadi hidup terakhir nya. Tapi ternyata tuhan masih menyuruh nya untuk tetap hidup. dirinya sangat berhutang Budi kepada permaisuri.
"Terimakasih yang mulia raja dan permaisuri, maafkan saya jika membuat keributan disini." Haru pak tua itu karena tak jadi menemui ajalnya, dirinya masih ingin hidup. Jika dirinya sudah tak ada nanti siapa yang akan menaburkan bunga di makam istrinya.
"Pergilah." Edgar menatap pria itu datar.
Pak tua berdiri dan membungkuk badannya, lalu dengan lirih berjalan pergi.
Selly tersenyum senang melihat sikap Edgar ya walaupun agak datar, semoga saja tiran ini tetap seperti ini selalu.
°°°°°°°°
Selly berjalan-jalan mengelilingi istana, tak terasa dirinya sudah berjalan sampai di taman istana.
Kemudian dirinya mulai beristirahat karena terlalu lelah, tak lupa pula pelayan pribadi nya yang selalu menemani nya kemana pun.
"Selly." Panggil seorang wanita.
Sontak ia langsung menoleh dan mendapati seorang wanita berumur lebih tua darinya menghampiri nya.
Dirinya cukup bingung, Selly tak tau siapa wanita ini. Ingatlah di jiwa nya adalah Agnes bukan jiwa asli tubuh ini.
Melihat keterdiaman majikannya, Sifa membisikkan sesuatu di telinga Selly. "Dia adalah ibu suri violet, ibu yang mulia raja." Bisik nya.
Bola mata Selly membulat, ia tak tau jika di hadapannya adalah ibu Edgar.
"Ibu." Sapa Selly kembali.
"Bagaimana hubungan mu dengan Edgar?." Tanya nya.
"Baik bu, Edgar sangat romantis kepadaku." Bohong Selly. Tak mungkin dirinya berkata jujur.
"Baguslah jika pria itu ada perubahan nya kepada mu."
Selly mengangguk menanggapi ucapan nya.
"Kapan kau akan memberikan ibu seorang pangeran hm?." Goda violet.
Pipi Selly memerah malu. Tak terbayang jika Selly dan Edgar malam pertama. Astaga, Selly jangan membayangkan hal mesum semacam itu.
"Ibu astaga, Selly dan Edgar masih ingin menikmati masa berpacaran kami. Jika nanti kami berdua sudah siap kami akan memberikan ibu cucu." Jelas Selly.
"Baiklah, asal jangan terlalu lama."
Selly mengangguk lagi, ibu nya Edgar masih tampak muda walau umur nya sudah 40 ke atas. Bagaimana dirinya bisa tau? Tentu saja di beritahu Sifa. Selly sangat berhutang Budi kepada Sifa karena memberinya informasi, jika tidak ia akan terdiam seperti orang bodoh.
Percakapan itu terus berlanjut sampai hari sudah mulai gelap. Selly tak sadar karena dari tadi keasikan mengobrol dengan violet.
"Selly, ibu pergi dulu. Hari sudah mulai gelap."
Selly tersenyum sembari tersenyum. "Iya bu."
Ia menatap violet sampai menghilang dari pandangan nya.
Bersambung...
Tinggalkan vote dan komen ya Readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become Empress
FanfictionDi baca dulu, di jamin bakal naksir sama ceritanya hehe. Pernahkan kalian membayangkan jiwa kalian terlempar ke masa zaman kerajaan dulu. Sulit di percaya bukan? Kisah ini terjadi kepada Agnes, ia berusia 20 tahun. Hidup nya jika tak tentang sejara...