chapter 15

398 38 0
                                    

"Selly, lain kali berkunjung lah kesini." Ucap Camelia Sabari memeluk Selly. Mereka berdua akan pulang hari ini, padahal Camelia belum puas melepas rindu dengan anak semata wayangnya.

Tepat sudah 2 hari Edgar dan Selly menginap di kediaman Camelia dan Henry, sudah saat nya mereka untuk kembali ke kerajaan. Banyak pula pekerjaan yang menunggu mereka untuk di selesaikan.

"Baik ibu, jika aku dan Edgar ada waktu luang kami akan menyempatkan diri untuk kesini." Selly mengelus punggung ibu nya.

"Camelia, anak mu ini hanya ke istana. Jika kau rindu lagi dengannya kita bisa berkunjung ke istana." Henry memberi penjelasan kepada istrinya, sungguh adegan ini begitu dramatis untuknya.

"Apa yang di katakan ayah benar ibu, aku dan Selly akan senang jika kalian datang di kediaman ku." Ucap Edgar.

"Baiklah, maafkan ibu." Camelia melepaskan pelukannya.

"Kau jaga diri baik-baik disana ya, jadilah ratu yang bijak dan cepat berikan ibu cucu."

Cucu lagi? Astaga ibu-ibu disini tak berbeda jauh dari ibu-ibu di masa depan, Membahas cucu terus.

"Doakan yang terbaik saja ibu." Selly tersenyum.

Setelah perbincangan itu, Selly dan Edgar mulai meninggalkan kastil yang megah itu. Kereta kuda mereka terus membelah rimba nya hutan.

hutan yang asri dan sangat sejuk, belum lagi danau-danau yang tampak bersih dan bercahaya Karena sinar matahari. Selly tak ada bosan-bosan nya untuk menatap pemandangan ini.

Sesampainya di gerbang istana, rombongan mereka di sambut oleh puluhan pelayan istana yang berjejer. Selly turun dari kereta kuda di bantu oleh edgar.

"kau senang telah mengunjungi orang tua mu?." Tanya Edgar yang telah berjalan beriringan menuju kamar mereka untuk beristirahat.

"tentu yang mulia, terimakasih sudah menemani ku." balas Selly sembari tersenyum manis menatap Edgar.

Edgar mengangguk. "beristirahat lah, aku akan mengurus beberapa hal." ucap Edgar saat sudah mengantarkan Selly ke kamar mereka.

Selly mengangguk menuruti ucapan Edgar.

°°°°°°°°

"Ibu." Panggil Edgar saat melihat violet tengah merajut di kamarnya.

Violet menoleh. "Ada apa Edgar?." Balasnya.

"Besok adalah hari ulang tahun Selly, aku ingin merayakan nya dengan meriah di istana. Bisakah ibu membantu ku?." Tanya Edgar sambil menghampiri violet.

"Astaga, ibu sampai lupa ulang tahun Selly. Pantas saja ibu merasa ada yang kurang ternyata karena melupakan hal ini. Tentu ibu bisa membantu mu." Ucap violet dengan semangat, jika saja Edgar tak memberitahu nya sudah tentu dia akan merasa bersalah karena melupakan hari ulangtahun Selly.

"Omong-omong sejak kapan kau peduli dengan ulang tahun istrimu? Rasanya tidak seperti tahun kemarin semua urusan ini ibu dan Selly yang mengerjakan nya?."

Edgar terkekeh kecil, ibu nya tak mengerti kah bahwa ia sudah jatuh cinta oleh Selly?. Ah, biarkan saja wanita ini kebingungan, toh nanti juga akan tau sendiri.

"Tahun ini dan tahun lalu berbeda ibu."

Violet yang seakan paham pun hanya mengangguk mengerti.

"Dimana Felix?." Tanya Edgar.

"Ibu tak tau, anak itu saja kadang tak pernah izin kepada ibu jika ingin pergi." Kesal violet.

Berbeda dengan Edgar, adik lelaki nya ini justru lebih suka kebebasan dan tak ingin di atur oleh siapapun. Entah sifat siapa yang menurun kepadanya tapi yang jelas violet pernah memiliki sifat itu, ia rasa ada sedikit sifat pembangkang violet di dalam Felix.

"Oh iya, bagaimana liburan mu di kediaman duke Henry? Tak ada masalah disana bukan?." Tanya violet.

"Tidak ada." Balas nya.

"Bagus lah. Ibu yakin ayah mu pasti bangga melihat anaknya memimpin kerajaan dengan bijak. Ah, ibu jadi merindukan nya." Sendu violet, ia sedikit menyeka air matanya yang hendak turun membasahi pipi putih nya.

Kematian raja Vinson membuat duka mendalam bagi rakyat zexton maupun seluruh penghuni istana. Disini yang lebih hancur adalah violet, dirinya tak menyangka akan kehilangan suami nya di usia yang masih muda. Dirinya berjuang menjadi ratu yang memimpin kerajaan ini walau banyak pula omongan pedas yang ia dapatkan. Banyak yang bilang bahwa wanita tak pantas untuk memimpin, terlalu lemah katanya. Tapi violet tetap membuktikan kepada mereka bahwa wanita juga layak untuk menjadi pemimpin.

Dan setelah Edgar sudah melewati masa remaja nya, ia segara mengangkat nya menjadi raja. Tentu saja Edgar tak menolak karena ia memang menginginkan posisi ini.

"Ayah akan sedih jika ibu seperti ini."

"Kau benar, maafkan ibu."

°°°°°°°°

Seorang wanita dengan pakaian pelayan tengah berdebat sengit dengan seorang wanita di samping nya.

"Kakak, bagaimana ini hubungan Edgar dan Selly semakin dekat. Sulit bagi kita untuk memisahkan mereka."

"Diamlah, kau pikir aku tak berfikir juga." Kesalnya.

"Tapi ini terlalu lama." Sentak nya.

"Kecilkan suara mu zela atau akan ada seseorang yang mendengar nya!!."

Zela mendengus sebal menatap Kakak nya, yang tak lain adalah Bella.

"Tunggu-

Bela menjeda ucapannya. "Aku dengar besok akan ada pesta ulang tahun permaisuri Selly."

"Lalu?." Malas zela, seharusnya ia yang berada di posisi itu!!

"Kau ini tidak ada pintar nya sama sekali......Sini ku bisikan sesuatu." Ucap Bella menarik tangan zela untuk mendekat ke arahnya.

Setelah Bella membisikkan sesuatu kepadanya, sontak wajah zela langsung berseri-seri seakan-akan ini adalah rencana yang bagus.

"Tak ku sangka kau cukup pintar juga." Bangga zela.

"Haha aku memang pintar."

Zela memutar bola matanya malas, ia tarik ucapannya. Tapi rencana Bella boleh juga.

Bersambung...

I Become Empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang