Selly menatap kosong pohon-pohon yang bergerak kesana kemari dari jendela kamar nya. Ia tak menyentuh makanan sejak kemarin membuat tubuhnya begitu lemas.
Pikirannya terus tertuju bagaimana jika dirinya hamil? Edgar saja belum mencintai Selly, dirinya bingung ingin melakukan apa.
"Y-yang mulia." Gugup nya memanggil Selly.
Dirinya tau siapa suara ini, suara yang sudah membawa nya menuju jurang. Siapaa lagi kalau bukan Sifa, pengkhianat handal.
"Kau masih ada muka menghadap ku Sifa??" Tanya Selly tegas.
"M-maaf kan saya, saya hanya di suruh." Sifa menunduk.
"Alasan." Selly menatap sinis Sifa.
"Saya berkata jujur, yang mulia."
"Tak usah berbohong. Aku begitu mempercayai mu sialan, aku yakin kau manusia yang baik. Tapi ternyata kau tak lebih dari sampah Sifa, pergilah jangan temui aku." Sentak Selly. Dirinya sudah muak dengan wajah Sifa.
Sifa yang hendak membantah mengurungkan niat nya, ia pun pergi dari hadapan Selly.
Rasanya Selly ingin melempar benda apa saja yang berada di sini. Tapi ia tak ingin membuat onar di desa ini, terlebih lagi nama nya memang sudah jelek, hanya ketutup dengan gelar permaisuri saja makanya di hormati.
"Selly, miris sekali hidup mu." Gumam nya.
"Kau tak beruntung seperti zela, dia begitu di sayangi, di hormati dan tentu saja di ratu kan sama seperti gelarnya." Selly berucap seperti manusia yang sudah tak waras.
Jika ia bisa kabur dari Edgar, Selly bisa berdagang dengan menjual makanan populer yang ada di masa depan, Selly yakin itu akan laku, dan dengan begitu Selly bisa menghidupi kehidupan nya tanpa bantuan dari siapapun. Tapi sekarang itu hanya sebatas angan-angan saja. Tak menutup kemungkinan Selly akan hamil karena Edgar terus mengeluarkan di dalam nya. Ia begitu stres memikirkan semua ini.
Ceklek
Selly menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ia melihat Edgar yang masuk.
"Bagaimana keadaan mu?." Tanya Edgar basa basi.
"Sejak kapan kau peduli tentang hal ini yang mulia?."
"Jawab saja Selly." Tekan Edgar.
Selly memutar bola matanya malas. "ya, saya sangat sehat."
"Baguslah."
"Kapan kita akan kembali, aku sudah tak nyaman disini."
"Besok kita akan kembali."
"Syukurlah, jadi aku tak perlu sekamar dengan mu." Gumam Selly malas.
Edgar tak menggubris ucapan Selly, ia beralih melihat makanan yang masih utuh di atas meja.
"Kau belum makan?." Tanya Edgar.
Selly menggeleng kan kepalanya. "Aku tak bernafsu." Balas Selly.
"Makan, setidaknya dua suap saja." Edgar mengambil piring nya berniat untuk menyuapi Selly.
Awalnya Selly menolak, tapi karena Edgar memang keras kepala akhirnya ia mengalah membiarkan Edgar menyuapinya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become Empress
FanficDi baca dulu, di jamin bakal naksir sama ceritanya hehe. Pernahkan kalian membayangkan jiwa kalian terlempar ke masa zaman kerajaan dulu. Sulit di percaya bukan? Kisah ini terjadi kepada Agnes, ia berusia 20 tahun. Hidup nya jika tak tentang sejara...