Di taman yang luas, di temani dengan cahaya matahari yang cerah. Selly berkeliling istana dengan membawa alat lukis nya.
Sekarang Selly sudah mempunyai hobi baru, yaitu melukis. Tak usah heran bagaimana Selly bisa melukis, sebab jiwa nya tak hanya pandai dalam sejarah saja tapi juga pandai dalam melukis.
Selly duduk sembari memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman istana. Ia mulai mengoles kuas tersebut dengan lihai. warna dan kuas menyatu dengan sempurna membuat perpaduan yang indah. ia berniat untuk melukis bunga-bunga tersebut, sayang sekali jika tak di abadikan dalam karya.
"Yang mulia permaisuri, anda senang melukis?." Tanya Diana yang berdiri di samping Selly.
Selly mengangguk. "Aku merasa bisa mengekspresikan perasaan ku melalui karya seperti ini."
"Anda benar yang mulia, saya juga menyukai hobi melukis menurut saya karya anda begitu indah. Bahkan saya harus banyak belajar dari anda." Sanjung Diana.
"Ah, kau jangan terlalu memuji ku Diana. Ini tak seindah itu aku masih butuh banyak bimbingan."
"Tidak yang mulia, ini benar-benar indah."
"Baiklah terimakasih." Balas Selly sembari tersenyum.
Diana membalas dengan menganggukkan kepalanya.
"Diana, apakah kau bisa mengambil kan aku secangkir teh dan cemilan?." Tanya Selly.
"Tentu yang mulia, tunggu sebentar." Balas Diana kemudian pergi untuk mengambil teh dan cemilan di dapur.
Selly melanjutkan melukis nya, ia menatap hasil lukisannya yang belum sepenuhnya jadi dengan perasaan bangga.
Di sini kualitas kuas dan bahan-bahan lukis nya sangat mahal, tak ayal hasil nya juga tampak bagus dan elegan.
Sibuk dengan kegiatan nya, ia di kagetkan dengan kedatangan ibu suri.
"Kau menggambar apa selly?." Tanya nya.
"Ibu." Kaget Selly.
Violet terkekeh melihat Selly yang tampak lucu saat kaget.
"Bunga ibu, sayang sekali jika tak di lukis."
"Kau benar. Jika bunga-bunga ini sudah di petik lalu tak ada bunga lagi yang bermekaran maka kita harus menunggu sampai bunga-bunga di taman bermekaran kembali. " Violet menatap hamparan bunga-bunga di taman.
"Iya kan bu, taman terasa tak indah saat tak ada bunga yang bermekaran."
Violet mengangguk. "ibu akan bilang kepada Edgar untuk tak memetik bunga-bunga ini demi istri nya."
"Eh ibu tak usah, lebih baik bunga ini di petik dari pada berguguran tanpa ada yang mengambil nya." Balas Selly.
"Benarkah?." Ulang violet.
"Benar ibu." Yakin Selly.
"Baiklah-baiklah. Bagaimana pelayan pribadi mu?." Tanya violet.
Selly terdiam sebentar. "Cukup memuaskan sepertinya dia juga pelayan yang baik. ibu tenang saja semoga pelayan itu tak seperti pelayan pribadi ku yang dulu."
"Ku harap seperti itu Selly, ibu masih tak menyangka dengan pelayan pribadi mu yang dulu sangat tak sopan sekali sampai-sampai berbuat nekat."
"Iya ibu, aku dengar dari Edgar saat di interogasi pelayan itu menyukai Edgar makanya dia nekat bahkan sudah menyiapkan seseorang untuk melecehkan ku dengan memberikan obat perangsang, untung saja Edgar yang duluan datang. Jika tidak entah apa yang akan terjadi." Jelas Selly.
"Astaga, keterlaluan sekali. Kenapa kau tak menyiksa nya saja?." Kesal violet.
"Aku kasihan terhadap nya bu, dia juga sudah memohon ampun untuk tak di hukum mati. Dia hanya hidup bersama adiknya mereka sudah tak ada orang tua lagi aku jadi tak tega." Lirih Selly.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become Empress
FanfictionDi baca dulu, di jamin bakal naksir sama ceritanya hehe. Pernahkan kalian membayangkan jiwa kalian terlempar ke masa zaman kerajaan dulu. Sulit di percaya bukan? Kisah ini terjadi kepada Agnes, ia berusia 20 tahun. Hidup nya jika tak tentang sejara...