chapter 14

552 55 10
                                    

Keesokan harinya, Selly mengawali hari nya dengan berkeliling kastil di temani oleh Diana. Hari ini cuaca cukup mendung ya semoga saja nanti malam cuaca nya sangat cerah agar Selly bisa pergi ke acara pawai.

Tak sengaja matanya menatap seorang pelayan yang tak asing untuknya.

"Sifa." Gumam Selly. Tanpa basa-basi ia segera menghampiri sifa yang tengah menyirami tanaman.

"Ah, enak ya menjadi pelayan pribadi sejak kecil sehingga saat ada masalah tak perlu di jatuhi hukuman." Sindir Selly sembari memainkan kuku nya.

Walaupun sekarang Selly sudah tak masalah jika Edgar menyentuh nya tapi kesalahan Sifa sangatlah fatal tak dapat di tebus dengan kata maaf saja. Kalian bayangkan sendiri jika pelayan kalian sangat tak sopan apalagi sampai berani mencampuri obat. Lalu hukuman nya hanya di kirim kembali ke tempat lama nya. Oh ayolah, terkadang hukum tak sesuai aturan.

Apalagi saat Agnes membaca kertas Selly di saat dia hidup, disana tertulis Sifa dalang dari semua ini. Itu artinya jika Agnes ingin hidup tenang, ia harus menyingkirkan Sifa bukan?.

Sifa yang mendengar ucapan Selly hanya menunduk tak berani menatap Selly.

"Muka pick me banyak tingkah." Gumam Selly jengah.

Sedangkan Diana yang sedari tadi menyimak sedikit menatap heran permaisurinya yang berbicara menggunakan bahasa yang tak ia pahami. Sifa pun sama saja.

"Maaf permaisuri, saya rasa itu kesalahan lama. Saya juga sudah meminta maaf dan itu hanya kesalah-

"Bangsat, seenaknya lu ngomong salah paham." Sentak Selly tak sadar apa yang ia ucapkan akibat sudah terlalu emosi. Ia begitu jengah melihat tingkah Sifa yang sok polos.

Selly begitu lugu karena dari awal mempercayai Sifa, sungguh menjijikan.

"Maaf saya tak mengerti apa yang anda katakan permaisuri." Ucap Sifa.

Selly menghela nafas panjang. "Setelah ini jangan sampai kau tampakkan wajah mu lagi di hadapan ku, jika tidak aku akan menghukum mu bahkan bisa membuat mu mati." Tegas Selly.

Agnes tipikal orang yang jika di kecewakan ia akan sulit untuk percaya, bahkan menyapa dan bergaul pun ia tak Sudi.

Sifa mengangguk, kemudian pergi meninggalkan Selly dan Diana.

"Diana, kau tau dimana ibu ku?." Tanya Selly beralih menatap Diana.

"Duchess sedang ada di dalam kamar nya, permaisuri." Balas Diana yang sedari tadi mendengarkan pertengkaran antara permaisuri dan pelayan pribadi lama nya. Diana tentu saja tahu masalah apa yang mereka bahas. Ia tau dari pelayan yang ada istana.

Selly mengangguk. Kaki nya berjalan meninggalkan taman. Mood nya sudah hancur akibat melihat wajah wanita itu.

Sesampainya di depan kamar Camelia. Selly mengetuk pintu kayu tersebut.

"Ibu, boleh kah Selly masuk." Seru Selly.

"Masuklah sayang." Balas Camelia dari dalam.

Selly membuka pintu itu dengan perlahan. Ia melihat Camelia tengah membaca koran di balkon nya, tak lupa pula ada teh dan cemilan yang berada di atas meja.

"Ada apa sellyna? Apakah kau membutuhkan sesuatu?." Tanya Camelia sembari meletakkan koran tersebut.

"Tidak ibu, Selly hanya bosan."

"Astaga, anak ibu bisa bosan? Dimana suami mu?." Tanya Camelia.

"Edgar dan ayah pergi untuk mengecek perkembangan di desa ini." Ucap Selly lesu.

"Ah, ibu sampai lupa bahwa ayah mu itu setiap bertemu dengan Edgar akan selalu membahas pekerjaan. Hah, pusing rasanya jika membicarakan interaksi mereka."

I Become Empress Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang