Part 13 - Terperanjat

28 1 0
                                    


Ehem! Readers kesayangan... Siap-siap pegangan ya... ^.^

Udah itu aja, nggak mau banyak-banyak spoilernya

Jangan lupa follow dan vote ya, biar Hanbun makin semangat...

Maaci...


Setelah melewati berbagai turunan terjal, Kala yang terus memapah salah satu peserta outing yang cedera, akhirnya melihat jalan setapak beraspal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melewati berbagai turunan terjal, Kala yang terus memapah salah satu peserta outing yang cedera, akhirnya melihat jalan setapak beraspal.

"Bentar lagi kita sampai. Itu jalan beraspal sudah kelihatan," ucap Kala menyemangati peserta yang dipapahnya. Orang itu pun mengangguk semangat.

Begitu tiba di depan rumah salah satu warga, Kala terpaksa menghentikan langkahnya mengikuti orang yang dipapahnya itu. "Kenapa berhenti?" tanya Kala heran.

"Dok, sampai sini aja. Saya biar dibantu jalan sama yang lain. Mobil Dokter kan di sini. Kasihan nanti kalau bolak-balik." Orang itu menunjuk ke arah mobil Kala yang berada tak jauh di sampingnya.

"Serius nggak apa-apa?" tanya Kala memastikan.

"Nggak apa-apa, Dok. Saya yang malah nggak enak karena ngerepotin Dokter. Terima kasih, ya."

"Santai." Kala menyerahkan orang itu untuk dibantu dengan rekan kerjanya, "pelan-pelan saja jalannya."

Setelah itu, Kala memilih berjalan menuju mobilnya. Mata Kala sedikit tertarik dengan keberadaan laki-laki muda yang mengenakan jaket almamater dan sedang duduk asyik mengerjakan sesuatu. Sepertinya mahasiswa tersebut sedang berkegiatan di desa ini.

Namun, Kala merasa familiar dengan jaket almamater yang digunakan mahasiswa tersebut. Warna jaket dan lambang yang tersemat di bagian dada jaket itu mirip dengan milik kampus Sea.

Tak lama, mahasiswa yang sedang dilihat Kala itu menoleh ke arahnya. Kala melempar senyum seraya menyapa. Yang dilemparkan senyum pun membalas dengan anggukan dan senyum sopan.

Kala tidak langsung masuk ke mobilnya. Ia menunggu Rio yang masih berkoordinasi dengan Bos-nya. Di sekitar Kala, ada beberapa peserta lain yang juga memilih beristirahat menyandarkan pinggang mereka di pinggir pagar tanaman hidup milik warga.

Ketika tangan Kala baru saja hendak menyentuh gagang pintu mobilnya, satu teriakan terdengar keras dari dalam rumah tempat mobilnya itu terparkir. Siapa pun yang mendengar itu pasti akan merasakan kekagetan yang sama.

"Bu Wati? Bu, ada apa?" Mahasiswa yang duduk tadi spontan berdiri tegak sambil menunggu panggilannya terbalas.

"Mas kasep, Bu Dosen..." sahut Bu Wati yang terdengar panik.

Wajah mahasiswa itu menegang, Kala jelas melihat itu. Kala pun akan bersiap masuk jika dibutuhkan.

"Bu... Ibu kenapa?" Sambil berlari ke dalam, mahasiswa itu terus berteriak memastikan dosennya.

Frasa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang