Taksi online yang membawa Kala dan Sea berhenti di depan lobi rumah sakit. Keduanya segera turun dari taksi, bergegas masuk dan mencari keberadaan Om Darwin.
Kebetulan kedatangan mereka bersamaan dengan jam besuk rumah sakit. Orang-orang berdatangan untuk menjenguk sanak keluarga dan kolega mereka yang sedang sakit. Ditambah sedang ada kiriman rujukan pasien dari rumah sakit lain. Ramainya di luar ekspektasi keduanya.
Sea akhirnya berjarak tanpa sengaja karena menghindari kerumunan. Juga dari brankar yang tiba-tiba lalu lalang di antara mereka berdua, tanpa Kala sadari. Sea berhenti sejenak di salah satu sudut yang berseberangan dari tempat Kala berdiri sekarang.
Kala menoleh ke sampingnya dan tak mendapati keberadaan Sea. Kala sontak mengedari pandangan ke segala arah untuk mencari sosok mungil itu. Tatapannya terhenti persis ketika dilihatnya perempuannya itu sedang merapatkan diri ke tembok, menghindari brankar yang makin mendekatinya.
Kala berlari cepat membelah kerumunan dan segera merentangkan tangan mencegah brankar yang datang itu mengenai anggota tubuh Sea.
Sea tiba-tiba menyadari ada sosok besar menghalaunya dari brankar yang sempat akan menyerempetnya tadi. Punggung yang sangat dikenalnya. Kala rupanya tengah berdiri tegak menjadi perisai agar dirinya tidak kenapa-kenapa.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Kala memastikan.
Sea menggeleng mantap. "Nggak apa-apa."
"Oke. Jangan jauh-jauh dari saya."
"Iya, Mas."
Mereka berdua kembali menyusuri lorong rumah sakit hingga akhirnya menemukan Roy dan Mona sedang duduk di depan sebuah ruangan.
Kala buru-buru menghampiri Mona. Dirangkul sepupunya itu lalu lanjut mengelus rambutnya pelan.
Roy berdiri untuk memberi ruang bagi Kala menghibur Mona. Melipir sejenak ke dekat tembok, lantas mendaratkan punggungnya ke sana sambil bersedekap.
Sea pun menahan diri dengan hanya berdiri di sebelah Kala. Membiarkan Kala yang lebih dulu menguatkan Mona.
"Bokap gimana?" tanya Kala.
Tatapan Mona kian mendung tatkala kehadiran Kala di sisinya.
"Terus nyokap mana?" ujar Kala lagi sembari menoleh ke kanan dan kiri lorong.
"Papa katanya kondisinya masih lemah. Katanya tadi habis tindakan kateterisasi dari pangkal paha. Kalau Mama lagi urus persiapan pindah ke ruang rawat, ditemenin sama asisten pribadinya Papa."
"Sabar..." Kala mengusap punggung Mona untuk menguatkannya. "Ngomong-ngomong, lo dari tadi nemenin bokap?"
"Nggak. Aku juga baru datang. Aku malah nggak tahu soal tindakan ini, Mas. Makanya aku kaget banget pas Mama telepon kabarin kondisi Papa. Rupanya Mama dilarang Papa kasih tahu aku. Aku juga nggak tahu kalau Papa tuh dari beberapa hari kemarin udah mulai sering ngerasa nyeri dadanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Frasa Rindu
RomanceSegala sesuatu yang diseriuskan pasti akan ada ujiannya. Untuk menguji mereka yang berujar saling peduli dan menyayangi. Seberapa peka perasaan mereka? Seberapa kuat hati mereka? Seberapa ingin mereka bertahan? Seberapa sudi mereka berkorban? Apakah...