Part 17 - Bertemu Kembali

17 1 0
                                    


Sabtu telah tiba... hore... hore... ada yang ketemu lagi nih. Siapa, ya?

Cusss di baca guys...


Kala melepaskan jas putihnya dan menyampirkan ke belakang bangku prakteknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala melepaskan jas putihnya dan menyampirkan ke belakang bangku prakteknya. Sepertinya misi minta maaf ke Sea harus dipercepat. Kala tidak ingin terlalu banyak waktu berharganya yang terbuang karena masalah ini.

"Kal, lo jadi ke toko buku untuk cari novel buat Sea?" tanya Roy dari balik pintu.

"Jadi. Gue lagi tunggu taksi online yang gue pesan datang."

"Lah, nggak naik motor?"

Kala menggeleng pelan. "Takut ngantuk di jalan gue."

"Kenapa nggak bilang gue? Tahu gitu kan bisa gue antar."

"Lo mending jemput Mona aja, gih. Dia tadi kan juga naik kendaraan umum."

"Ya ampun. Kan, bisa gue antar lo dulu. Baru abis itu baru jemput Mona."

"Nggak usah. Lagian tumben baik, segala mau antar gue. Cari muka lo biar bisa langkahin gue?" Kala memicing mata penuh rasa penasaran.

"Hahaha... tahu aja lo." Roy tergelak keras, "tapi boleh, kan?"

Kala berjalan keluar sambil merangkul bahu Roy. "Salah lo. Jangan tanya gue. Tanya orangnya langsung. Mau nggak dinikahin cepat-cepat? Hahaha..."

"Kalau menurut lo, Mona mau nggak?"

"Pasti mau. Asal tahu cara meyakinkannya aja."

Roy tampak terdiam. Bingung harus memikirkan seperti apa cara yang tepat untuk meyakinkan Mona nanti.

Melihat Roy yang mendadak termenung dan diam, Kala segera menepuk bahu Roy menyemangatinya. "Jangan terlalu dipikirin. Mengalir aja, Roy. Sepupu gue tadi mungkin agak syok sama pernyataan lo. Saran gue sekarang lebih baik lo jemput Mona dan ajak dia ke suatu tempat untuk bisa bicara berdua. Dari hati ke hati. Take your time."

"Okelah, gue coba nanti."

Kala mendapat pesan dari taksi online yang dipesannya. "Eh, taksi gue udah dekat, nih. Gue pamit, ya."

"Oke. Sukses cari novelnya."

***

Sea berjalan dari arah toilet menuju ruang dosen. Langkahnya tergerak pelan. Pikirannya kembali dihinggapi rasa hampa. Sejak semalam, entah mengapa Sea justru jadi susah tidur. Kemarahannya semakin malam kian pupus dan malah berganti dengan rasa sesal. Sea menyadari bahwa barang kali diamnya Kala kemarin-kemarin karena memang ada sesuatu yang terjadi dalam dirinya. Mungkin Kala butuh ruang untuk sendiri. Merenung. Sea nyaris melupakan hak Kala yang mungkin butuh waktu untuk memikirkan banyak hal sendirian, tanpa siapa pun. Termasuk dirinya.

Frasa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang