Part 18 - Gengsi Manis

16 2 0
                                    


Yes, sabtu telah tiba... Merapat guys soalnya ada yang makin rapat. Cihuy...

Berbekal informasi dari Mona bahwa hari ini Sea ada kelas tambahan pada sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbekal informasi dari Mona bahwa hari ini Sea ada kelas tambahan pada sore hari. Kala bergegas menuju kampus Sea. Setibanya di sana, Kala memberanikan diri menunggu Sea hingga selesai mengajar. Tidak tanggung-tanggung, Kala bahkan berdiri di depan kelas di mana sang calon istri mengajar.

Cara ini Kala lakukan, semata-mata agar Sea tidak sempat berkelit dan menghindarinya. Kala hanya ingin hubungannya dengan Sea kembali baik. Kala tidak ingin kebodohannya kemarin menghancurkan mimpi indah bersama perempuannya itu. Akibat kelakuan receh menggalaui masa lalu yang bukan main tololnya. Kala bertekad proyek minta maafnya harus tuntas hari ini. Dirinya sudah terlampau rindu bertukar canda dengan sang pujaan hati.

Begitu pintu terbuka, Sea terperanjat. Bagaimana tidak, Kala kini sudah berada persis di hadapannya. Bukan cuma itu, Kala tersenyum lebar menyambut dirinya.

Sementara, Sea saking kagetnya malah menatap balik Kala dengan tatapan hampa. Nampak raut wajah datar itu kini berkerut mempertanyakan kenapa Kala tiba-tiba bisa ada di tempat ini? Bukan apa-apa, di sekitar mereka berdua masih banyak mahasiswa yang lalu lalang.

"Kamu ngapain ada di sini?" ucap Sea pelan meski agak sedikit menyentak. Sebenarnya Sea cukup bingung dengan responnya sendiri yang malah jadi berbeda niat, dari awalnya yang ingin minta maaf pada Kala nanti. Pasalnya tanpa dikomando, tiba-tiba rasa gengsinya melonjak tinggi. Sea berdiri tegak dalam diam setelah itu. Sepertinya saran Noni untuk lebih dulu berdamai, sukar untuk dilakukan.

Bukan Kala namanya kalau tidak tahu cara menjinakkan Sea. "Menurutmu, Mas ngapain ada di sini?" Serangan balik dari Kala sudah dipastikan membuat kening Sea makin mengerut. Tidak ada lagi penyebutan 'saya', yang ada justru Kala membahasakan dirinya langsung dengan sebutan 'Mas'.

Tubuh Sea menegang. Kepalanya terdongak. Menyadari ada sesuatu yang berbeda dari cara bicara Kala. Sea menatap sang calon suami dengan tatapan benar-benar bingung.

Strategi Kala berhasil. Sea bereaksi dan kini mulai fokus pada dirinya. Tak peduli beberapa pasang mata mahasiswa Sea yang diam-diam menatap sekilas ke arah mereka berdua.

"Mas cari kamu." Singkat, padat, dan tepat sasaran.

Sea makin terdiam. Menelan air liurnya susah payah. Coba ulangi? gumam Sea dalam hati. Apa dirinya tidak salah dengar? Mas? Mas cari kamu? Sea membeo dalam hatinya, mengulangi apa yang Kala katakan barusan. Kala benar-benar merubah redaksi 'saya' yang jadi ciri khasnya menjadi 'Mas' saat bicara dengannya kini.

"Ca-cari saya?" Sea mendadak gelagapan, seperti kehabisan oksigen.

"Iya, cari kamu. Mas mau minta maaf sama kamu."

Sea mematung tanpa kedip. Kala lagi-lagi membahasakan dirinya 'Mas'. Ini gimana sih, hati kok mendadak tidak aman? Mendadak Sea dibuat lena oleh serangan Kala. Namun, tunggu dulu. Sea berusaha mengembalikan logikanya sekuat tenaga. Meski Sea juga berharap berbaikan, tapi Kala masih hutang penjelasan soal kepergiannya ke desa kemarin. Hayo tagih, Se! Sea menyemangatkan dirinya sendiri.

Frasa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang