enam belas

29 4 0
                                    

"Dasar tukang bully

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar tukang bully. Nggak punya hati!"

"Perempuan lemah dan rendahan!"

"Mati aja lo sana. Dasar pembawa sial!!

"Inget. Hukum karma masih berlaku."

Aurora terbangun dari mimpi buruknya dengan napas tidak beraturan, dahi mengeluarkan keringat. Aurora tidak menyangka mimpi itu datang kembali, padahal, setelah Aurora pindah sekolah, dia jarang mimpi buruk. Aurora masih ingat betul bagaimana ia melakukan perundungan ke orang-orang lemah dan berbeda kasta.

"Dek, udah bangun belum?" tanya Satya di luar kamar sembari mengetuk pintu kamar adiknya.

Lamunan Aurora buyar ketika sang kakak mengetuk pintunya. "Udah, Kak. Ini mau mandi, kok!"

"Oke. Kakak tunggu di lantai satu!"

"Iya, Kak."

Aurora turun dari ranjang, mengambil handuk di balkon, lalu masuk ke kamar mandi. Aurora menatap pantulan dirinya di cermin, ia masih tidak menyangka mimpi buruk itu datang. Apa mungkin karena Yoa mengungkit masa lalunya? Dulu, Aurora dan Yoa merupakan teman dekat, tapi karena suatu insiden, hubungan mereka renggqng. Yoa juga mengetahui masa lalunya, bahkan video dan foto.

"Sial. Gimana kalau dia beneran bongkar masa lalu gue? Di mana harga diri gue?" tanya Aurora sembari menatap pantulan dirinya di cermin.

"Dek, mau berangkat bareng Kakak, nggak?" tanya Satya ketika Aurora selesai mencuci piring.

"Hm, boleh, deh," jawab Aurora.

Satya mengacak-acak rambut panjang Aurora yang digerai dengan bando pita. Aurora langsung menepis kasar tangan sang kakak.

"Kak, lihat, rambutku berantakan, loh," kesal Aurora.

Satya terkekeh melihat wajah Aurora yang terlihat marah dan kesal. Satya, lelaki tampan itu merapikan rambut Aurora yang berantakan.

"Udah, ayo kita berangkat," ajak Satya.

"Pa, Ma, kita berangkat dulu, ya," kata Aurora menyalami tangan orang tuanya.

"Iya, Nak. Belajar yang rajin, ya," pesan Justin.

Aurora dan Satya berjalan keluar rumah, kemudian masuk ke mobil Satya. Setelah itu, mereka berangkat ke kampus dan sekolah.

Aurora memicingkan matanya ketika semua orang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Aurora tidak tahu alasan mereka memperhatikannya. Tak lama, Arden datang dengan wajah datar, lalu ia menunjukkan ponselnya ke Aurora.

"Jelaskan," ucap Arden dengan nada tinggi.

Aurora mengambil ponsel Arden, matanya membulat ketika melihat video perundungannya di sekolah yang lama. Sangat jelas dan tidak di blur sama sekali. Jantung Aurora seakan berhenti berdetak. Rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat, kini berantakan.

ARDEN | 2HWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang