Semalaman yuta tidak bisa tidur.
Dia terus kepikiran dengan omongan sang istri, sampai tak terasa matahari sudah mulai menelisik di sela gorden kamar." Sudah pagi ternyata, apa aku bangunkan saja ya. Aku tidak tenang kalau seperti ini." Batin yuta saat menatap winwin yang masih nyaman di posisinya semalam.
Saat yuta perhatikan winwin yang sedari tertidur, dia menyadari sesuatu dan membuatnya shock.
" Ga mungkin, ini pasti karena aku yang ga bisa tidur semalaman. Tadi pas aku liat, ga kaya gini." Gumam yuta
Dengan tergesa-gesa, yuta membalik badan winwin dan ingin membangunkan istrinya itu. Namun, saat melihat wajah winwin. Hatinya semakin hancur. Tubuh winwin yang ia pegang begitu dingin dan wajah itu begitu pucat dan sudah tidak bernafas lagi.
" Win, sayang. Banguuuunnn." Ucap yuta sambil mengguncangkan tubuh winwin. Namun tidak ada respon dari tubuh itu.
" Sayang, ayo bangun. Jangan kaya gini." Ucap yuta dengan air mata yang terus mengalir.
Bagaimana bisa yuta tidak menyadari kondisi winwin, seingatnya sebelum ini dia masih sempat melihat winwin dan dia masih bernafas.
Seolah masih tak percaya, yuta kembali memeriksa nadi dan hidung winwin. Ternyata benar. Istrinya itu sudah tidak ada.
Dia langsung berlari menuju kamar jaemin untuk memanggil anaknya itu. Namun, saat keluar kamar, dia bertemu Mark dan meminta bantuan Mark untuk memanggil Jeno dan jaemin.
" Mark, tolong panggilkan Jeno dan Nana."
" Ada apa tuan?" Tanya Mark yang ikut panik melihat wajah kacau yuta yang penuh dengan air mata.
" Bunda, bunda nya Nana."
" Bunda kenapa tuan?"
" Bunda udah ga gak ada. Tolong Mark tolong panggilkan mereka kesini."
Mendengar itu Mark langsung lari ke kamar jaemin dan yuta kembali masuk ke dalam kamar.
Begitu sampai di depan kamar jaemin, Mark langsung mengetuk pintu kamar itu dengan kencang, agar orang di dalam segera bangun.
Tentu saja, Jeno langsung bangun dan membuka pintu. Dia tidak enak membangunkan jaemin yang masih tertidur pulas karena kelelahan.
Saat membuka pintu, Jeno terkejut melihat wajah Mark yang nampak panik dengan mata berkaca-kaca.
" Kenapa, bang?"
" Bunda Jen."
" Bunda kenapa?" Tanya Jeno dengan nada tinggi karena ikutan panik
" Bunda meninggal." Ucap Mark dengan air mata yang udah mulai menetes.
" Bang, jangan bercanda."
" Abang ga bercanda Jen, barusan tuan yuta minta tolong Abang panggilkan kalian. Ayo Jen, bawa Nana ke kamar orang tuanya."
" Bang, gimana cara Jeno ngasih tau Nana?" Ucap Jeno yang sudah meneteskan air mata juga.
Bagaimana mereka tidak ikut bersedih, winwin lah yang menjadi orang tua mereka semenjak ibu dan bapaknya tiada. Sekarang mereka harus kehilangan orang yang mereka sayangi kembali. Apalagi Jeno, dia benar-benar tidak menyangka dengan semua ini. Winwin harus pergi dalam keadaan dirinya yang kecewa dan terpukul dengan kelakuan yuta.
" Jen, kamu bawa saja Nana ke kamar orang tuanya. Ga usah kasih tau dulu. Biar dia saja yang liat keadaan bunda disana."
Mendengar ucapan Mark, Jeno langsung masuk ke kamar dan membangunkan jaemin.
" Nana." Ucap Jeno lembut sambil menepuk pelan pipi istrinya itu.
" Nana, ayo bangun dulu sebentar." Ucap Jeno lagi.
Setelah beberapa kali, akhirnya jaemin membuka matanya dan sedikit kaget melihat jeno yang ada di hadapannya.
" Om ngapain, kok ada disini?" Ucap jaemin panik.
" Na, kita sudah menikah. Kamu lupa?" Tanya Jeno
" Maaf om, Nana lupa. Maafin Nana bangunnya telat, harusnya Nana bangun lebih dulu dari om."
" Ga papa, om ga masalah. Sekarang kamu ikut om ya."
" Mau kemana om, kok di depan pintu ada om Mark?" Tanya jaemin kaget saat melihat pintu kamar mereka terbuka dan ada Mark disana.
" Kita ke kamar bunda ya, ayah nyuruh kita kesana."
" Ke kamar bunda? Ngapain om?. Bunda kenapa?" Tanya jaemin yang jadi panik dan langsung duduk dari posisi tidurnya tadi.
" Ayo kita ke kamar bunda dulu ya."
Mendengar ucapan Jeno, perasaan jaemin langsung tidak enak dan langsung berlari ke kamar orangtuanya sendiri tanpa mengajak Mark dan Jeno.
Begitu masuk ke dalam, dia melihat yuta yang menangis meraung sambil memeluk winwin.
Dengan langkah gontai, jaemin berjalan mendekati ranjang orang tuanya. Nampak jelas di matanya wajah pucat winwin yang sudah mulai kaku. Airmatanya langsung bercucuran melihat bundanya sudah tidak bernyawa di dekapan sang ayah.
" Yah, bunda kenapa?" Tanya jaemin dengan isakan
Yuta langsung menoleh ke arah jaemin dengan wajah kacaunya.
" Bunda udah ga ada." Ucap yuta terbata-bata.
" Ga mungkin, bunda ga mungkin ninggalin Nana." Jaemin langsung menghambur memeluk bundanya.
" Ga mungkin, ga mungkin. Bunda ayo bangun Bun, bunda jangan tinggalin Nana. Bunda aaaa." Teriak jaemin sambil mengguncangkan tubuh winwin
" Bun, ayo bangun Bun. Nana udah ikuti kemauan bunda, kenapa bunda tinggalin Nana. Bun, Nana masih butuh bunda." Ucap jaemin sambil meraung dan memeluk tubuh dingin winwin.
Namun apa daya, winwin sudah pergi untuk selamanya. Ucapan jaemin tidak bisa membangunkan sang ibu dari tidur panjangnya.
Melihat kondisi yang tidak memungkinkan, Jeno langsung mengambil alih sang istri. Dia menarik jaemin ke dalam pelukannya.
" Om, bunda om. Ayo kita bawa bunda ke rumah sakit. Bunda cuma pingsan." Ruang jaemin dalam dekapan suaminya itu.
Sementara Jeno hanya bisa mengusap punggung jaemin dan membiarkan istrinya menangis sepuasnya. Di pandangnya wajah damai winwin, wajah itu nampak tersenyum dalam tidur panjangnya.
" Bun, Jeno tau. Pasti bunda udah bahagia di atas sana. Terima kasih sudah hadir dalam hidup Jeno dan Abang. Bunda orang baik, tuhan lebih sayang bunda. Sekarang bunda tidak perlu menahan sakit yang berlipat-lipat lagi. Beristirahatlah dengan tenang Bun, bunda ga usah khawatir soal Nana. Jeno janji, Nana aman bersama Jeno." Ucap Jeno dalam hatinya.
Mark mulai mendekati mereka, dan tidak mungkin membiarkan keadaan seperti ini.
" Maaf tuan, sebaiknya kita harus menghubungi petugas untuk mengurus jasad bunda dan pemakaman bunda. Kasian kalau bunda di biarkan dalam keadaan seperti ini."
" Tolong kamu urus semua Mark, saya ga tau harus melakukan apa. Saya serahkan semua pada kamu."
" Baik tuan."
Mark pun meninggalkan kamar tersebut dan mulai mengurus semua.
Terlalu lama menangis, Membuat jaemin jatuh pingsan di dalam dekapan Jeno. Tentu saja itu membuat Jeno dan yuta ikut panik.
" Jen, bawa Nana ke kamar dulu. Biar ayah minta bantuan yang lain buat pindahin bunda ke ruang tengah."
" Baik yah."
Jeno pun memindahkan jaemin ke kamar mereka dan menguras jaemin di sana. Dia takut jika tiba-tiba jaemin sadar dan mengganggu proses pemindahan winwin dari kamar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Romansaperjuangan lee Jeno dalam menjaga amanah dari orang yang berjasa dalam hidupnya. 🚫 misgendering 🚫 Mprag