Bab 1: Wali Kelas Tampan

117K 4K 37
                                    



Saya kembali lagi

Berhubung cerita pertama gag ada respon sama sekali saya datang membawa cerita kedua

Ini cerita adaptasi dari komik tapi aku lupa namanya. So mohon banget yah responnya. Saya bersedih jika tak dapat ★ gini. Semua pada diam - diaman. Dikata main petak umpat kali. Gag usah banyak bacot lanngsung saja...

So happy reading

...............

Matanya menyusuri tulisan yang berada di whiteboard. Beragam coretan angka fisika tertulis rapi disana. Terdengar obrolan menarik disamping kanan mejanya. Telinganya melebar mengikuti alur cerita. Hidungnya kembang kempis menahan amarah. Tangannya terkepal erat memegang pencil.

Braak

Gebrakan antara kepalan tangan dan meja tulis beradu. Seisi kelas menatap satu titik. Naina Putri Permata.

" Saya mau pulang " Serentak seisi kelas mengangga lebar. Mungkin mereka bertanya - tanya tumben seorang Naina Putri Permata pulang disaat pelajaran baru mulai lima belas menit yang lalu itupun fisika adalah jam pertama dimulainya awal belajar mengajar?

" Kamu tidak bisa pulang. Akan ada guru pengganti Bahasa Inggris dan juga merangkap menjadi wali kelas kalian " Sontak gemuruh decakan menjadi riuh. Pasalnya Pak Wawan guru Bahasa Inggris itu menyerah untuk mengajari murid kelas XII-3 yang notebane murid paling urakan. Segara macam ide kreatif untuk belajar Bahasa Inggris di tolak mentah - mentah bahkan sampai murid teladan panutan seisi kelaspun berbondong - bondong mengatur rencana untuk menyingkirkan Pak Wawan terutama Bahasa Inggris.

Entahlah menurut mereka bukan Matematika momok dalam belajar tetapi Bahasa Inggris karena tiap permasalahan selalu menggunakan pemilihan kata yang tepat dan juga pelafalan bahasa yang mengandung makna yang sesuai. Tidak seperti Matematika yang lebih unggul merangkai rumus - rumus yang di patenkan tanpa ada yang bisa mengubahnya kecuali ada pembaruan tentang rumus yang lebih cepat untuk menyelesaikan soalnya.

" Ck kenapa sih Pak ada guru Bahasa asing kan kita gak wajib untuk mempelajarinya? " Profokator pertama Rudi Setiawan. Nomer satu untuk orang paling suka mengkritik, pemaksa dan perlu kalian tahu bahwa dia anak mama. Karena jika waktu mengkritik sesuatu pasti ada kata -Mama-

" Pak kan kita gak hidup di Amerika sana Pak jadi gak usah belajar itu kata Mama saya " Bener kan? Pasti ada Mamanya.

" Yang sekolah itu kamu bukan Mamamu "

" Kan saya anaknya Mama Pak bukan anaknya Bapak " Selalu itu jawabannya. Gak kreatif

" Cepat selesaikan dan kamu Naina duduk " Helaan kasar berhembus dari gadis belia yang duduk di bagian dekat jendela. Menempatkan pantatnya untuk duduk dan menutup buku yang sedari tadi di buka. Diputarnya pencil yang berada di genggamannya. Pandangannya lurus menatap langit yang agak menghitam.

★★★★★

" Kyaa kalau gurunya gini sih oke gue pasti belajar "

" Top kalau gini. Cakep ey "

" Panas cuy auranya kipas mana kipas "

Celotehan demi celotehan terlotar tapi Naina tetap pada posisi seperti sebelumnya. Memandangi langit yang masih tetap gelap.
" Pasti hujan bentar lagi " Gerutuannya terdengar lirih tanpa menganggu aktivitas mereka yang masih mengangumi sosok sempurna yang berada di depan. Febrian Adji Permata guru baru Bahasa Inggris. Sangat membosankan

Naina menyipit melihat seluruh temannya yang antusias mengikuti pelajaran yang mereka bilang tak ada gunanya. Ternyata cuma omong kosong. Whiteboard didepan sudah penuh dengan coretan yang Naina sendiri tak mengerti. Masa bodoh dengan Bahasa asing.

Naina akui pria yang sedang menjelaskan tentang berbagai macam kata adjective, pasif, ataupun aktif terlihat tampan. Kemeja yang digulung sampai siku. Rambut yang berantakan terlihat sexy. Rahang yang tegas dan sedikit ditumbuhi jambang.

" Woy Nai. Loe ntar pulang bawa payung gak? " Hanya gelengan yang menjadi jawabannya. Safitri Fernanda sahabat Naina dan duduk di sebelah kanannya. Mengingat tempat duduk Naina di sebelah kiri dan bersebelahan dengan jendela.

" Ntar gue mau ke toko buku dulu "

" Gue ikut "

" Sudah selesai acara gosipnya!! " Suaranya rendah tapi terdengar tajam sontak Naina dan Fitri gelagapan. Dibelakang mereka berdiri
Guru tampan mereka yang sedang melipat tangan di dada gaya mengintimidasi lawan. Sontak mereka berdua mengangguk.

" Berdiri di luar kelas " Naina berbalik badan ingin protes tapi terpotong oleh instrupsi guru tersebut " Tidak ada alasan " Ingin sekali Naina melempar buku tulis yang berada didepannya tapi berhubung dia yang berdiri disana maksudnya Bapak guru terhormat melotot tajam.

Dengan berat hati Naina dan Fitri melangkahkan kakinya keluar kelas serta tak lupa mendapat hadiah pelototan dari teman - temannya. Menyebalkan.

Benar - benar jari tengah untuk hari ini.

♪♪♪♪♪♪♪♪♪

18 Berstatus IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang