Bab 7:Bule itu Menyenangkan!

50.5K 2K 17
                                    



Hari minggu hari kebebasan para pemuda menjadi hari pertempuran bagi warga kelas XII 3. Mereka sudah lama menunggu sejak dua pulub menit yang lalu. Hanya satu tujuan mereka.


BULE

Jabatan warga negara asing yang mampir ke Indonesia. Camera serta alat tulis telah mereka bawa. Pengeras suara mengatakan pesawat akan take off sebentar lagi.

" Oke guys kita harus bisa. Kalau ada yang udah foto sama bule cepat teriak biar kita langsung serbu. Sesuai kesepakatan kita kemarin " Mereka semua mengangguk mengerti.

Kesepakatan yang mereka bentuk cukup membuat Brian tersenyum. Dari tiga puluh murid menjadi enam kelompok. Dan terbagi atas dua ronde waktu. Tiga kelompok foto tiga kelompok video setelah selesai mereka akan berteriak seperti sekarang.

" Woy disini ada dua bule cepetan " Kelompok yang mendengar perintah hijau lasung menyerbu dua orang bule. Bisa dilihat wajah mereka bingung dengan perkataan mereka tau - tau mereka minta foto dan biodata mereka. Cara licik tapi pintar.

Alan yang berada didekat Brian menyenggol bahu Brian pelan. Brian menoleh. Mengangkat alis sedikit " Itu dulu kita kan? " Alan terkekeh pelan Brian cuma bergumam tak jelas. Alan mengerti kenapa Brian melakukan ini karena dulu mereka juga merasakan betapa bingungnya berbicara bersama orang asing. Disaat mereka bertanya yang simple sang asing malah ngelantur tak jelas. Susah memang.

" Yan liat Naina " Brian melirik Alan yang menunjuk arah pintu keluar. Naina dan kelompoknya sedang bernegosiasi dengan perempuan berkulit putih. Oh warga Cina. Brian tersenyum Naina dengan lincahnya mengentikan orang yang lewat. Muka cemberut tak ketinggalan saat tangan mereka terangkat sedikit.


Benar - benar manis



★★★★★



" Gue gak sanggup lagi Nai " Naina mendengar gerutuan itu lagi.

Nenek tua lewat

Naina berlari kencang mengejar Nenek itu tanpa teman - temannya. Negosiasi basa - basi sedikit selesai. Teman - temannya melingkari Naina. Mereka mengerti bahwa -kita dapat target-

Camera mode video. Naina menginstrupsikan " Nek tirukan saya " Sang Nenek mengangguk setuju.

Action

Naina melambai di depan camera " Hai " Sang Nenek juga melambai " My name. Tirukan Nek! " Perintah Naina

" Maen " Naina melongo lebar. Ekstra sabar Naina.

" My name Nek "

" Lah ya maen " Wah keburu habis nih durasinya

" Pelan - pelan Nek. My.. "

" Mai " Naina mengacungkan ibu jari. Sang Nenek tersenyum. " Name Rahayu "

" Em Rahayu " Naina mengangguk setuju " I was " Naina masih mengajari mengeja beberapa kata.

" Awas " Naina menepuk dahinya keras. Susah banget

" I " Naina mengulang lagi

" Ai " Ancungan jempol lagi

" Was " Dan berulang kali mereka melakukan pengulangan.

Sampai akhirnya Naina berterima kasih kepada Nenek Rahayu beruntung teman Naina sedah selesai mengerjakan tugas video saat Naina asyik dengan Nenek Rahayu.

Suara tepuk tangan keras mengakhiri penderitaan mereka.


Good bye hell



★★★★



Brian duduk melipat tangan didada. Mereka sedang berada di Cafe dekat bandara. Matanya menyipit melihat ekspresi mereka. Senyum, ketawa, sebal, murung, bahkan ada yang mencium tangannya sendiri?

" Capek? " Nada suaranya lembut. Ekspresi mereka berubah lagi. Memasang tampang muka memelas. Mimik wajah yang disetting se-imut mungkin. Jika mereka mengikuti kontes kecantikan para bangsawan kucing mungkin mereka akan mendapat tropy yang paling besar. Brian terkikik geli membayangkannya.

" Lapar? " Mereka menggangguk setuju dengan muka sumringah. Dan apa itu mata berbinar - binar. Ada yang tidak beres ini!

" Bapak bayarin ya? " Devo yang duduk disebelah Alan menaik turunkan alis matanya.

Terjebak dalam pertanyaan sendiri. Brian bego!

" Ya udah panggil pelayan " Teriakan mereka mengema diseluruh ruangan.

Disela mereka menikmati hidangan mereka tanpa sadar bercerita tentang tantangan pertama mereka. Brian melihat semangat membara di mata anak didiknya. Wajah mereka yang tersipu malu saat bercerita bule tampan yang berjabat tangan dengannya. Mereka bilang 'Tangannya besar banget lo!' Yah perbedaan yang cukup signifikan meskipun tangan orang Asia juga besar tapi tak sebesar tangan orang barat. Celotehan mereka tetap berlanjut meskipun piring mereka telah ludes habis.

Brian berdeham keras " Selamat kalian berhasil mengikuti tantangan pertama " Tepuk tangan meriah mereka dapatkan. Senyuman lebar tak kalah ketinggalan.

" Apa yang kalian dapat dari tantangan pertama kalian? " Brian menatap mereka semua. Dilihatnya mereka mengangguk bersama - sama

" Bule itu menyenangkan! " Mereka berteriak semangat. Seakan mereka baru mendapat bertubi - tubi hadiah.

Yah bule adalah orang yang menyenangkan. Kita bisa bahasa mereka. Berbicara dengan mereka. Itu hal yang menyenangkan. Bagi Brian itu menyenangkan sekaligus menyakitkan. Dari lubuk hatinya sakit itu masih tertancap jelas. Bertemu dengan Naina adalah warna baru untuknya. Bocah manis dengan luka lebam disekujur tubuhnya. Tangannya terkepal menahan amarah.

Hatinya berteriak jangan pernah mengingat kejadian itu lagi. Itu membuatnya sakit serta menderita. Brian berdeham lagi melupakan masa kelam yang tak pantas untuk diungkit. " Siap dengan tantangan kedua? " Mereka semua memandang satu sama lain. Seolah berbicara melalui mata. Tak berapa lama mereka memandang Brian. Senyumnya lebar mendengar jawaban tegas mereka.


" We accept, Sir "




★★★★★★


Hola masih ada yang menunggu cerita saya?
Terimakasih untuk yang udah coment sama vote. Dipart ini saya rada bingung dengan tempat parkirnya besi tua maklum saya hanya mampir lewat depannya saja. Hehe

So enjoy this part! Jangan lupa tinggalkan jejak.

Love

Master

18 Berstatus IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang