Bab 20: Apa Ini Akhir Hidupku?

32.8K 1.4K 15
                                    









Tersenyum.


Hanya itu yang Naina lakukan selama satu minggu ini. Menganggap bahwa ini adalah takdir Tuhan. Teman - temannya semua masih tetap menjauhinya. Dia bersyukur hanya satu kali mereka melakukan bully.


Di setiap pelajaran Bahasa Inggris mereka akan mengubah perilaku. Bercanda, gembira, menganggap bahwa tak ada beban. Tapi Naina tetap Naina hanya tersenyum seulas. Membiarkan Tuhan mengombang ambing hidupnya.

Dia tertawa miris.
Jika dihitung dengan jari berapa dia bahagia dan dia menderita, maka dengan senang hati dia akan mengancungkan satu jari telunjuknya untuk opsi dia bahagia.


Satu tetes air mata jatuh dibuku Naina. Hari ini dia duduk menopang dagu dan menatap langit. Seakan dia bertanya kepada Tuhan. Seakan dia ingin mengadu kepada-Nya.



Kenapa dia tak pernah bahagia?



Tak pantaskah dia untuk merasakannya?



Tak bolehkah dia meraihnya?



Dipandangnya langit biru yang terang dengan dipenuhi awan putih. Hembusan angin kencang membuat kepala Naina menunduk. Menelungsupkan kepala diantara sela tangan yang terlipat. Dia ingin istirahat. Dia ingin saat dia bangun hanya menemukan satu senyum yang membawa kebahagiaannya.



★★★★★



Brian bersenangdung ria sambil bersiul. Jemari besarnya memencet tombol keyboard laptop sesekali jemarinya berhenti hanya untuk mengambil camilan kacang polong yang ada disampingnya.

Naina menggelengkan kepala frustasi.
" Mas, mulutnya diam! "

Brian berhenti bersiul " Kenapa? "


Naina yang duduk disebelah Brian mengibaskan tangan. Brian hanya ber-oh-ria.

Lama mereka diam, hanya suara berisik televisi saja yang menguasai suasana. Brian telah selesai mengerjakan berkas dokumennya. Menutup laptop dan memandang Naina yang berada di sebelahnya. Brian merasa ada yang disembunyikan istrinya. Tatapannya kosong lurus kedepan tak ada raut ekspresi diwajahnya.


" Sayang " Panggil Brian keras dan tidur dipaha Naina. Naina hanya bergumam tak bergeming. Dibawah tempat Brian tidur dia melihat lingkaran mata hitam, wajah yang sendu, pipinya pucat tak berwarna merah lagi serta tak ada senyuman yang terlukis di bibir mungilnya.



Beberapa hari ini dia disibukkan dengan dokumen perusahaan dan juga surat ancaman. Dia masih memburu siapa dalang di balik semua ini. Kemarin dia menemukan titik terang tapi tumpul lagi. Dia dibuat pusing dengan itu semua belum lagi ada acara perluasan perusahaan yang berada di Jakarta dan juga materi sekolah.


" Mas keluar yuk! "


Mata Brian mengerjap pelan.
Tak percaya dengan indra pendengarannya.


" Ayo Mas, ikut gak? " Brian mengangguk masih tetap diposisi tidur dipaha Naina. Hingga Naina gemas mendorong kepala suaminya untuk bangkit. Brian dengan muka ditekuk berjalan menuju kamar mereka. Naina terkikik mendengar umpatan Brian.



★★★★★



" Sayang, makan jangan cepat - cepat "

Sang wanita tak mengubris.
" Enak mas. Enak "


" Iya tapi- " Terjadi juga! Wanita itu tersedak sampai terbatuk - batuk. Pria dihadapannya mengulurkan jus orange kehadapan wanita mungil itu.


" Huh! Lega, mas gak makan " Wanita muda itu mengusap bibirnya kasar.

Cafe O'zy tampak ramai hari ini. Banyak anak muda maupun tua memenuhi meja bundar itu. Tak terkecuali dua orang disudut pintu keluar. Brian dan Naina menikmati makanan yang tersaji di meja mereka walaupun sebenarnya banyak yang sudah dihabiskan oleh wanita mungil itu sendirian.


" Yang kamu lapar banget ya? " Brian berkata sangat polos. Naina tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.


Brian menggeleng pelan. Tapi senyumnya tetap terbit. Meskipun dia tidak tahu apa yang telah istrinya alami setidaknya dia bisa membantu meredakan sedikit beban-nya.





★★★★★





Naina membeku didepan dinding mading. Wajahnya pucat pasi, bibirnya bergetar menahan isak tangis, kepalan tangannya sangat erat hingga buku jarinya memutih.



-Hubungan gelap antara guru dan murid-



Didinding mading terdapat sebuah foto yang menjadi rahasia besarnya. Tulisan bercetak tebal miring itu membuat Naina menunduk dalam dan berlari keluar dari desakan murid yang melihat berita tersebut. Dia menulikan telinga tidak ingin mendengar cemooh murid lainnya.

Sakit hatinya belum terobati. Kenapa Tuhan seolah sedang mempermainkan hidupnya?


Dia terus berlari sampai di depan kelasnya. Masuk kedalam dengan keadaan menunduk. Suasana hening menyelimuti ruangan kelas mereka. Naina sempat berfikir bahwa dia akan mendapat makian di kelasnya tapi dugaannya salah.

" Kamu gak apa - apa? " Naina mendongkak menatap sang pemilik suara lembut yang berdiri dihadapannya. Mulutnya terbuka tak percaya.




Safitri Fernanda





Teman dekatnya. Teman sebelah bangkunya. Air mata Naina jatuh tak terbendung. Isakan pilu keluar meraung - raung. Hatinya sakit mendengar berita tersebut.





Dia menyalahkan Tuhan yang egois terhadap hidupnya. Bahkan dia ingin sekali mengutuk Tuhan hari ini juga.




Bahunya merosot. Tubuhnya bergetar. Bersamaan dengan itu, gebrakan pintu kelas terbuka.








Alan berdeham " Ikut Bapak keruang Kepala Sekolah! "

Apa ini akhir hidupku?




★★★★★






Hahhah bagaimana kabar kalian masih tetap stay disini atau sudah pada bosan?
Absurd banget cerita nih. Saya gag akan bikin masalah yang rumit karena saya gag mau hidup dibikin rumit. Meskipun ini hanya cerita abal - abal tapi saya menghargai pikiran saya yang selalu tersedia buat Mas Brian dan Neng Nai.


So thank teman buat kalian yang selalu stay disini....
Vote dan coment selalu saya harapkan





Love







Master

18 Berstatus IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang