" Nai, ini sudah "
" Udah mbak " Suara gemericik air kran dengan derasnya.
Cafe Flower Spring tempat Naina bekerja menjadi buruh cuci piring. Gaji yang dia dapat tidak terlalu banyak. Tapi Naina bersyukur dia bisa memenuhi kebutuhannya tentu bersama sang Ayah.
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Naina bergegas melepas afron yang selalu dia pakai saat bekerja. Dia berjalan sambil menengadah melihat langit yang terang.
Bintang bertaburan di langit. Semula keadaan gelap menjadi terang benderang. Cahaya malam dan sinar lentera lampu menerangi jalan. Naina tersenyum senang. Di pertigaan dia melihat Ayah-nya sedang berseteru dengan seorang Pria tua berpakaian rapi serta membawa mobil mewah. Wajah sang Ayah tampak tersenyum lebar melihat kedatangan Naina.
" Sini Naina " Sang Ayah menyodorkan Naina kepada sang Pria tua.
Naina bergidik ngeri melihat senyum Pria tua bangkotan tersebut. Naina melihat Ayahnya tersenyum melihat koper hitam. Mata hitamnya tampak berbinar. Jantung Naina melompat tak karuan.
Koper hitam itu berisi uang cetakan merah bertumpuk - tumpuk.
Naina tersentak kaget saat tangannya di cekal erat Pria tua " Lepasin " Naina berteriak kencang " Ayah "
Panji -Ayah Naina- masih sibuk dengan kopernya mendengar teriakan putrinya.
" Pergilah. Kau sudah aku jual bodoh! "
Naina menangis tersedu. Didalam mobil dia meratapi nasip nya yang akan datang. Tapi yang pasti dengan teganya dia dijual hanya untuk kesenangan Ayahnya. Ayah yang selalu disayangi nya sekarang berubah menjadi orang yang dibencinya.
Pertukaraan barang dan jasa disaat langit dipenuhi bintang dan secercah cahaya lampu jalanan.
★★★★★
Nafas nya tampak tak beraturan. Matanya menyusuri area tempat dia mengajar. Senyum tipis dia lepaskan. Diliriknya jam tangan yang bertengger indah di pergelangan tangan kirinya.
" Pak Brian "
Beberapa murid yang sedang beristirahat menyapanya dan dibalas anggukan kecil.
Langkah tegap dan bunyi suara sepatunya mengema di koridor. Dia hanya ingin bertemu dengan anak didiknya terutama istri tercintanya. Naina Putri Permata.
Sayup sayup telinga Brian mendengar suara perdebatan.
" Kenapa Bapak seenaknya saja menggantikan posisi Pak Brian " Brian jelas tahu bahwa suara bass itu adalah Reno.
Semenjak dia pertama kali masuk Reno sudah memandang nya intens. Bukan pandangan suka tetapi pandangan kagum. Dan Brian bangga bahwa Reno bisa bekerja sama dengan beberapa perusahaan nya. Bahkan saat perusahaan cabang dalam keadaan pelik Wijaya Group dengan senang hati membantunya.
" Bapak bukan seenaknya tapi Bapak Brian sudah satu bulan cuti. Ujian kalian bagaimana? " Brian tersenyum lebar saat suara berat itu terdengar.
King Sulaiman
Panggilan khusus pemberian istrinya. Brian terkekeh pelan. Dia mendekati jendela ingin melihat situasi. Didekat jendela pojok sosok gadis belia yang sudah satu bulan ini dirindukannya.
Wajahnya tampak murung meski kecantikannya masih terpancar. Brian merasa bersalah karena dia jarang membalas pesan Naina.
Brakk
KAMU SEDANG MEMBACA
18 Berstatus Istri
RandomBagaimana jika disaat kamu berusia 18 tahun kamu sudah berstatus ISTRI? Bagaimana jika orang yang menjadi suamimu adalah gurumu sendiri? Bagaimana juga reaksi teman sekelasmu jika mendengar desas desus ini? Bagaimana juga jika mantan pacar suami ber...