Bab 27: Akhir Dari Masalah

38.4K 1.5K 48
                                    





Brian tersenyum dalam balutan selimut. Hari minggu, hari dimana surga dunia datang. Setelah ramalan yang mengguncang batinnya dia bertekat untuk melewati hari - hari dengan kenangan.




Seperti pagi ini, sentuhan, pelukan, ciuman, saling memeluk satu sama lain, dan juga cubitan pedas. " Arrgh, sayang sakit "

" Tangan nya gak boleh kesitu! "

Brian memanyunkan bibir. Naina melihat itu mengecup sekilas pipi kiri Brian. Brian tersenyum dalam diam. Brian melihat mata Naina yang sedikit sembab, dia tahu jika kemarin pernyataan ramalan itu mengguncang dirinya. Dan juga bukan maksud ingin menutup nutupi tapi Brian hanya ingin semua berjalan dengan lancar.


Bersama Naina hanya tersisa dua minggu sampai kata 'berpisah' itu datang. Brian sudah menyiapkan kejutan khusus untuk mempelai wanita yang sangat dicintainya.

" Mas Brian jangan remas - remas Naina! " Brian membuka mulut dengan muka blo'on. Brian  mencerna perkataan Naina lama.



'Remas?' Batinnya





" Damn it! Maaf sayang khilaf " Brian merasa bersalah karena telah melanggar janji dan juga sedikit menikmati. " Anggap aja berkah " Brian terkekeh menanggapi kekonyolan Naina. Tapi Brian setuju jika itu adalah berkah pahala yang indah.




" Kita mau kemana hari ini? " Naina mengukir lukisan abstrak di dada Brian. Naina hanya berpikir ingin melakukannya bukan apa - apa tetapi reaksi Brian berbeda " Kamu mau menggoda Mas? "


Naina cemberut " Gak, Nai hanya ingin lukis dada Mas aja "


Apa? Hanya ingin lukis dada saja!
Alasan apa itu?



Brian menghembuskan nafas berat.
'Resiko punya istri labil'



" Mas yuk belanja! Aku pengen buat cake "






Bukankah bahagia itu sederhana. Melihat dia yang selalu tersenyum didekat kita. Nyaman berada dipelukan kita dan percaya bahwa kita akan selalu melindunginya.



Brian mengangguk setuju, sebelum Naina bangun dari ranjang. Ciuman bertubi - tubi melayang diwajahnya.


" Mas Brian mesuuum "



★★★★★




Mendorong troli jika dilakukan oleh pria tampan itu gawat. Sangat sangat gawat. Seolah ingin menerkam mangsa buruan yang lezatnya tak karuan. Dari pintu masuk sampai bagian sayuran. Mata tak ada yang putus memandangi kelinci putih yang tampan.

" Mas harus dekat Nai "

" Oke, beli apa lagi ini? "


" Kita kesana mas "


Naina sengaja menggandeng lengan Brian erat supaya tidak ada yang berani mendekati pria tampannya. Dibagian rak snack Brian menghentikan jalan. " Yang ambil ini ya! Ntar mau nonton bola sama Alan " Naina mengangguk dan juga ikut memasukkan camilan berbahan ketala dan kentang itu.



" Udah mas segitu aja? "

Brian mengangguk dan mulai merangkul Naina. Menggiring nya berjalan kearah bahan kebutuhan yang lain nya.


Mereka sesekali tertawa dan saling menggoda. Fitri yang kebetulan belanja menatap mereka berdua sendu. Dia ingin berbalik tapi telat sudah teriakan panggilan itu menghentikan langkah nya.


18 Berstatus IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang