-17

3.2K 299 25
                                    

-typo bertebaran
-tinggalkan kritik berbentuk saran
-don't repost
-just imagination
-alur mundur/flashback
[Happy reading]

....
🍑
𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪
.
.
.

"Aku udah dewasa kan luna? "

"Iya,... Allen udah dewasa"

Geo mengepalkan tangannya di atas meja belajar, telinganya tersumpal earphones yang terhubung langsung dengan ponselnya, yang tengah tersambung panggilan telepon dari tiga puluh menit lalu.

Mendengarkan dengan pasti seseorang yang tengah bercerita dan meluapkan perasaanya. Seruannya, isak tangisnya, nada putus asanya membuat geo merasa dadanya di remat. Ia mengingkari janji untuk selalu berada di samping sosok itu, gallen-nya.

"Ano janji balik lagi ke sini kan? "

"Iya,... Gue janji"

"Jangan jauh-jauh ya ano"

"Iya"

Percakapan terakhir sebelum geo memutuskan pulang malam itu.

Sesekali geo akan terkekeh merasa lucu jika teringat dengan wajah menggemaskan gallen. Ketika menangis, wajahnya akan memerah, bibirnya yang merah merona akan semakin merah, hidungnya akan berubah merah di sertai ingus yang akan tertarik keluar masuk ketika sang empu terisak dalam tangisnya.

Geo menyesali keputusannya untuk pulang. Malam itu saat sampai di rumah, ia mendapat kemarahan besar dari sang papa, tendangan dan pukulan tidak bisa di hindarinya. Geo yakin itu ulah keponakan kesayangan papanya. Dan ternyata benar,...
Dion mengadukan perbuatannya pada jeffry, dan mengatakan kedekatannya dengan seorang laki-laki yang mana hal itu membuat jeffry semakin murka. Geo tidak menampik pernyataan yang dion beberkan pada papanya, karena memang itu benar adanya.
Ia berfikir jika jeffry sudah puas menghukumnya, maka ia akan bebas melakukan apapun keinginannya, seperti keluar rumah dan sekolah misalnya.

Tapi ternyata itu salah, Jeffry mengurungnya dan melarangnya keluar rumah bahkan hanya untuk bersekolah. Ia hanya menerima tugas sekolah secara online seperti yang di inginkan papanya.

Geo muak, ia rindu dengan seseorang di sebrang sana, seseorang yang tengah meledakkan tawanya karena lelucon yang aluna lemparkan sebagai penghibur rasa sedihnya. Mengumpati jendela kamarnya yang terpasang tralis besi membuatnya tidak bisa kabur melalui celah manapun.

"Luna jangan keras-keras!! Mata aku kelilipan! "

Pekikan di sebrang sana membuatnya mengulas senyum kecil, gemas membayangkan sosok gembul pujaan hatinya.

"Kalian gak ajak aku main? "

Itu suara angkasa, sahabat sekaligus tetangga, adik kelas dan pemilik hati dari saudara kembar pujaan hatinya.
Sedikit tidak percaya jika keduanya adalah kakak beradik yang memilik jarak usia tujuh menit, mengingat kepribadian keduanya yang bertolak belakang.

Sebelum acara menyekapannya oleh sang papa, jeffry menyita ponselnya dan memblokir semua kontak orang yang bersangkutan dengannya di luar sana. Kecuali aluna, ayah dan bundanya (akbar & alina).
Mereka tidak tahu saja jika aluna adalah sumber utama yang di butuhkannya, orang yang akan menjadi perantara kisah asmara antara gallen dan dirinya.
Bersyukur tuhan tidak membuat dion ataupun orang tuanya mengetahui kedekatan aluna dengan gallen-nya....

"Wuahh!! Asa bawa apa? Aku mau!! " Seruan gallen membuat geo terkekeh kecil...

"Brownies pisang sama coklat, aku dapet dari abang" Balas angkasa...

"Aku mau! " Pekik gallen tidak sabar...

Geo membayangkan bagaimana binar bahagia di mata rubah itu, senyum cerah dengan pipi mengembang lucu....

SEMESTA (𝘽𝙥 𝙾𝚗 𝙶𝚘𝚒𝚗𝚐) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang