30 - Aku pasti AKAN mengubah takdirmu

73 9 2
                                    

Rion menunduk, membenarkan rambutnya dengan gerakan pelan, ia nampaknya ingin mencoba menyembunyikan tangan yang memerah setelah ditepis oleh Nagi. Sekilas, aku melihat kalau ekspresinya menegang, namun detik berikutnya, ia kembali memasang senyum sinis yang menjijikkan.

Nagi, tanpa berpikir panjang, mengulurkan lengannya di depan tubuhku, menghalangiku agar tidak maju. Aku terdiam, sambil menatap Nagi dengan bingung. Apa dia melakukan ini demi melindungiku? Kenapa sampai begini..? Rasanya aneh, melihat dia yang biasanya terlihat tenang menjadi begitu protektif.

Rion mulai membersihkan telinganya dengan ceroboh, ia bersikap seolah kami bukanlah sebuah ancaman di matanya. Saat ia telah merasa puas, kotoran dari jarinya yang tersisa, ia tiupkan ke arah Nagi. Aku merasa sangat kesal, meskipun aku tahu kalau saat ini aku seharusnya merasa tenang.

"Ah- maaf, maaf. Aku sama sekali nggak nyangka, kalo nona manis ini sudah punya pacar, " ucapnya dengan nada mengejek. "Maaf, mas pacar, karena aku hampir menyentuh sesuatu yang milikmu tanpa izin."

Mataku langsung tertuju pada senyumnya yang meremehkan, tanganku terkepal tanpa sadar. Detak jantungku semakin cepat.

Rion tahu cara bermain dengan pikiran orang, ia pandai untuk memancing emosi hingga batasnya.

"Kalian berdua... Nama kalian adalah Yuichi dan Nagi, kan?" Dia menyebut nama kami dengan nada yang seakan sudah tahu, hanya untuk memprovokasi kami lebih jauh.

"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA AKANE-SAN?!" Amarahku meledak, aku tidak tahan lagi dengan omong kosong ini. Aku tahu bahwa aku seharusnya tidak terpancing pada kata-katanya, namun, setiap kata yang keluar dari mulutnya membuat dadaku semakin perih.

"Hey hey, bukankah seharusnya kamu seharusnya menjawab pertanyaanku dulu? Itu tata krama yang paling dasar tahu, " ucapnya sambil memasang ekspresi tidak puas.

Tanpa berpikir dua kali, aku lantas mencengkeram kerahnya dengan kuat, sambil memasang sorot mata tajam. Aku ingin sekali melancarkan pukulan ke arah wajahnya, namun, untuk menjalankan rencanaku, kami tidak boleh berada di sisi yang buruk.

Pada akhirnya aku cuma bisa menahan diri huh..?

Aku benci pada diriku sendiri...

Aku menggelengkan kepalaku dengan frustasi, kemudian kembali mengalihkan fokusku pada Rion.

"CEPAT. JAWAB." teriakku kesal.

"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA AKANE-SAN BARUSAN?!"

Wajahnya berubah kesal. Rion dengan cepat menepis tanganku dari kerahnya. "Tsk! Cek aja keadaannya sendiri. Aku benci menjawab pertanyaan dari wanita kasar." Ia menatap kami dengan sorotan mata yang dingin. "Jangan khawatir, aku bukan tipe laki-laki yang suka menyakiti wanita."

Rion hendak berbalik, namun tubuhnya nampak berhenti selama beberapa saat. Ia lalu kembali menatap kami dengan tatapan yang merendahkan. "Satu hal lagi, aku hanya memberi peringatan pada kalian. JANGAN COBA MELAKUKAN HAL YANG ANEH. Karena mulai sekarang, takdir Akane sudah sepenuhnya berada di tanganku."

Kata-kata itu membuat seluruh tubuhku bergetar. Aku tahu pasti, kalau Rion bukanlah seseorang yang suka bercanda. Terutama, pada musuhnya.

"Aku tahu kalo kalian adalah teman dekatnya, tapi JANGAN SAMPAI MELEWATI BATAS. Kalau sampai kalian berani melanggarnya-" Rion mendekatkan wajahnya sedikit, hingga tersisa beberapa sentimeter saja di antara kami, sambil memasang ekspresi yang mengancam, ia melanjutkan perkataannya yang sempat terhenti. "Maka, teman berharga kalian itu lah yang akan terkena dampaknya."

Setelah merasa puas, dia membalikkan tubuhnya. Ia melangkah pergi dengan begitu santai, seolah tidak ada lagi beban pada dirinya.

Aku mengepalkan tangan, ingin rasanya menerjang dan menghajarnya di tempat. Namun, aku menyadari, kalau itu bukan pilihan yang tepat. Terlebih, sepertinya bukan aku yang merasa paling kesal di sini, apalagi dia juga masih menahan diri..

Aku kena GenBen?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang