31 - Yamashita Akane

38 7 0
                                    

5 tahun yang lalu.

Namaku Yamashita Akane, putri dari keluarga kaya raya, sebuah kehidupan yang banyak orang hanya bisa impikan.

Namun, kenyataannya hidupku jauh dari kesempurnaan. Semesta seakan-akan telah memberiku semuanya— harta yang melimpah, kecantikan alami, dan tubuh yang ideal— tapi ada satu hal penting dariku yang hilang.

Aku merasakan sebuah kekosongan yang terus menghantuiku, pengekangan yang membuatku tidak bisa kabur.

Di mata orang lain, hidupku selalu tampak sempurna. Orang tuaku, meski jarang terlihat karena kesibukan mereka, selalu memastikan kalau aku selalu "diberi perhatian yang cukup" dengan jadwal ketat setiap bulan.

Namun aku tahu, kedatangan mereka tidak pernah lebih dari sekedar formalitas, seperti kunjungan tamu, sementara aku terisolasi di villa besar ini. Beruntung aku memiliki banyak pelayan yang sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.

Aku bisa mendapatkan apapun yang kuinginkan— kecuali satu hal; kebebasan.

Ya, itu cukup. Seharusnya aku bersyukur karena bisa hidup seperti ini. Banyak orang lain yang lebih menderita daripada aku.

Namun, apakah aku bahagia..?

Setiap hari, melalui perintah ayah, seorang guru pribadi selalu memberikanku pelajaran tentang etika, keanggunan, dan bagaimana cara untuk menjadi putri yang sempurna. Setiap gerakanku diawasi, setiap langkahku harus elegan. Aku harus belajar, menari, menjaga penampilan, mempelajari kesopanan dan keanggunan seorang putri.

Aku juga disuruh untuk memasang "topeng" di wajahku, dan selalu menahan setiap emosi yang kurasakan.

Namun, meski dilanda semua hal itu, aku tak pernah merasa terbebani. Aku sudah mendapatkan banyak hal dari ayah, semua ini, hanya seperti "balas jasa" atas semua hal yang telah ayah berikan padaku. Cukup seperti itu.

***

Ayahku, Yamashita Shigeki, adalah sosok dingin dengan reputasi jenius di dunia pakaian. Orang-orang mengaguminya, tetapi di mataku, dia hanyalah figur jauh yang tak pernah bisa kugapai, layaknya bintang di angkasa.

Ayah memandangku dengan tatapan dingin, satu tangannya digunakan untuk menopang pipinya di atas meja, matanya tertuju padaku, seolah berusaha untuk menilai setiap gerakanku dengan sempurna.

"Akane."

Aku menundukkan kepalaku padanya, sebelum akhirnya menjawab perkataannya. "Iya, ada apa ayah?"

"Ayah bilang seperti ini demi kebaikanmu sendiri. Jangan ulangi kesalahan yang sama seperti ayahmu. Aturan pertama keluarga Yamashita; jangan pernah tunjukkan wajah aslimu di depan orang lain, sedekat apapun mereka denganmu."

"Ayah ingin kamu melakukan semua itu, agar kamu tidak dimanfaatkan oleh orang lain, " lanjutnya dengan tegas. Aku hanya menganggukkan kepalaku lemah pada nasihat— maksudku, perintahnya.

Aku menatap wajahnya, mau berapa kalipun aku mencoba, aku tetap tidak bisa menemukan sesuatu di balik wajah itu. Aku merasa bahwa ayah, meskipun dingin, ia bukanlah seseorang yang jahat. Namun mengapa, ia masih terus mengenakan "topengnya" bahkan di depan putrinya sendiri?

Mungkin itu semacam bentuk penyesalan, ayah mungkin pernah dikhianati oleh orang terdekatnya. Alasan itu lah yang membuatnya menciptakan peraturan ini, agar anak-anaknya tidak melakukan kesalahan yang sama.

Meski begitu, aku masih kesulitan untuk memahaminya. Aku hanya mengiyakan saja, segala hal yang ayah katakan padaku. Waktu berlalu, aku mulai mempelajarinya perlahan, bagaimana untuk mengenakan topeng seperti ayah.

Aku kena GenBen?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang