36 - Skakmat

13 4 1
                                    

"Apakah kamu sudah selesai mempostingnya?" Sudah satu hari berlalu semenjak aku meminta bantuan darinya, aku penasaran, apa dia sudah selesai melakukan tugasnya?

Jika sudah, maka aku bisa langsung melakukan langkah selanjutnya.

Gadis di balik telepon memakan sedikit waktu untuk menjawab. "Ya... Seharusnya akan memakan waktu baginya untuk membungkam media, karena bintang utamanya sedang bersekolah sekarang, " jawabnya dengan formal.

"Makasih banyak, Nagi-kun."

Aku menghembuskan napas lega begitu aku mendengar jawaban darinya. Dengan tawa kecil, aku membalas ucapannya dengan sedikit nada bercanda. "Nggak perlu terlalu formal, Ayase-san. Kita itu satu tim kan? Lagipula, aku yang seharusnya berterima kasih disini."

"Berkat popularitasmu kita bisa menyebarkan rumor ini- jadi.. Makasih karena sudah mau membantu, Ayase-san, " lanjutku.

"..."

"Iya, sama-sama."

Gadis itu langsung mematikan teleponnya, setelah urusannya dengan Rion selesai.

Aku menggaruk kepalaku dengan canggung.

Sungguh, gadis yang dingin...

Yah, kita hanya saling memanfaatkan satu sama lain. Jadi itu sudah cukup mengejutkan bahwa ia mau berterimakasih padaku.

Aku meminta bantuannya karena mendapatkan informasi dari Akane; bahwa Katou Ayase, adalah mantan pacarnya Rion ketika ia masih SMP. Kupikir, dia pasti masih memiliki beberapa dendam terhadapnya sampai sekarang.

Jadi aku menghubunginya satu hari yang lalu untuk meminta bantuan. Sebenarnya Chiharu saja sebagai seorang influencer cukup. Namun keberadaan Ayase juga cukup membantu, meskipun memiliki popularitas yang sama, dua gadis ini bekerja di bidang yang berbeda.

Chiharu lebih ke model, sementara Ayase adalah seorang pembuat konten. Pengaruh Ayase sedikit di atasnya. Tentu saja, hal itu dapat membantu kami untuk bergerak dengan lebih leluasa.

Sama seperti teknik catur yang bernama "Fork" dimana aku memaksa lawan untuk menghadapi serangan dari dua sisi sekaligus. Mau tidak mau, Rion harus membuat pilihan, entah bergerak maju dengan bodoh sesuai yang kuinginkan, atau menyerah dengan putus asa.

"Nah, nah. Ini saatnya kamu memakan umpanku, Rion-san, " gumamku sambil menutup ponsel. Lalu memasukkannya ke dalam saku celanaku.

Suara langkah berat, diikuti oleh beberapa teriakan gadis terdengar dari arah lorong.

"Dia rupanya tipe orang yang susah mengendalikan emosi ya?" Aku menyenderkan tubuhku di dinding, sambil dengan fokus menatap ke arah CCTV dan gudang peralatan olahraga.

Setelah beberapa saat, akhirnya Rion tiba di hadapanku. Ia melangkahkan kakinya dengan berat, sementara sorot matanya dengan tajam menatapku, tangannya terkepal dengan kuat. Aku melihat sedikit jejak dari darah pada kepalan tangannya, meskipun tidak terlalu kentara.

Waduh.

Aku menelan ludahku dengan gugup. "Hm.. Hm.. Apa yang sedang dilakukan anak laki-laki bernama Rion disini?" ucapku canggung.

Rion menghentikan langkahnya sesaat setelah ia tiba di hadapanku. Selama beberapa waktu, ia mengalihkan pandangannya ke kanan dan kiri, lalu mengangkat kepalanya ke atas. Nampaknya ia telah menyadari CCTV yang sedang merekamnya sekarang.

"Aku sudah tahu trik kotormu Nagi!"

Ia menarik kerahku dengan kencang. Rahangnya terkatup dengan kuat, ia menatapku dengan tatapan yang mengintimidasi seolah berusaha membuatku takut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku kena GenBen?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang