22. Terungkap

190 38 12
                                    

Tumbuh lebih baik

Cari panggilanmu

Jadi lebih baik

Dibanding diriku...

Lirik yang mungkin bisa mewakili perasaan Nanon pada putra semata wayangnya.

Sembari mengelus surai hitam sang putra yang tengah berbaring diatas pangkuannya Nanon membayangkan jika suatu hari nanti Tuhan memilih untuk memanggil Nanon lebih dulu. Siapa yang akan menjaga Marc? Siapa yang akan menyayangi Marc melebihi dirinya sendiri?

"Maafin papa, Marc."

"Papa gak usah minta maaf. Marc tau kalau papa pasti kecewa atas keputusan Om bai, tapi papa masih punya Marc disini. Papa masih bisa berbagi apapun sama Marc disini."

Nanon menggeleng, "Kenapa kamu gak seperti anak pada umumnya?"

Sang anak mengernyit heran, "Aku berbeda? Kenapa? Aku merasa biasa aja bahkan aku merasa hebat karena aku anak papa."

"Why don't you ever ask about who is your father?"

Marc tercekat, untuk pertama kalinya sang papa mempertanyakan pertanyaan yang selalu terbesit di pikiran Marc tanpa sepengetahuan siapapun.

Anak mana yang tak bingung jika sejak ia lahir bahkan tau siapa papanya ia tak pernah melihat sosok sang ayah. Sempat saja Marc mengira Bright adalah ayahnya namun ternyata bukan.

Marc memilih duduk di sebelah sang papa sembari mengelus pelan punggung tangan sosok pria yang selalu menjadi tujuan hidupnya, prioritas hidupnya.

"Karena aku tau kalau pertanyaan itu bakal nyakitin papa. Aku gak mau ngeliat papa sedih, aku gak mau sampai papa teringat akan sesuatu yang bikin papa sampai seperti ini."

"Papa adalah ayah, ibu, atau sebutan apapun yang terbaik sebagai orang tua. Aku cuma butuh papa, aku punya papa dan selamanya hanya papa."

Tak disangka Nanon menitikkan air mata mendengar penuturan putranya. Orang yang menjadi alasan Nanon hidup seperti sekarang sekaligus orang yang menjadi alasan Nanon bertahan sampai hari ini kini sudah tumbuh dewasa hanya karena campur tangan dirinya saja, tanpa sang ayah dari anak itu.

"Untuk saat ini aku minta tolong sama papa, biarin aku tau sendiri suatu hari nanti. Meskipun pahit aku siap, pa. Tapi aku cuma mau aku sendiri yang tau, bukan dari mulut siapapun termasuk papa."

"Maka dari itu tolong terima Louis di rumah ini, aku mohon."

Nanon hening sejenak, "Apa hubungannya dengan Louis, Marc?"

Marc hanya membalas dengan senyuman sebelum akhirnya ia mengecup pipi kanan sang papa, "Aku mau ke rumah Kak Phu dulu."

"Hei.."

Marc menghentikkan langkahnya lantas berbalik menatap sang papa, "Sebentar aja. Nanti aku pulang buat peluk papa lagi."

"Janji?" Entah mengapa terasa berat mengizinkan Marc untuk pergi saat ini, seperti Nanon ingin memeluk putranya itu sampai ia terlelap.

Marc tersenyum sangat manis, lebih manis dari biasanya. 

"Iya, pa. Aku janji."

Tubuh Marc perlahan hilang di balik pintu rumah, Nanon masih menatap kearah pintu sampai akhirnya suara mobil miliknya terdengar menjauh dari kediamannya. 

Marc tahu jika keputusannya kali ini akan membuat sang papa marah atau bahkan kecewa padanya namun jika ia tetap diam maka semuanya pertanyaan di pikirannya tak akan pernah terjawab.

Dan disinilah Marc berada, di sebuah rumah mewah dengan banyak tumpukan map besar di atas meja yang ada di hadapannya. 

"Apa yang kamu tau tentang papa?"

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang