23. Temu

73 17 3
                                    

Brak!

Pintu kamar Marc ditutup dengan kencang oleh sang empu. Remaja laki laki itu duduk termenung dibalik pintu kamarnya sembari mencerna apa yang baru saja terjadi padanya.

Sembilan belas tahun berlalu tumbuh tanpa seorang ayah tiba tiba saja sosok ayah itu datang menghampirinya. Marc hanya mengenal papa dalam hidupnya tanpa pernah Marc sangka bahwa hari ini akan tiba.

Sungguh sangat sulit untuk menerima sosok ayah itu untuk melengkapi hidupnya setelah ia mengetahui kepahitan yang dialami sang papa karena sosok ayah nya itu.

Marc terluka tapi namun Marc tau jika sang papa jauh lebih terluka dari dirinya.

"Marc, ada apa?" Suara lembut berirama khawatir bisa Marc dari balik pintu. Itu suara sang papa.

"Marc?"

Marc mengusap air mata yang membasahi wajahnya, ia tak ingin membuat sang papa khawatir. Dengan berat hati ia menarik nafas panjang melepas sedihnya lalu membuka pintu untuk sang papa.

"Hei?" Nanon yang terkejut melihat wajah merah sang anak langsung menakup wajah tampan putranya, "Kamu kenapa?" Tanya Nanon.

Marc menggeleng, "Ada masalah sama kak Phu aja, Pa. All is Good." Senyumnya.

"Papa mengenal kamu sejak pertama kali kamu menangis, Marc. Jangan bohong sama papa."

Marc memeluk tubuh sang papa, menghirup aroma mint yang selalu menjadi penenangnya.

"Marc lagi capek aja, pa. Jangan khawatir."

"Marc? Ada apa?" Marc sontak menoleh begitu mendapati dua pamannya datang bersama keluarga mereka.

"Dad Frank, Papa phem?" Marc langsung melepas pelukannya pada Nanon lalu beralih memeluk dua pamannya.

"Kak Drake? Ada apa?" Nanon lebih dulu menghampiri dua iparnya, Drake dan Chimon.

Drake menggeleng, "Kakak gak tau tiba tiba aja abang pulang sama Chimon terus ngajak kita kesini."

"Bang Phem merasa ada yang gak beres, Non." Ujar Chimon.

"Kamu kenapa, Marc?" Tanya Pluem.

Marc terkekeh, "Kenapa kalian keliatan khawatir sama aku sih? Aku gapapa, pa phem." 

Deru suara mesin mobil terdengar dari arah luar kediaman Nanon. Mendengar itu Frank lebih dulu pergi mengintip dari arah jendela memastikan siapa yang datang.

Mata Frank mebelalak kaget melihat siapa yang baru saja turun dari mobil Lexus hitam itu.

"Bajingan itu rupanya." Ucap Frank membuat semua orang kecuali Marc terlonjak kaget. Tangan Nanon tiba tiba bergetar hebat begitu melihat wajah Frank. 

Pluem berlari menghampiri Frank yang hendak keluar menghampiri lelaki itu, "Jangan. Kita tunggu disini."

"Tapi, bang-"

"Stay here, Frank!" Tukas Pluem.

Drake dan Chimon merangkul Nanon yang sudah ketakutan. Mata Nanon berkaca kaca serta keringat mulai mengucul berbarengan dengan kilasan masa lalu yang tiba tiba saja terbesit dalam pikirannya.

Mulutnya merancau memanggil nama sang putra, "M-marc...."

Seakan paham apa yang terjadi, Marc berlari kearah pintu masuk menerobos Pluem dan Frank.

"Minggir!" Sarkas Marc.

"Marc!"

Dengan wajah penuh amarah Marc membuka lebar pintu rumahnya menampilkan seorang Ohm Pawat Jongcheveevat bersama Perth serta Louis, putranya.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang