DUKA

46 3 0
                                    

Kantin campus sangat ramai dengan para mahasiswa yang berbondong-bondong mencari tempat duduk yang nyaman. Ada yang di pojok, di depan, dan di tengah-tengah.

Sama hal nya dengan Dito, Nafi dan Arira. Mereka lebih suka di pojokkan karna dekat dengan taman. Dan juga katanya, Wi-Fi nya lebih kenceng. Dasar, anak kuliahan sukanya gratisan!.

"Fi, kecap. Gila pedes banget"

"Ih, ganggu aja" Nafi berhenti membaca novel yang sengaja ia pinjam dari perpustakaan karna harus memberikan kecap pada Dito.

Dito segera menerima kecap tersebut.
Lalu menuangkan cukup banyak. Benar ya, cabai itu mahal. Buktinya baru tiga sendok sudah pedas.

Sedari tadi. Arira hanya mengaduk-aduk minuman sambil melamun. Pikirannya melayang kemana Edo? Ia telfon tidak di angkat. Tadi saja, Edo tak mengantarkannya kuliah. Terpaksa dirinya naik taxi setelah bertemu dengannya kembali.

"Kak, Kak Arira" Panggil Nafi.

Arira yang tersadar menoleh. Memang, Arira lebih tua di antara Nafi dan Dito. Ia seumuran dengan Aziz dan teman-temannya. Tapi ia pernah berhenti sekolah setelah lulus SMA karna sakit. Jadi telat masuk kuliah.

"Eh, iya apa? " Tanya Arira.

"Itu, HP kakak, dari tadi bunyi" Tunjuk Nafi.

Arira mengerutkan dahi melihat nomor yang tertera.

"Nomor siapa ini? " Tanyanya pada diri sendiri lalu mengangkatnya.

"Hallo" Ucapnya kemudian

".......... "

"Iya, Arira saya sendiri"

Arira terdiam setelah mendengar jawaban dari sebrang.

"Kak Arira kenapa? " Tanya Dito saat melihat Arira terdiam.

Nafi mengambil ponsel dari tangan Arira.

"Hallo" Sapa Nafi

"Hallo, saya ulang bahwa saudara Edo Laskar Sanjaya berada di rumah sakit" Nafi melihat Arira sudah berlari.

"Kak, mau kemana?! " Seru Dito pada Arira yang sudah keluar dari kantin.

Nafi mematikan sambungan lalu memasukkan kedalam tas.

"Do, ayo kejar Kak Arira" Ucap Nafi terburu-buru.

"Sebenarnya ada apa? " Tanya Dito bingung.

"Kak Edo masuk rumah sakit! "

Mendengar itu Dito terkejut. Mereka segera pergi. Dan sebelum pergi Dito membayar terlebih dahulu.

                         *****

Aziz melangkah dengan cepat di lorong rumah sakit. Tadi ia mendapat telfon dari Nafi bahwa Edo masuk rumah sakit. Sampai depan ruangan ia melihat Arira, Nafi, Dito, Rama, Fian, dan Arga serta  orang tua Edo.

"Gimana keadaannya? " Tanya Aziz.

"Edo kritis" Ucap Arira lesu.

Aziz melihat Arira menangis dalam pelukkan Nafi.

Aziz duduk di sebelah Arga.

"Jidat lo kenapa? " Tanya Aziz pada Arga.

"Eh, iya gue baru sadar. Nyium tembok lo? " Tanya Fian.

Arga mengusap dahinya yang tertutup hansaplast. "Nggak papa, cuma kecelakaan dikit"

Arira menghapus air matanya.
"Mau kemana kak? " Tanya Nafi ketika Arira berdiri.

"Toilet" Arira mempercepat langkahnya memasuki kamar mandi. Arira lebih merasa sedikit lega setelah membasuh wajahnya. Ia pergi ke taman duduk di atas ubin memandangi air mancur.

Arira menoleh ketika ada kotak di sampingnya terbungkus plastik putih.

"Gue tau lo belum makan" Ucap lelaki yang berdiri di samping Arira. Arira hanya diam. Pandangannya lurus kedepan.

Lelaki tersebut menghela nafas. Ia berbalik meninggalkan Arira. Baru tiga langkah ia berhenti....

"Makasih hansaplast nya" Ucapnya lalu kembali melangkah hingga hilang di belokkan.

Arira mengambil kotak tersebut. Membukanya lalu menggigit bibirnya. Ternyata dia masih ingat makanan kesukaannya. Arira menangis dalam diam di temani oleh serabi kotak rasa keju di pangkuannya.

                        *****
Di dalam mobil Revan mendiamkan Azizah yang sibuk berbicara sedari tadi. Karna ia masih kesal atas kejadian di rumah tadi.

"Kak, kak Revan" Revan bergeming. Membuat mata Azizah berkaca-kaca siap untuk menangis. Revan gelagapan saat melihat Azizah menangis.

"Eh, kok nangis. Jangan nangis ya"  ucap Revan menenangkan.

"Lagian Kak Revan aku panggil cuma diem" ucap Azizah seperti anak kecil menghapus air mata secara kasar.

"Ya udah kakak minta maaf" ucap Revan. Ia mengusap kepala adiknya yang tertutup jilbab. Azizah berhenti menangis karna sudah sampai di depan rumah.

"Kak, aku cuma mau bilang. Kalau cinta harus di perjuangin, kalau sayang  di jagain. Perempuan itu butuh kepastian bukan layangan yang main tarik ulur sembarangan. Sabar juga ada batasnya." Azizah tersenyum.

Revan diam berusaha mencerna kata-kata adiknya.

"Kak, aku masuk ya udah malem" Azizah keluar dari mobil.

"Hati-hati" Ucap Revan. Ia melajukan mobilnya setelah melihat Azizah masuk rumah. Revan belok kanan bukan kiri kearah rumahnya. Tapi kerumah sakit setelah di kabari Aziz bahwa Edo di rawat dan ia sengaja tidak memberi tahu Azizah.

Setelah mengetahui ruangan Edo Revan bergegas kesana.

"Azizah gimana? " tanya Aziz saat melihat Revan baru datang.

"Aman udah di rumah. Mending lo pulang kasihan dia sendirian di rumah"

"Bener bro, kita yang jagain Edo" Ucap Arga yang di angguki Rama dan Fian.

"Fi, ajak Arira dan Dito pulang. Kalian butuh istirahat" Kata Aziz.

Arira menggeleng "nggak, gue mau disini"

"Kakak pulang ya, besok kita kesini lagi" Nafi membujuk Arira.

Akhirnya Arira, Nafi pulang dengan mobil Dito. Sedangkan Aziz membawa mobil sendiri.

Jangan lupa vote ⭐ya

Cinta Suci AzizahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang