Hari ini Aziz sudah boleh pulang. Ia sekarang berada di kamar.
"Istirahat ya, bunda tinggal keluar" Maya menyelimuti Aziz. Aziz hanya mengangguk sebagai jawaban karna dirinya belum sembuh total.
🍁🍁🍁
Rencananya hari ini Azizah akan memasak perkedel dan capcai untuk Aziz yang sudah keluar dari rumah sakit. Azizah sekarang berada di supermarket untuk berbelanja. Selesai membayar ia pun keluar."Azizah! "
Azizah menoleh mendapati Fian menghampirinya.
"Kak Fian" Sapa balik Azizah.
"Boleh bicara sebentar"
Azizah mengangguk. Mereka mencari cafe terdekat.
Setelah memesan dua jus alpukat. Fian mulai pembicaraan.
"Zah, gue mau minta bantuan lo" Ucap Fian hati-hati. Baru kali ini seorang Fian Ramadhan minta bantuan pada perempuan.
"Kalau Zizah bisa, isya Allah aku bantu"
Pada akhirnya Fian menceritakan tentang kesalah pahaman Nala terhadapnya.
"Nah, gitu ceritanya" Ucap Fian mengakhiri cerita.
Azizah meminum jus alpukat. Manis, itu yang ia rasakan.
"Em... bisa kok"
Jawaban Azizah membuat Fian lega.
"Tapi, aku mau tanya satu hal" Ucap Azizah dengan wajah serius. Itu membuat Fian penasaran.
"Apakah kakak mencintai Nala? "
🍁🍁🍁
Azizah sudah berdiri di depan rumah Aziz. Sejak Aziz amnesia ia tinggal di rumah Revan tidak di rumahnya sendiri."Asalamualaikum" Zizah masuk. Ia melihat Nafi sedang menonton tv.
"Walaikumsalam akhirnya datang juga" Nafi dan Azizah menuju kamar Aziz.
Aziz terlihat sedang membaca-baca buku. Ia menoleh ketika melihat Nafi dan Azizah masuk kamarnya.
"Kakak makan ya" Nafi membuka rantang yang di bawa Azizah. Ada capcai dan perkedel lalu ia berikan pada Aziz. Sedangkan Aziz hanya diam. Azizah tersenyum semoga suaminya suka dengan masakannya.
"Ya ampun lupa minumnya. Zah, aku tinggal dulu" Nafi keluar menuju dapur untuk mengambil minum.
Azizah bingung harus apa. Ia mengamati jam di dinding pukul 13.30 wib.
"Nama lo, Azizah? "
Azizah menoleh. Ia mendapati Aziz menatapnya dengan dingin. Azizah mengangguk sebagai jawaban.
"Dan ini, masakan lo? " Aziz mengangkat rantang di pangkuannya.
"Iya itu per-"
Prangg
Aziz membanting makanan tersebut ke lantai. Membuat Azizah terkesiap.
"Gue nggak sudi makan makanan dari lo! " bentak Aziz pada Azizah.
"Ke... na.. pa?" tanya Azizah dengan suara bergetar.
"Perempuan munafik! "
Bagai di tusuk belati ucapan Aziz padanya.
"Apa maksud kakak? " tanya Azizah dengan muka memanas.
"Lo, kan yang rebut Revan dari Nafi dan lo sekarang ada di sini jenguk lelaki lain! "
Azizah memejamkan mata membuat air matanya menetes.
"Aku nggak pernah rebut kak Revan dari Nafi. Kak Revan itu kak-"
"Cukup! gue nggak mau denger! " Aziz berucap dengan datar. Pertahanan Azizah runtuh air matanya mulai berjatuhan membasahi pipi.
"Asal kakak tahu, aku istri kakak! " Ucap Azizah dengan mata berkaca-kaca.
"Istri?! apa buktinya! " Ucap Aziz dengan senyum meremehkan.
Azizah melirik jari tangannya. Cincinnya tidak ada. Astaghfirullah ia lupa meletakkannya di laci kamar.
"Kakak pernah memberikan kalung padaku" Azizah meraba lehernya yang tertutup jilbab. Ya Allah, nggak ada dimana kalungnya?.
"Mana? dasar pembohong! "
"Percaya kak, aku istri kamu! "
"Cukup.Pergi dari sini gue muak liat muka lo! " Usir Aziz pada Azizah.
Azizah mengusap air mata di pipinya secara kasar.
"Jika itu yang kakak mau, aku akan pergi" Azizah menoleh saat berada di ambang pintu.
"Tunggu sampai kebenaran terbukti! " Setelah berucap Azizah lari sampai ia menabrak Nafi di depan pintu.
Aziz diam. Kenapa ia merasa sakit melihat air matanya.
"Apa yang kakak lakukan pada Azizah?! " Tanya Nafi dengan nafas memburu.
"Gue cuma bilang dia perempuan munafik yang telah merebut Revan dan lo" Jawab Aziz tanpa rasa bersalah.
Ingin rasanya Nafi membenturkan kepala kakaknya pada dinding.
"Kakak bilang Zizah munafik?! "
Aziz hanya mengangguk.
"Asal kakak tau, aku dan kak Revan sudah putus lama. Dan yang memutuskan itu aku! " Jawab Nafi. Jadi, mereka sudah putus?
"Perempuan yang kakak kira kekasih Revan dia adalah adiknya! "
Fakta itu membuat Aziz terkejut.
"Dan asal kakak tahu lagi, dia istri kakak!! "
Aziz tambah terkejut. Benarkah? .
"Liat kalung kakak terukir namanya! "
Aziz melepas kalung di lehernya yang berbandul cincin berukir nama Azizah.
"Azizah" Jadi, perempuan yang ia bentak. Yang ia katai munafik istrinya. Aziz memegangi kepalanya berusaha mengingat.
"Saya Terima nikahnya saudari Azizah"
Aziz memegangi kepalanya berusaha mengingat kepingan-kepingan memori ingatannya.
"Mas Aziz"
Aziz melihat bayangan perempuan yang ia gandeng.
"Azizah" Aziz telah mengingat kembali. Astaghfirullah apa yang telah ia lakukan pada istrinya.
"Akh! " Aziz menarik rambutnya sendiri. Ia merasa lelaki paling bodoh. Lamat-lamat Aziz tak sadarkan diri.
"Kak Aziz! " Teriak Nafi.
Yah, kasihan Azizah🥺 di suruh pergi sama suami sendiri.
Ikuti terus ceritanya. Jangan lupa ⭐ end komen biar author semangat nulisnya😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Suci Azizah
Ficção AdolescenteJodoh, kematian, dan nasib seseorang hanya Allah yang tahu. Manusia hanya bisa menerima dan menjalani sekenario yang telah di buat_Nya. Seperti Azizah yang tak pernah berfikir akan menikah di usia yang masih terbilang muda dengan seorang lelaki yang...