RUMAH SAKIT

22 3 0
                                    

Di dalam mobil tak henti-hentinya Azizah merapalkan doa untuk Suaminya.Azizah diam melihat pemandangan di luar jendela dengan air mata yang membasahi pipi. Revan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah sakit. Ia sudah menghubungi kedua orangtua Aziz.

Sesampai di rumah sakit. Azizah dan Revan menuju UGD setelah bertanya pada salah satu suster. Azizah melihat Pandu dan Maya yang menunggu di depan ruangan.

"Nak" Maya memeluk Azizah.

"Mas Aziz, bun" Azizah menangis dalam pelukkan Maya. Ia tak kuasa menahan air mata. Sedangkan Revan dan Pandu menunggu dokter yang sedang memeriksa.

Cklek
Pintu terbuka

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Pandu.

"Pasien belum sadar dan pemeriksaan akan di lanjut oleh dokter yang masih dalam perjalanan"

"Apa kami boleh melihatnya? " Tanya Revan.

"Boleh, silahkan" Ucap dokter lalu segera pergi.

"Nak, masuklah" Maya melepas pelukkannya.

Azizah menghapus air mata. Azizah duduk di kursi yang berada di samping brankar. Aziz terbaring dengan tangan di infus dan dahi di perban.

Azizah meraih tangan Aziz yang tak bergerak.

"Asalamualaikum mas" Azizah tersenyum walaupun dengan air mata.

"Mas, cepet sembuh ya" Azizah mengusap rambut Aziz dengan lembut. Ia berharap Aziz segera sadar.

Nafi hanya mampu terpaku di depan pintu. Kakaknya yang terbaring lemah di atas ranjang. Biasanya, Aziz selalu usil padanya samapai membuatnya kesal. Nafi berbalik segera pergi tak mendengarkan panggilan Maya.

Nafi duduk di taman rumah sakit. Air mantannya terus menetes.

"Nih, hapus" Nafi melihat sapu tangan di depan wajahnya. Ia hanya diam tanpa ada niat mengambilnya.

Revan menghela nafas.Lalu duduk di samping Nafi.

"Udah jangan nangis. Langit kan nggak mendung jadi jangan hujan" Revan menghapus air mata Nafi.

"Ih, Kak Revan hiks... " Nafi menepis tangan Revan. Bisa-bisanya Revan bercanda saat dirinya sedang sedih.

"Gue tau lo sedih. Gue juga sedih liat sahabat gue terbaring. Jadi, jangan lo tangisin tapi lo doa in biar cepet sembuh" Ucap Revan tersenyum tulus.

Nafi menoleh. Secara perlahan bibirnya terangkat ikut tersenyum.

Azizah keluar dari ruangan. Ia mempersilahkan Pandu dan Maya untuk masuk.

Azizah kembali duduk.

"Azizah? " Farah menghampiri putrinya.

"Ibu, Mas Aziz" Azizah memeluk ibunya.

"Sudah semua akan baik-baik saja" Ucap Farah menenangkan.

Nafi dan Revan ikut bersedih melihat keadaan Azizah yang syokh. Nafi tau apa yang di rasakan Zizah.

"Zah" Nafi menggenggam tangan Azizah seolah-olah menyalurkan kekuatan untuk Azizah.

"Revan? "

Revan menoleh saat namanya di panggil.

"Arga? " Sapa balik Revan.

Sorry gue telat. Siapa yang sakit? " Tanya Arga yang baru datang dengan setelas jas putih.

Sebelum Revan menjawab Maya dan Pandu keluar dari ruangan dengan panik.

"Dok,anak saya kenapa?dia Kejang-kejang" Ucap Maya panik di sampingnya ada Pandu berusaha menenangkan istrinya.

"Biar saya periksa dulu" Arga memasuki ruangan untuk memeriksa kondisi Aziz.

Ruangan di buka. Brankar Aziz di dorong keluar oleh beberapa perawat.

"Mau di bawa kemana Kak Aziz? " Tanya Nafi.

"Pasien kritis akan kami pindah ke ruang ICU" ucap Arga lalu membawa Aziz pergi.

Nafi menangis mendengar kakaknya kritis. Mereka menyusul ke ruang ICU.

Mereka menunggu di depan ruangan. Menunggu Aziz yang sedang di periksa. Azizah menangis dalam diam. Farah membawa Zizah kedalam pelukkannya. Nafi memeluk bundanya menunggu kakaknya. Sedangkan di sampingnya ada Pandu dan Revan yang memilih diam.

Cklek

Arga keluar ruangan.

Mereka semua berdiri menunggu kabar keadaan Aziz.

Azizah menghapus air matanya.
"Bagaimana keadaan suami saya? "

Arga menghela nafas"maaf, pasien di nyatakan koma"

"Ko... ma? " Ucap Azizah mengulangi perkataan. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

"Azizah! " Azizah tak sadarkan diri setelah mendengar keadaan suaminya.

Selamat membaca. Sorry jarang publish. Jangan lupa vote⭐ biar semangat nulisnya.

Cinta Suci AzizahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang