7.

16 2 0
                                    

Happy reading~

Jangan lupa vote+comment buat penyemangat aku🥰🤗🫶🏻

🐹🐬

"Kakak?" Lirih Fariz

Kini Ji-han sudah berada di Indonesia tepatnya rumah sakit tempat dimana sang adik dirawat inap.

"Iya sayang? Mau minum?" Tanya sang kakak dengan nada khawatir

"Eung... Mau peluk kakak," tolak Fariz, tetapi ia ingin dipeluk oleh sang kakak kesayangan.

Dengan tangan yang direntangkan, Ji-han masuk kedalam pelukan itu. Hangat. Ia sangat rindu dengan adik laki-lakinya yang paling manja.

"Bagian mana yang sakit, sayang? Bilang sama kakak," ujar sang kakak sambil mengelus pucuk kepala Fariz

"Gak ada. Obat aku di kakak," jawab Fariz dengan gemas yang membuat sang kakak terkekeh

"Hhhh... Kangen ya sama kakak?" Ledek Ji-han

"Emang kakak gak kangen aku nih?" Tanya nya kesal sambil melepaskan pelukannya perlahan

"Kangen dong sayang, ini kan adik kesayangan kakak,"

"Tcih... Yang paling sayang pasti Kale 'kan?" Decih Fariz

"Haha iri ya kamu..."
"Walaupun adik paling kesayangan kakak itu, Kale. Kamu juga adik kesayang kakak, sama Azzam juga." Jelas Ji-han

"Iya aja deh..." Pasrah Fariz

Kondisi Fariz memang terlihat tidak terlalu parah, tapi jika dirasakan pasti sangat amat sakit. Ia kecelakaan karena ceroboh saat itu.

Flashback on

"Gabut banget. Panasnya udah mendingan juga. Ke lapangan kali ya," gumam Fariz

Saat itu, Fariz memang sedang tidak enak badan, suhu badannya di atas normal, 39°, tinggi bukan? Bahkan ia sempat izin untuk tidak masuk sekolah. Tetapi saat menjelang sore tiba, ia sangat bosan walaupun sebentar lagi para saudaranya akan pulang sekolah.

Untuk mengisi kegabutannya, Fariz beranjak dari kamarnya lalu pergi ke garasi rumah untuk mengambil sepeda motornya. Lalu pergi ke lapangan komplek.

Sesaat setelah bermain bola basket bersama teman-temannya, ia berniat ke rumah sakit karena kepalanya sedikit pusing dan ia juga merasakan bahwa suhu tubuhnya kini meningkat.

(Dasar anak nakal, lagi sakit bukannya istirahat malah main)

Saat perjalanan menuju rumah sakit, ia tidak sadar bahwa di depan sana ada truk yang melaju kencang tanpa melihat adanya bahaya yang akan terjadi.

Sepeda motornya yang terpental jauh dari tubuhnya kini hanya bisa ia tatap nanar, motor kesayangan yang dibeli oleh sang kakak, Ji-han, dengan banyak bercak darah disekitarnya.

Sebelum akhirnya ia mendengar banyaknya suara yang memanggil namanya lalu terdengar suara ambulans yang berakhir ia menutup mata.

ಥ⁠‿⁠ಥ

Saat mencoba membuka matanya, ia merasakan pusing yang sangat hebat. Dengan berat hati, ia pun tertidur kembali.

Dengan samar, indra pendengarannya menangkap suatu suara yang sangat ia rindukan. Sang kakak, Ji-han. Dengan penuh semangat ia mencoba kembali membuka matanya dengan perlahan.

"Kakak?" Ucapnya lirih

"Iya sayang? Ini kakak," runtuh sudah pertahanan sang kakak saat melihat kondisi adiknya, kepala yang diperban, nassal kanul yang terpasang di hidung mancung milik sang adik, lalu kaki sebelah kanan yang di gips.

Kakak? || ZHONG CHENLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang