-19- Biarkan seperti ini

1 0 0
                                    

Ruangan Osis SMA Antartika sudah penuh oleh seisinya, 45 anggota Osis dan 32 anggota MPK terlihat fokus mendengarkan proposal kegiatan yang dijelaskan oleh masing-masing ketua mereka.

"Sampai sini ada yang ingin ditanyakan?" Tanya sang ketua Osis, barangkali ada yang masih kurang paham dengan pembahasan pada rapat hari ini.

"Saya Kak," Anggota Osis yang duduk paling depan itu mengangkat tangannya, yang tidak lain tidak bukan adalah Alessa.

"Silahkan."

"Untuk kegiatan ini apa Osis dan MPK terlibat? Maksutnya pameran ini hanya untuk siswa biasa, atau kami juga diperkenankan ikut?"

Belum sempat Tyo membuka suara untuk menjawab, Yoga sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Alessa. "Untuk sekarang mungkin Anggota yang dipilih jadi panitia boleh mengikuti, tapi untuk Osis dan MPK pamerannya disendirikan, jadi tidak sama dengan siswa yang lainnya."

Meski sedikit kesal, Tyo mengangguk tanda setuju dengan penjelasan Yoga. "Untuk kalian anggota Osis dan MPK, kemarin saya sudah berdiskusi dengan Pak Naren, kalian wajib membuat sebuah Puisi atau Cerpen. Nanti satu-persatu dari kalian harus maju ke depan Auditorium untuk membacakan karyanya masing-masing." Tambahnya.

Seisi ruangan kompak mengucap kalimat "Wah". Beberapa dari mereka ada yang senang, tapi ada juga yang mengeluh karena dirasa cukup memalukan jika harus berbicara di hadapan banyak orang. Ya walaupun seorang anggota Osis wajib percaya diri.

"Saya dengar, disini ada yang cukup ahli dalam bidang Sastra. Siapa ya?" Tatapan Yoga kini beralih pada Alessa, sedikit rasa tidak suka muncul di benak Tyo. Modus.

"Ciee Alessa, udah pasti juara 1 inimah." Siska menepuk pundak Alessa dengan bangga, seantero SMA Antartika terutama angkatan kelas 10 sudah cukup paham kemampuan yang dimiliki Alessa.

"Nanti bikin puisi tentang kita aja, Sa. Osis hebat yang mengutamakan kesejahteraan sekolah, HAHAHA." Imbuh Mahesa, wakil ketua osis yang sudah terkenal cukup tengil di sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri, Mahesa memiliki jiwa kepemimpinan cukup baik dalam Organisasi.

"Ah, feelingku Alessa bikin puisi tentang seseorang ga si, keliatan dari mukanya." Goda Farah dengan ekspresi yang cukup menyebalkan dimata Alessa.

Siska mengangkat jari telunjuknya sampai ke dagu, gelagat seperti orang berpikir.

"Kiw, nanti isinya tentang Kak Tyo apa Kak-"

"Diem bangsat!" Dengan cepat Alessa menutup mulut Siska yang ceplas ceplos, gadis itu mengumpat melihat temannya yang tidak bisa menjaga mulut.

Satu ruangan kompak tertawa menyaksikan itu semua, tidak ada satupun dari mereka yang tidak tahu kedekatan Alessa dan Yoga, namun ada juga yang merasa bahwa Alessa memiliki something dengan sang ketua Osis.

"Jangan malu-malu gitu neng, kita semua tau kok kamu lagi jatuh cinta." Narendra bersuara, semakin memperiuh suasana dengan cara terus-terusan menggoda Alessa.

"Buka hati lagi sabi lah, Sa. Daripada galon, eh gamon HAHAHA" Mendengar ucapan Farah, seisi ruangan kompak menertawakan, kecuali Yoga dan Tyo yang sesekali tatapan mereka terlihat kompak memperhatikan satu sama lain.

"Diperhatiin mulu, tuh. Sama Kak tyo wkwk." Bisik Siska di telinga Alessa. Sudahlah, mau dicomblangkan satu dunia pun, pemenang di hati gadis itu juga akan tetap Tyo, selalu seperti itu.

****

"Untuk hari ini kita ulangan, keluarkan buku paket Matematika dan buka halaman 97." Perintah Bu Risa kepada murid ajarnya di kelas 10 IPA 1, dituruti oleh semuanya yang mulai mengambil buku mereka satu-persatu.

"Ya allah, kok bisa ketinggalan sih???" Alessa menggerutu ketika mendapati buku Matematikanya tidak ada di dalam tas, hari apes sedunia jika sampai dia dihukum oleh Bu Risa.

"Alessa, bukumu mana?" Menyadari meja Alessa masih kosong, Bu Risa mengeluarkan pertanyaannya dengan nada killer khasnya di sekolah.

"M-maaf bu, paket Matematika saya ketinggalan." Gadis itu tetap memberanikan diri untuk tersenyum, meski kedua mata Bu Risa sudah melotot menahan amarah.

"Kamu keluar, lari keliling lapangan 20x." Titah Bu Risa tidak terbantah, yang mau tidak mau Alessa menaati.

"B-baik bu."

~~~~

Di lapangan SMA Antartika yang cukup luas, Alessa berlari sudah banyak 14x, yang artinya masih ada 7 putaran lagi. Tenaga yang dimiliki gadis itu pun mulai menipis, tanda belum tentu kuat melengkapi 7 putaran selanjutnya.

Alessa berhenti sejenak, mengambil nafas karena sekarang paru-parunya terasa ingin berhenti. Namun karena Bu Risa sesekali memantau gadis itu, Alessa tidak bisa istirahat terlalu lama.

Di sela-sela aktivitas gadis itu, seorang cowok dengan langkah tegapnya tak sengaja menyaksikan Alessa yang sedang menjalani hukuman. Awalnya dia ingin merasa bodo amat, namun langkahnya itu langsung berlari ke arah lapangan ketika melihat Alessa mulai terhuyung ke kanan, tanda energinya benar-benar sudah habis.

"Guru sialan." Umpat cowok itu sebelum menggendong Alessa ke UKS.

-To Be Continued-

DOR!

Kira-kira yang nolongin Alessa siapa ya??🤔🤔 Yoga? Tyo? Pantengin terus yaa🤩🤩

Kalo bener Tyo, berati kapal SEYO ada kemungkinan bakal berlayar nih😍

Tak vote maka tak sayang😘

BETWEEN TRAUMA AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang