-21- Puisi untuk yang sudah terlambat

1 0 0
                                    

Udara pagi namun tidak cerah menghiasi hiruk pikuk kota Sidoarjo, tanda hujan akan turun kapanpun tanpa diminta. Hari ini adalah hari yang sudah dinanti oleh seantero SMA Antartika, dimana mereka semua akan menunjukkan bakat dalam diri mereka satu persatu. Tapi untuk Alessa, ini adalah hari yang cukup sial baginya.

"Karena t'lah ku habiskan, sisa cintaku hanya untukmu..." Lirik lagu Surat Cinta Untuk Starla mengalun indah memenuhi ruangan auditorium SMA Antartika, salah satu siswanya berhasil membawakan lagu itu dengan sangat indah.

"Baik untuk penampilan penutup dari kami, dan juga peserta terakhir yang akan maju adalah Alessaputri Anindira, dipersilahkan.." Suara Pak Naren bergema memenuhi ruangan, memberi kesempatan berikutnya untuk Alessa maju. Dengan jantung yang berdegup kencang, gadis itu melangkahkan kakinya untuk naik ke atas panggung.

"Penyesalan untuk yang sudah terlambat, karya Alessaputri Anindira, manusia ciptaan tuhan yang banyak mengalami sesal di hidupnya..."

Suara riuh tepuk tangan memenuhi auditorium saat Alessa membacakan judul puisinya, bersamaan dengan lagu 'Sampai Menutup Mata'- Mahalini yang diputar untuk mengiringi rangkaian kata yang sudah Alessa siapkan dari malam kemarin.

Rasanya baru kemarin kita bersama,
Merajut hari penuh suka dan cita,
Dengan rangkaian kisah yang menyenangkan.

Andaikan waktu bisa terulang,
Aku ingin kembali ke masa kamu masih menjadi setia menjadi tempat aku pulang.
Tak peduli sejauh apapun aku terbang,
Kau siap menampungku dengan lapang.

Berat rasanya,
Saat kau putuskan untuk berpindah haluan,
Jauh dalam jangkauan,
Jauh dalam dekapan,
Untuk sisa hari kedepan.

Terkadang, aku adalah manusia tidak tahu diri.
Yang selalu menuntutmu untuk selalu ada,
Padahal semestamu bukan hanya aku saja isinya.
Maaf, mungkin kalimat itu sudah layu untuk telingamu.
Dan kecewa, mungkin itu yang ada di relungmu sekarang.

Sekarang, aku memilih untuk berjalan seperti sedia kala.
Melanjutkan hidup sebisaku, dan semampuku.

Mungkin ini tidak berakhir,
Tapi setelah tidak denganmu,
Adalah terakhir untuk aku jatuh lagi.

"Sekian, puisi sederhana ini saya akhiri... Saya Alessaputri Anindira pamit undur diri." Usai membacakan puisinya dengan lantang, diakhiri oleh tepuk tangan dari seluruh penjuru SMA Antartika. Dari ribuan siswa yang bertepuk tangan, hanya Tyo dan Yoga yang diam, tidak memberikan reaksi apapun. Yang satu diam karena merasa puisi itu ditunjukkan untuknya, dan yang satu diam karena dia kalah dengan masa lalu yang sudah mengambil alih dunia gadis itu sepenuhnya.

"Puisinya bagus, tapi sakit." Monolog Tyo dengan sekelibat kenangan yang berputar di kepalanya.

****

"Alessa!" Di tengah ramainya lapangan karena seluruh siswa sibuk berfoto menggunakan kostum seni mereka masing-masing, Yoga berlari menghampiri Alessa yang terlihat sibuk merapikan proposal kegiatan Osis.

Entah kenapa suasana kali ini berbeda, setiap kali melihat kehadiran Yoga, Alessa ingin sekali mengambil jarak, tapi hatinya tidak ingin setega itu.

"Iya?" Jawab Alessa, tapi matanya masih fokus dengan kertas-kertas di hadapannya.

"Puisinya tadi bagus banget ya, hahaha."

"Makasih."

"Alessa," Panggil cowok itu sekali lagi, sampai Alessa mau melihat wajahnya.

"Iya ada apa?"

Yoga tersenyum tipis. "Jadi itu alasan utama kamu nggak bisa nerima aku ya? Ternyata dunia kamu udah sepenuhnya buat orang lama?"

Alessa diam sejenak, berusaha mencerna kalimat Yoga di kepalanya.

"Tapi hidup nggak sesempit itu, Sa. Dan aku yakin, suatu saat kamu akan sadar, siapa yang benar-benar berhak mendapatkan ruang. orang baru, atau orang lama."

"Terlalu egois rasanya, kalau hidup yang masih berjalan sangat panjang hanya dihabiskan untuk orang yang masanya sudah selesai."

"Istilah 'masa lalu pemenangnya' itu palsu, kalau pemenang, nggak akan jadi masa lalu."

Ya, kali ini Alessa tidak membantah ucapan cowok itu, karena memang semua yang diucapkannya itu benar, dan tidak ada kesalahan dalam ucapannya.

"Perasaan manusia nggak bisa dipaksa, diarahkan, ataupun dituntut." Kali ini bukan Yoga yang bersuara, tapi Tyo. Ketua Osis yang baru saja menyelesaikan tugasnya di kantor guru. Namun kehadiran Tyo tidak berlangsung lama, cowok itu langsung pergi tanpa mempedulikan lagi jawaban dari Alessa, maupun Yoga.

"Kamu kaya gini karena kamu belum mencoba Alessa,"

"Maksut kamu?" Tanya Alessa, sedikit kurang paham maksut Yoga.

"Kamu belum nyoba jatuh cinta sama aku? Apa emang kamu nggak mau nyoba?"

"Kak..." Alessa menghentikan kalimatnya sejenak. "Bukan kamu yang ada di hati aku, maaf."

"Iya aku paham. Dia kan pemenangnya?" Yoga mengalihkan pandangannya ke arah lapangan, mengangkat jari telunjuknya ke arah Tyo yang terlihat sibuk mengobrol bersama anggota inti Osis yang lainnya.

"Tapi aku udah terlanjur jatuh, Alessa."
Cowok dengan mata segelap obsidian itu menatap Alessa yang hanya diam tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sesekali, Yoga ingin egois untuk memperjuangkan cintanya.

"Kak Yoga, buang harapan kamu ya?"

Yoga tau betul, pasti jawaban menyakitkan yang akan dirinya dengar. Tapi kenyataan masih tidak bisa membuat cowok itu menyerah.

-To Be Contiued-

HOLA HOLA HOLAA

Kalian lagi apa???

Kasian ya jadi Yoga:)) Tapi lebih kasian lagi aku soalnya ga dapet voting cinta dari kalian😃😃

Habis baca, jangan lupa vote ya pembacaku yang diciptakan tuhan dengan segala macam keindahannya🩶🩶

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BETWEEN TRAUMA AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang