Surat untuk Liona & Daffa.Panti ini terasa semakin sunyi. Sejak Daffa pergi, aku merasa kesepian. Dia mendadak pindah rumah. Saat itu aku hanya menatap rumahnya yang kosong.
Daffa selalu menghibur saat aku sedih, yang selalu berbagi cerita lucu sampai aku tertawa, yang mengajariku kuat. Dan Kak Liona yang selalu mendengar keluh kesahku, yang selalu memberiku semangat untuk terus berjuang.
Sekarang, aku sendirian di panti ini. Rasa kesepian menyergapku.
Aku mengingat saat Daffa mendadak pindah rumah. Saat itu aku terkejut. Aku hanya bisa menatap kursi kosong teras rumahnya, tempat Daffa selalu duduk. Aku merasa hampa.
Dan hari ini, Kak Liona juga pergi. Aku melihat senyumnya saat berpamitan dengan ayahnya. Aku ingin berteriak " Kak Liona, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku." Tapi aku hanya bisa menahan tangis.
Aku ingin pulang. Aku ingin di jemput kaya Kak Liona, aku ingin merasakan lagi hangatnya pelukan Mama. Aku ingin merasakan kebahagiaan yang telah lama sirna.
Nazeela Zuhra Shafana.
Zila berdiri sembari memeluk boneka di ambang pintu menunggu seseorang yang ternyata Liona. Termenung melihat ke arah halaman dengan berkaca-kaca, tatapannya kosong. Menunggu Liona yang sedang berbincang-bincang dengan perasaan sepi.Sekitarnya masih sama, jalanan masih lengang pengendara, hanya terdengar langkah-langkah pejalan kaki, juga tawa-tawa senang anak bermain di belakang rumah. Semuanya sama seperti hari kemarin, tapi sekarang anehnya berbeda.
Zila menjatuhkan bonekanya dari pelukan, embusan napas panjang mengudara.
"Bi, kenapa dengan Kak Liona?"
"Dia mau pergi."
Zila memasang wajah penuh tanda tanya.
"Siapa lelaki yang sedang berbicara dengan Kak Liona, Bi? Aku merasa pernah melihatnya."
"Lelaki itu Ayahnya."
"Mau apa datang kemari?"
"Dia mau menjemput Liona."
"Maksudnya Kak Liona mau pulang?"
Zila menggelangkan kepala kemudian terdiam. Pikirannya berkelana. Liona bakal pergi, semua orang pergi meninggalkan.
"Iya, Liona di jemput Ayahnya untuk pulang."
Hati Zila mendadak mendesir sedih. Lagi-lagi seorang sahabat yang ia sayangi akan meninggalkan panti. Membayangkan panti yang semakin sunyi tanpa Liona membuat Zila terasa sesak.
Zila masih ingat ketika Daffa, teman yang paling dekat dengannya mendadak pindah rumah bersama orang tuanya di minggu lalu. Saat itu Zila merasa terkejut dan sedih. Tak menyangka Daffa akan meninggalkan begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Bersama Senja
Художественная прозаDalam keguratan usia enam tahun, dia menghadapi cobaan yang tak terduga. Penyakit memisahkan dia dari keluarga, menyepi di pantai yang terpencil. Dia berjuang keras, mengadu kekuatan melawan badai yang menyerang. Satu tahun berlalu, dia sembuh dan k...