Alunan langkah terburu-buru di lorong rumah sakit, Tante Fira dan Daffa melangkah dengan hati yang tak sabar. Di mata mereka, waktu terasa melaju terlalu lambat saat mereka merindukan pertemuan dengan Zila. Padahal, dua bulan lalu Zila hanyalah seorang orang asing yang tinggal di panti milik tetangga mereka.
Dalam kegelisahan hati, mereka terus melangkah, melintasi koridor yang tampak tak berujung. Khawatir memenuhi pikiran mereka, seolah-olah memisahkan mereka dari harapan dan penantian mereka. Namun, dengan kukuhnya keyakinan, mereka menolak untuk menyerah pada kegelapan yang merayap di dalam diri mereka.
Tante Fira melangkah ke tempat meja pendaftaran dan menanyakan kepada suster yang di tugaskan sebagai admintrasi.
"Permisi suster. Maaf mengganggu, saya ingin bertanya tentang kamar di mana Zila dirawat. Bisakah memberitahu saya di mana kamar Zila berada?"
"Tentu, Ibu. Zila dirawat di Kamar 20 di lantai 1 , sayangnya ia masih dalam kondisi yang lemah."
"Terima kasih, suster. Bisakah saya mengunjungi Zila sekarang?"
"Tentu saja, Ibu. Silakan ikuti suster ini, dia akan membantu ibu mencapai kamar Zila."
"Saya sangat berterima kasih atas bantuannya. Zila adalah keluarga yang sangat saya sayangi, dan saya ingin memberikan dukungan selama pemulihan."
Akhirnya, mereka tiba di ruang yang ditunjukkan, di mana Zila berada. Hati mereka berdegup lebih kencang saat melihat sosok Zila yang lemah di ranjang rumah sakit. Walau sebelumnya mereka tak begitu mengenalnya, tetapi kepedulian dan cinta tanpa batas hadir dalam diri mereka.
"Ini adalah kamar Zila. Jika ibu membutuhkan sesuatu atau ada pertanyaan lain, silakan beri tahu saya."
"Terima kasih, suster. Saya harus masuk sekarang dan mengunjungi Zila. Harap beri tahu saya jika ada perkembangan atau informasi penting terkait keadaan Zila."
"Tentu, Ibu. Jika ada perkembangan atau informasi penting, kami akan segera memberitahu ibu. Semoga Zila segera pulih dengan baik."
"Aamiin, suster. Terima kasih banyak."
Tante Fira dan Daffa menghampiri Zila dengan sikap penuh perhatian. Mereka melihat di balik kelemahan tubuh Zila, ada jiwa yang tabah dan hati yang terbuka. Langkah mereka mengandung harapan, membawa sinar kehidupan seperti cahaya matahari di tengah awan mendung.
Walaupun Zila mungkin hanya seorang orang asing beberapa minggu yang lalu, tetapi Tante Fira dan Daffa merasa seolah mereka telah memiliki ikatan yang kuat dengannya. Mereka merasakan kepedulian yang tak terbatas, entah bagaimana takdir mempertemukan mereka dalam momen penuh arti ini.
"Zila, kami datang," ucap Tante Fira.
Dalam ruang yang redup, Tante Fira memasuki kamar Zila dengan hati yang gelisah. Namun, seiring langkahnya mendekati tempat tidur, Tante Fira melihat Zila sedang disuapi oleh Bibi Seni. Sedikit demi sedikit, beban di hatinya merasa lega, seperti beban yang perlahan terangkat dari pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Bersama Senja
Ficción GeneralDalam keguratan usia enam tahun, dia menghadapi cobaan yang tak terduga. Penyakit memisahkan dia dari keluarga, menyepi di pantai yang terpencil. Dia berjuang keras, mengadu kekuatan melawan badai yang menyerang. Satu tahun berlalu, dia sembuh dan k...