20. Harapan

3 1 0
                                    

Siang ini, Zila duduk sendirian di ayunan kecil di halaman panti asuhan, membiarkan dirinya terlelap dalam keheningan yang memayungi sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini, Zila duduk sendirian di ayunan kecil di halaman panti asuhan, membiarkan dirinya terlelap dalam keheningan yang memayungi sekitar. Matanya menatap kosong ke arah sekitar panti, mencerna suasana yang tenang setelah kembalinya dari rumah sakit pagi tadi.

Bunyi gemerincingan ayunan dan hembusan angin lembut menyentuh wajahnya, menambah keheningan yang menenangkan saat dia merenungkan perjalanan yang baru saja dia lalui. Di dadanya, tersemat rasa damai meskipun pikirannya masih terombang-ambing di antara kenangan yang memilukan.

Di kejauhan, suara anak-anak yang bermain dan canda tawa mereka menggema, memberikan sentuhan kehidupan dan keceriaan di lingkungan sekitar. Zila merasakan kehangatan dari kehadiran mereka, meskipun hatinya terkadang merasa terpisah dalam keheningan yang melingkupinya.

Duduk di ayunan kecil itu, Zila meresapi keadaan sekitarnya dengan tatapan yang penuh refleksi. Ia merenungkan perjalanan hidupnya, jalan yang terjal namun tak pernah ia lewati sendirian. Keheningan yang mendampinginya memberikan kesempatan untuk merasakan dan meresapi setiap detil kehidupan yang telah dia alami.

"Sepi banget," gumam Zila.

Zila terlena dalam lamunan yang membawanya jauh ke dalam lautan kenangan. Namun, serpihan kehadiran Daffa, seperti riak yang membelah lautan, membangunkannya dari lamunan penatnya.

Langkah Daffa yang ringan, bagai sentuhan penari di atas rerumputan musim semi, menghiasai perjalanan angin petang yang sunyi. Gerbang panti membisikkan rahasia kedatangan Daffa, membawa berita akan keceriaan yang terpendam di dalam mata kecil yang bersinar.

Di antara gemerincingan daun yang turun, Zila merasakan getaran kehidupan yang semakin dekat, membangunkan hatinya dari lelapnya lamunan. Daffa membawa cerita yang tak terucapkan, memancarkan keceriaan yang menyapa setiap sudut hati Zila yang tengah terombang-ambing.

Saat Daffa merangkak mendekat, sunyi di sekitar mereka mulai berbisik-bisik, mengiringi langkah-langkah kecil yang penuh makna.

"Hai, Zila! Sedang apa di sini? Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya Daffa.

Dengan senyum hangat. "Tentu, Kak Daffa! Ayo duduk di sini. Aku sedang duduk dan menikmati udara segar."

"Aku penasaran bagaimana keadaanmu setelah di rawat dua minggu di rumah sakit. Bagaimana kondisimu sekarang, Zila?"

"Aku merasa lebih baik sekarang setelah perawatan di rumah sakit. Meskipun melelahkan, aku berharap kedepannya semakin membaik. Bagaimana denganmu, Kak Daffa?"

"Hari-hariku baik-baik saja, Zila. Aku senang mendengar bahwa keadaanmu membaik. Semoga dengan semangat dan kekuatanmu saat ini, kelak kesehatanmu akan kembali pulih sepenuhnya."

"Aamiin, itu yang aku harapkan, Kak Daffa. Keberadaanmu dan teman-teman di panti memberikan semangat baru bagiku."

"Tentu, Zila. Kita semua berdoa untuk kesembuhanmu dan kebahagiaanmu."

Ketika Zila memandang wajah Daffa, ia melihat bahwa raut wajahnya tak secerah seperti biasanya. Ada bayangan sedih yang terselip di balik senyumnya, dan matanya memancarkan kesedihan yang tersembunyi. Zila merasa seolah Daffa sedang memendam beban yang berat di dalam hatinya.

Saat berinteraksi, Zila merasakan adanya perubahan dalam energi Daffa, yang biasanya penuh semangat dan kegembiraan. Ketika ia menatap wajah Daffa, ia merasakan gelombang emosi yang tak terucapkan namun terasa kuat, seperti sebuah kebisuan yang meresap hingga ke dalam hati.

Meskipun Daffa mencoba tersenyum, namun Zila bisa merasakan bahwa senyum itu tak sepenuh hati. Ada lapisan kesedihan yang tersembunyi di baliknya, mengisyaratkan bahwa Daffa sedang melalui masa yang sulit atau sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya merasa terbebani.

Dalam keheningan yang mencekam, Zila merasa panggilan hati untuk bertanya hatinya yang terluka. Ia merasa dorongan kuat untuk menawarkan telinga yang siap mendengarkan, bahu yang siap menopang, dan kehadiran yang penuh pengertian bagi Daffa, sahabatnya yang berusaha menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.

Melangkah Bersama SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang