Langit gelap terpampang di jendela kamar terbuka. Sejak tadi, setelah makan, Zila hanya duduk di dalam kamar. Zila tidak ingin diam di ruang tengah dengan teman-temannya yang selalu berisik. Kali ini, dia hanya butuh ketenangan dalam keheningan.
Langkah kaki membawanya ke arah jendela, dengan mata menatap hamparan langit gelap tanpa bintang. Kali ini, Mama tidak lagi berada di sampingnya, dan hal itu membuatnya merasa rindu, meski belum sehari di tinggalkan.
"Dan pada akhirnya Cinderella hidup bahagia tidak merasakan sakit dan makian dari saudara tirinya, Zila."
Sialnya, suara Mama terngiang-ngiang dalam benaknya. Sebelum diberikannya ke panti asuhan, kilasan melaju pada adegan di mana Zila kesulitan bernafas hingga nyaris pingsan. Mama selalu siaga memberikan alat bantu pernapasan yang tersedia di rumah. Detik setelah Zila sadar di kamar mungil miliknya, mama selalu menemani dan membacakan dongeng Disney sampai Zila terlelap dalam tidur.
Menghembus napas panjang, Zila menutup jendela dengan kesulitan, beranjak berjalan menuju ranjang kasur. Ibu Riani nampak di balik pintu kamar dengan senyuman ramah tamah.
"Zila, belum tidur?" tanyanya.
Zila mengangguk perlahan, manik matanya memperhatikan Ibu Riani yang berjalan mendekatinya. Rambut putih Ibu Riani tergulung menyembul, kerutan-kerutan pada wajahnya menghiasi menandakan usia membawanya menua.
Ibu Riani meraih tangan Zila dan duduk di sampingnya.
"Ibu ingin mengantarkan nebulizer milik Zila untuk disimpen di kamar. Pastikan Zila tidak jauh-jauh dari kedua alat ini, ya. Kalau Zila keluar dari kamar, jangan lupa bawa inhaler kecil ini," kata Ibu Riani.
Zila telah mengalami penyakit pneumonia sejak usia kurang lebih sepuluh bulan. Penyakit ini membuatnya mudah lelah, selalu merasa lemas, mengalami sesak nafas yang terjadi kapan saja, batuk yang tak kunjung reda, atau demam tinggi yang tiba-tiba muncul
Sejak Zila masih balia, dokter menyarankan untuk menjalani rontgen. Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa Zila positif mengidap penyakit paru-paru dan dokter menyarankan agar ia selalu melakukan kontrol bulanan dengan perawatan rawat jalan di rumah sakit.
Banyak hal yang membuat Zila merasa takut ketika mengalami sesak nafas, seperti kehilangan alat bantu yang selalu menemaninya, harus memaksa diri untuk minum obat yang berukuran besar untuk orang dewasa, bahkan takut dengan suara petir yang menggelegar.
Namun, Mama selalu menjadi orang yang pertama kali melindungi, menenangkan, memeluk, dan memberikan kata-kata yang membangkitkan semangat bagi Zila.
"Zila harus sembuh, Mama dan Papa akan terus berjuang untuk kesembuhan Zila. Zila anak kuat. Because, you are special," kata Mama begitu.
Namun, seiring berjalannya waktu membawanya usia semakin bertambah, penyakit Zila semakin parah. Orang tua Zila menjadi lelah merawatnya. Ibu Riani tidak menyalahkan mereka. Ibu Riani adalah orang pertama yang memberikan Zila tempat tinggal dan merawatnya dengan sepenuh hati, seolah-olah Zila adalah anak kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Bersama Senja
Ficción GeneralDalam keguratan usia enam tahun, dia menghadapi cobaan yang tak terduga. Penyakit memisahkan dia dari keluarga, menyepi di pantai yang terpencil. Dia berjuang keras, mengadu kekuatan melawan badai yang menyerang. Satu tahun berlalu, dia sembuh dan k...