Sekitar satu jam memberontak, Kenzi merasa lelah dan memilih untuk diam saja, dan berdoa semoga ada orang yang menyelamatkan nya.
Tak berselang lama, seseorang pun masuk kedalam ruangan itu, dengan setelah seperti ceo dan tak lupa dengan cambuk di tangan kanan nya.
Kenzi yang melihat orang itu bukan nya takut, tapi malah menatap orang itu dengan tatapan tajam.
"Siapa lu bangsat?"tanya Kenzi dan tak lupa meninggikan suara nya.
"Mulut mu ini tak pantas berkata seperti itu, yang bangsat di sini itu dirimu bukan diriku,"jawab nya dengan santai.
"Apa maksud lu bilang kaya gitu, gue kenal sama lu juga enggak ya."
"Ya terserah,"jawab nya sambil mengangkat tangan yang memegang sabuk itu dengan tinggi-tinggi.
Kenzi yang sudah tau jika cambuk itu akan mengenai tubuh nya, hanya bisa diam dan memejamkan mata nya bersiap menerima rasa sakit yang akan diri nya rasakan.
Satu kali sampai sepuluh kali orang itu mencambuk tubuh Kenzi yang tak tertutup apapun.
Sekuat tenaga Kenzi mencoba untuk tak menangis walau pun itu rasa nya sakit, dan hanya ringisan kecil saja yang diri nya keluarkan.
Setelah dua puluh cambukan diri nya dapatkan, Kenzi rasa semua nya sudah selesai, Kenzi masih menutup kedua mata nya, sampai sebuah cairan mengenai tubuh nya yang terluka bekas cambukan itu.
Kenzi yang tau jika yang sekarang di tuangkan oleh orang itu pada tubuh nya adalah air lemon, Kenzi tetap diam, sampai tak terasa air mata nya mengalir walau tak mengeluarkan isakan.
"Bagaimana?, apa ini menyenangkan?"tanya nya sambil mencengkarm kuat dagu Kenzi dan mendongakan muka Kenzi agar melihat ke arah nya.
"Cuih."
Kenzi yang melihat muka orang itu langsung meludahi nya, yang membuat orang itu kesal dan menampar Kenzi.
"Mau lu apa hah?, gue gak kenal ya sama lu, tapi kenapa lu tega lakuin hal ini sama gue?"tanya Kenzi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Kenzi tidak akan menangis walau pun sekarang tubuh nya sangat sakit dan juga perih, yang Kenzi mau adalah alasan orang yang ada di depan nya apa, sampai melukai tubuh nya.
"Saya mau kamu merasakan apa yang dulu saya rasakan atas kelakuan bodohmu dulu,"jawab nya masih dengan nada dingin.
"Apa yang udah gue lakuin sama lu, gue liat lu aja baru sekarang ya njing."
"Pikirkan saja sendiri, saya malas memberitahumu."
"Chk, nama lu siapa?, biar gue bisa bales dendam sama lu."
"Kamu mau balas dendam dengan saya, tidak usah bermimpi, saya tidak akan mengeluarkan mu dari tempat ini sebelum saya puas dengan tubuh mu,"jawab nya, dengan tangan nya yang mengelus perut Kenzi bahkan sesekali memainkan kedua puting Kenzi.
"Jangan sentuh gue njing, gue jijik di sentuh sama lu."
"Jalang sepertimu memiliki rasa jijik, lucu sekali,"ucap nya dan langsung menjambak rambut Kenzi dengan sangat kuat membuat Kenzi harus mendongak karna rasa perih di rambut nya.
"Sudah berapa banyak orang yang menikmati lubang mu ini?"tanya nya sambil memegang pantat Kenzi dengan tangan satu nya yang masih menjambak rambut Kenzi.
"Bacot lu njing, gue gak sekotor yang lu ucapkan."
"Ya mungkin saya akan percaya setelah saya merasakan lubang mu ini."
"Jauhin tangan lu dari lubang gue njing."
"Bagaimana jika saya tidak mau?"
"Gue bakal bunuh lu."
"Saya pegang ucapan mu."
Lalu orang itu mengelus-ngelus pantat Kenzi, kini Kenzi sudah telanjang bulat, tanpa rasa kesian sedikit pun, orang itu langsung memasukan kedua jarinya sekaligus tanpa pelumas sedikit pun.
"Aahhhh sakit njing,"ucap Kenzi yang merasa sakit di bagian lubang nya.
"Sakit, bukan nya lubang ini sudah sering digunakan ya, bagaimana bisa sakit?"tanya nya dan tak lupa dengan seringai di bibir nya.
"Bacot lu, liat aja suatu saat nanti gue bakalan bales atas semua yang telah lu lakuin sama gue."
Orang itu tak mempedulikan ucapan Kenzi, malah menggerakan jarinya dengan sangat cepat, membuat Kenzi semakin kesakitan, kali ini Kenzi tak bisa menahan tangisan nya lagi, karna lubang nya yang terasa sangat sakit.
tbc
jangan lupa tinggalkan vote
maaf kalau ceritanya gak jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam yang salah (End)
Historia CortaMencerita seorang kenzi yang harus menanggung kesalahan kembaran nya yang menghilang entah ke mana