Siang hari pun tiba.
Kenzi tersadar dari pingsan nya, yang pertama kali diri nya rasakan adalah rasa sakit, bahkan untuk menggerakan kedua tangan nya saja Kenzi tidak mampu, itu terasa sangat ngilu.
"Sayang kamu sudah sadar?, kamu denger suara Mamah kan?"tanya Kinara dengan nada senang.
Kenzi berusaha membuka kedua mata nya yang terasa berat. Saat sudah terbuka, yang Kenzi liat adalah Kinara Bima Kenzo dan juga Dirga.
Hal itu membuat Kenzi marah, tapi dia tak berani menunjukan nya, diri nya hanya bisa menyalurkan rasa marah dan juga sakit nya dengan cara mencengkram seprai yang diri nya tiduri itu dengan sangat kuat.
Saking kuat nya mencengkram seprai, membuat tangan yang tadi diri nya lukai kembali mengeluarkan darah.
"Sayang kamu kenapa?"tanya Kinara dengan nada khawatir tapi Kenzi tak menjawab, dirinya hanya menatap semua nya tanpa berkedip.
"Dek tangan nya jangan di gituin, liat darah nya keluar Dek,"pinta Kenzo yang tak kalah khawatir dari Kinara.
"Gue gak boleh marah, gue harus pura-pura gak tau,"batin Kenzi sambil menguatkan diri nya.
"m-mamah tangan k-ken ke-kenapa?"tanya Kenzi saat melihat kedua tangan nya yang terluka dan tak lupa dengan air mata yang kapan saja siap keluar.
"kamu gak inget apa-apa Dek?"tanya Kenzo.
"E-enggak, hiks tangan Ken hiks kenapa?"tanya nya dengan air mata yang sudah mengalir.
"Tenang sayang,, jangan nangis, nanti tangan nya pasti sembuh ko,"ucap Kinara sambil meniup-niup tangan Kenzi.
"Hiks tangan Ken Mamah?"
"ia gak papah sayang, udah ya jangan nangis."
"Hiks sakit, tangan Ken hiks sakit."
"Ken jawab Papah, apa tadi ada Pak Azka ke sini?"tanya Bima yang sedari tadi hanya diam.
"Hiks Ken gak tau, Ken gak hiks inget apa-apa."
"Ya udah gak papah, Ken istirahat aja ya, Papah pergi dulu."
"Pa-Papah mau kemana?"tanya Kenzi.
"Gue tau Papah pasti mau nemuin Om Azka, pokonya gak boleh karna ini gak ada kaitan nya sama dia, ya walau pun gue masih sakit hati sama dia, tapi hati gue gak terima liat dia di sakitin sama keluarga gue,"batin Kenzi.
"Papah ada urusan bentar, Ken sama yang lain dulu ya."
"Enggak, Ken mau sama Papah dan yang lain nya, pokonya gak boleh ada yang tinggali Ken."
"Hanya sebentar Ken."
"Enggak, hiks jangan pergi.,"
"Baik lah, Papah tidak akan pergi ke mana-mana."
Kenzi yang mendengarnya, tersenyum dalam hati, sebenarnya Kenzi muak melihat keluarga nya ada di hadapan nya, tapi hati nya lebih sakit jika Azka terluka, entah perasaan apa yang Kenzi rasakan pada Azka, sampai diri nya tak tega melihat Azka terluka.
**************
Sore hari pun tiba.
Kenzi yang berada di ruangan nya sendiri, merasa bosan, dan berniat untuk jalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Sampai kaki nya melangkah ke arah taman, bukan tanpa maksud Kenzi pergi ke sana, tapi Kenzi melihat dua anak kecil yang sedang bermain.
Entah kenapa, hatinya mengajaknya untuk bermain dengan dua anak kecil itu.
"Halo Adek-adek,"sapa Kenzi sambil melambaikan tangan nya ke arah kedua anak kecil itu.
"Halo juga Kakak,"jawab kedua nya.
"Kakak boleh ikut main gak?, Kakak gak punya temen di sini."
"Boleh ko kak."
Lalu Kenzi pun bermain bersama kedua anak kecil itu, bahkan diri nya tertawa sangat lepas saat sedang bermain.
Tanpa Kenzi sadari kalau kegiatan nya di perhatikan oleh seseorang dari kejauhan dan tak lupa dengan air mata yang mengalir.
"Aku benar-benar minta maaf Kenzi,"batin nya dan masih memperhatikan Kenzi.
"Kakak tangan kakak berdarah,"ucap salah satu anak kecil itu yang melihat perban di tangan Kenzi berwarna merah.
Kenzi melihat ke arah tangan nya, dan setelah nya tersenyum dengan sangat lembut pasa kedua anak kecil itu." Tidak apa-apa, kakak sudah biasa, lagian ini tidak sakit,"ucap nya.
"Kakak ndak boleh kaya gitu, tunggu bentar ya, aku panggil Dokter dulu biar tangan kakak di obatin,"ucap salah satu anak itu sambil berlari kecil.
Kini hanya ada ada Kenzi dan satu anak kecil lain nya, bahkan anak kecil itu memegang tangan Kenzi yang berdarah dan juga meniupi nya.
"Pasti sakit ya kak?"tanya nya.
"Engak ko, kan tadi kakak udah bilang kalau ini itu tidak sakit,"jawab Kenzi tak lupa dengan senyuman nya.
Anak kecil itu hanya menganggukan kepala nya, dia bernama Keyla sedangkan yang memanggil Dokter bernama Dewi.
Tak berselang lama, Dewi pun datang, tapi bukan bersama Dokter, melainkan bersama Aska.
"Ini Om liat, tangan nya berdarahkan,"ucap Dewi sambil menunjuk ke arah tangan Kenzi.
Kenzi yang melihat Azka berdiri di hadapa nya hati nya merasa senang, tapi karna rasa sakit nya masih ada, Kenzi hanya menatap malas ke arah nya.
"Sini saya bantu,"ucap Azka menawarkan diri nya.
"Chk gak usah,"jawab Kenzi ketus.
Kini hanya ada Kenzi dan juga Azka saja di sana, sedangkan Dewi dan juga Keyla sudah pergi karna di panggil oleh orang tua nya
"Nurut."
"Gue bilang enggak ya enggak, ngapain si lu ke sini, bukan nya lu seneng ya liat gue menderita kaya gini?"
"Kenzi saya mohon, jangan bahas hal itu, niat saya baik ingin mengobatimu."
"Gue gak butuh bangsat, harus berapa kali gue bilang hah?"
"Kali ini aja Kenzi."
"Mau lu apa si, belum puas lu bikin gue kaya gini,sekarang lu kejar-kejar gue, seolah di sini yang salah itu gue,"ucap Kenzi dengan air mata yang mulai keluar.
"Oke saya pergi, tapi tolong ijinin saya untuk mengobati luka di tangan mu."
Bukan nya menjawab, Kenzi malah pergi begitu saja dengan air mata yang terus mengalir, Azka yang melihat nya hanya bisa mengacak-ngacak rambut nya prustasi.
Tbc.
Jangan lupa tinggalkan vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam yang salah (End)
Short StoryMencerita seorang kenzi yang harus menanggung kesalahan kembaran nya yang menghilang entah ke mana