Chapter 6

4.3K 240 2
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya Kenzi sampai di depan rumah nya.

Kenzi sedikit ragu antara masuk atau tidak, Kenzi tau Mamah tiri nya pasti sedang mengkhawatirkan diri nya saat ini, tapi Kenzi tak tega melihat muka sedih Mamah tirinya.

Walau pun hanya Mamah tiri, tapi Kenzi sangat menyayanginya, ya walaupun sedikit galaksi, lagian Kenzi juga tau, Mamah tiri nya jahat padanya karna dirinya juga yang salah.

Akhirnya setelah berpikir lama, Kenzi pun memutuskan untuk masuk saja kedalam rumah itu.

"Mamah Kenzi pulang,"ucap Kenzi dengan nada takut-takut.

Saat dirinya masuk kedalam rumah itu, dirinya langsung di kejutkan dengan kehadiran Mamah tirinya yang berdiri di depan ruang tamu dengan mata yang memerah seperti habis menangis.

"Ingat pulang juga kamu?"tanya Mamah tirinya dengan nada dingin tapi masih terdengar seperti kekhawatiran.

"M-maafin Kenzi Mah, Kenzi pergi gak bilang-bilang sama Mamah,"ucap Kenzi sambil menundukan kepala nya.

"Apa Handphone mu rusak?, sampai kamu tidak mengabari Mamah Kenzi?"tanya nya lagi masih dengan nada dingin nya.

"Hiks Kenzi minta maaf Mah hiks, Kenzi tau hiks Kenzi salah."

Sudah Kenzi tak kuat lagi jika tidak menangis, bukan karna Kenzi cengeng, dirinya males mendengar ocehan  Mamah tirinya, hari ini dirinya sedang kelelahan, di tambah lubang nya yang masih terasa sakit, Kenzi tak punya pilihan lain selain menangis.

Mamah tiri Kenzi yang melihat Kenzi menangis pun membelalakan mata nya, karna ini kali pertama Kenzi nangis, dari awal Kenzi tinggal berdua dengan nya, Kenzi tidak pernah menangis, walaupun selalu diri nya bentak, Kenzi tak pernah menangis.

Tapi sekarang, dirinya menangis seperti anak kecil, dengan kepala yang menunduk dan duduk di lantai seperti anak kecil.

"Hiks kenzi nakal Mamah hiks, kenzi minta hiks maaf,"ucap Kenzi yang dirinya buat seperti suara anak kecil.

"Mamah gak marah sama kamu Kenzi, tapi Mamah khawatir, kamu tau kan, Mamah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, dan Mamah juga sudah berjanji pada Papah mu untuk menjagamu dengan baik,"ucap sang Mamah tiri dengan nada lembut dan tak lupa memeluk Kenzi yang masih menangis.

"Ia Mamah, Kenzi janji, Kenzi gak bakalan ngulangi lagi."

"Sekarang kamu kekamar ganti baju, terus makan, pasti kamu belum makan kan?" tanya nya dan dapat gelengan kepala dari Kenzi.

"Sana pergi."

Kenzi menganggukan kepala nya, lalu pergi dari hadapan Mamah tirinya, menuju kamarnya yang berada di lantai dua, dengan perasaan senang, karna Mamah tirinya yang sangat menyayanginya.

Setelah kepergian Kenzi, Mamah tirinya menatap punggung Kenzi yang hampir tak terlihat, dan tak lupa dengan kedua tangan yang terkepal sangat erat.

"Siapa yang berani melukaimu Kenzi, Mamah tidak akan diam saja,"ucap nya dengan nada dingin, saat tak sengaja melihat bekas cambukan di punggung Kenzi.Setelah nya pergi menuju dapur, karna dirinya harus memasak untuk Kenzi.

Beberapa menit kemudian.

Kinara pun selesai dengan memasak nya.

Dirinya berniat menunggu Kenzi, karna Kenzi yang lama keluarnya, dirinya memutuskan untuk melihat langsung kedalam kamar nya.

Betapa terkejutnya Kinara saat melihat tubuh bagian atas Kenzi yang tak tertutup apapun, karna Kenzi hanya memakai handuk se atas litut dan di lilitkan ke pinggang nya.

"Sayang ko lama, Mamah udah nunggu dari tadi loh,"ucap Kinara dengan nada selembut mungkin.

"E-eh Mamah, ko Mamah gak ketuk pintu dulu si,"ucap Kenzi  sambil memakai pakaian nya dengan cepat.

"Gak penting, ayok makan, Mamah mau istirahat,"ucap nya dan berlalu pergi dari kamar Kenzi.

"Duh gimana nih, Mamah pasti marah nih sama gue, kenapa gue sampai lupa kunci pintu si,"gumam nya merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Tbc

Jangan lupa tinggalkan vote

Dendam yang salah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang