Chapter 10

3.6K 230 23
                                    

Dua bulan kemudian

Kini terlihat Kenzi yang sedang sarapan bersama Bima dan juga Kinara.

"Sayang berangkat sekolah bareng Papah ya,"pinta Kinara dengan nada lembut.

"Ko sama Papah si Mah, Ken kan pengen naik motor sendiri,"jawab Kenzi karna dirinya tak ingin di antarkan oleh Bima.

"Gak ada bantahan Kenzi, Mamah gak mau kamu naik motor sendiri."

"Tapi Mah."

"Udah Ken nurut aja, nanti Papah kasih uang tambahan,"ucap Bima.

"Gak mau,"jawab Kenzi dengan nada kesal.

Bima hanya menggelengkan kepala nya, Bima tau kenapa Kinara melarang Kenzi membawa motor nya sendiri, karna Kenzi pernah jatuh dari motor dan berakhir di rawat di rumah sakit.

"Nurut ya Ken, nanti Papah beliin apa pun yang Ken mau,"bujuk Bima lagi.

"Kalau Ken bilang gak mau ya gak mau ."

"Ya udah, gak usah sekolah,"ucap Kinara dengan nada dingin.

"K-ko gitu si Mah?"

"Nurut atau gak sekolah?"

"Ia deh Ken nurut."

Akhirnya Kenzi pun mengalah dan mau di antarkan ke sekolah oleh Bima.

Kini ketiga nya sudah selesai dengan sarapan nya, dan Kenzi pun sudah siap untuk pergi sekolah dan tak lupa di antarkan oleh Bima.

Di dalam  mobil.

Kenzi tak mengatakan sepatah kata pun, dirinya hanya melihat ke arah luar, karna masih kesal tidak di ijinkan naik motor ke sekolah.

"Udah dong marahan nya, Mamah larang Ken itu, karna Mamah sayang sama Ken,"ucap Bima mencoba memecahkan keheningan.

"Tapi Ken tetep mau naik motor,"jawab Kenzi.

"Besok aja ya naik motor nya."

"Terserah."

Kenzi sangat malas untuk meladeni Papah barunya itu, kenapa Papah nya malah membela Mamah nya dari pada dirinya.

Sesampainya di sekolah Kenzi.

Kenzi langsung pamitan pada Bima, dan setelah nya berlari masuk kedalam sekolah nya.

Di dalam kelas.

Di sanah sudah terlihat Cakra dan juga Indra yang sedang duduk di kursi nya masing-masing.

"Ken nanti malem nongkrong lah,"ajak Cakra.

"Gas, lagian gue juga kesel sama Mamah dan juga Papah,"jawab Kenzi.

"Berantem lagi?"tanya Indra.

"Enggak."

"Gak usah bohong, kali ini perihal apa?"

"Gue bilang enggak, ya enggak."

"Biasa aja kali gak usah marah-marah, gue kan tanya baik-baik."

Kenzi tak menjawab nya lagi, diri nya memilih duduk di bangku nya saja.

"Kenapa ya akhir-akhir ini gye keinget si Azkanjing?"tanya nya pada diri sendiri.

"Masa ia si gue suka sama dia?, enggak, gue gak suka sama dia, gak sudi gue punya pacar bajingan kaya dia."

"Tapi dia selalu ada di pikiran gue, pengen rasa nya gue ketemu sama dia, terus manja-manja sama dia,"batin nya lagi sambil menelungsupkan muka nya pada lipatan tangan yang di taro di atas meja.

"Lah ngapa tuh bocah?"tanya Indra pada Cakra.

"Udah biarin aja,"jawab Cakra.

Jam istirahat pun tiba.

Kenzi yang berniat ingin pergi ke kantin pun, membatalkan niat nya, karna dirinya merasa mual, dan berakhir pergi ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi.

Kini Kenzi sedang berdiri di depan wastapel kamar mandi dan menghadap ke arah cermin.

"Muka gue pucet banget, kepala gue juga pusing, gue kenapa ya?"tanya nya pada diri sendiri.

Karna tak kuat untuk berjalan, Akhirnya Kenzi pun menlpon Bima, dan meminta Bima untuk datang ke sekolah nya.

"P-papah,"panggil Kenzi dengan nada lemas.

"Kamu kenapa Ken?"tanya Bima dengan nada khawatir.

"Ken gak tau Pah, Ken mau pulang aja."

"Ya udah kita pulang, kamu istirahat yang banyak di rumah."

Setelah mengantarkan Kenzi kerumah, Bima kembali ke kantor nya, sedangkan Kenzi, menyuruh seseorang untuk membelikan ny alat tes kehamilan, karna pikiran nya selalu tertuju pada cowok yang bisa hamil.

Ke esokan hari nya.

Terlihat Kenzi yang sedang berdiri di dalam kamar mandi, dengan menggenggam erat alat tes kehamilan dan tak lupa dengan air mata yang mengalir.

"Hiks g-gue hamil anak ba-bajingan itu,"gumam Kenzi masih tak percaya.

Setelah lama berdiam diri di dalam kamar mandi, Kenzi memutuskan untuk menyembunyikan alat itu, dan setelah nya menemui kedua orang tua tiri nya untuk sarapan.

Selesai sarapan.

Kenzi meminta pada kedua orang tua nya untuk tak sekolah, dengan alas kepala nya masih pusing dan jiga lemas, hal itu tentu di ijinkan oleh kedua orang tua nya.

Setelah kedua orang tua nya tidak ada. Kenzi pergi dari rumah itu menuju rumah Azka, karna dirinya ingin meminta tanggung jawab nya.

Sesampai nya di depan rumah milik Azka.

Kenzi langsung masuk begitu saja tanpa mempedulikan Bodyguard Azka yang melarang nya.

Saat sampai di depan ruang tamu rumah Azka, Kenzi membelalakan mata nya, saat melihat apa yang sedang Azka lakukan.

Tbc

Jangan lupa tinggalkan vote

Dendam yang salah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang