chapter 18

2.1K 161 15
                                    

Satu minggu kemudian.

Kini Kenzi masih saja di rawat di rumah sakit, walau pun sudah membaik, tapi Kinara meminta Kenzi untuk di rawat sehari lagi.

Di dalam ruangan Kenzi di rawat.

Kenzi sedang duduk sendirian di atas brangkar, tidak ada satu orang pun yang menemani nya.

"Ko selama ini gue baru nyadar, kalau perut gue ada bekas jaitan nya,"ucap Kenzi sambil mengusap-ngusap bekas jaitan yang ada di perut nya.

"Kira-kira ini bekas apa ya?, masa ia gue keguguran?, kalau ke guguran, mereka pasti bilang sama gue,"gumam nya lagi sambil bertanya-tanya.

Saat sedang sibuk dengan pikiran nya, tiba-tiba seorang Dokter datang menghampiri nya.

"Bagaimana keadaan mu sekarang?"tanya Dokter itu setelah memeriksa tubuh Kenzi.

"Sudah lebih baik Dok,"jawab Kenzi.

"Saya sarankan, jika nanti sudah sampai rumah jangan melakukan hal yang membuat mu cepat merasa lelah."

"Kenapa Dok?, saya kan udah sembuh," ucap Kenzi yang merasa aneh dengan ucapan sang Dokter.

"Apa keluargamu tidak memberi tahumu?"tanya Dokter itu.

"Memberi tahu apa Dok?, mereka gak bilang apa-apa sama saya."

"Kamu mengalami keguguran di saat usia kandunganmu masih kecil, karna kamu seorang laki-laki, jadi kandungan nya sangat lemah."

"A-apa Dok?, ke gu-guguran?"tanya Kenzi yang masih tak percaya.

"Ya, jadi keluargamu tidak memberi tahumu?"

"Tidak Dok, terima kasih telah memberi tahu ku."

"Sama-sama, kalau gitu saya permisi dulu."

Kenzi hanya menganggukan kepala nya, lalu Dokter itu pun pergi meninggalkan Kenzi sendirian.

Saat diri nya merasa sendiri, Kenzi yang tak bisa menahan perasaan sakit yang tiba-tiba itu, seketika air mata nya mengalir tanpa dirinya minta.

"Kenapa hiks?, kenapa kalian gak jujur sama gue hiks?"tanya Kenzi pada diri nya sendiri.

"Hiks jadi selama ini gue di bohongin sama kalian?, kenapa hiks?"tanya nya lagi.

Kenzi terus menangis bahkan sampai menjambak rambut nya, tanpa Kenzi sadari dirinya telah menghancurkan semua benda yang ada di dalam ruangan itu.

"E-engga hiks anak gue gak mati,"ucap nya lagi.

Kenzi yang tak sadar pun, berjalan ke arah serpihan kaca yang diri nya pecahkan, lalu menggambil salah satu yang menurutnya sangat tajam.

Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Kenzi menyakiti kedua tangan nya menggunakan kaca itu.

"Hiks maafin Papah hiks, Papah gak bisa jagain kamu,"ucap nya sambil memegangi perut nya yang rata.

Karna Kenzi memakai baju dan celana berwarna putih, membuat pakaian yang dirinya kenakan berubah menjadi warna merah akibat darah yang mengalir di kedua tangan nya.

Kenzi terus saja menyakiti diri nya, bahkan diri nya memukuli lantai ruangan itu, dengan kedua tangan yang sudah berlumuran darah.

Kenzi yang memang belum sembuh sempurna pun, kini kepala nya terasa pusing, dan berakhir tak sadarkan diri.

Azka yang tak sengaja ingin menjenguk Kenzi pun di buat terkejut saat melihat ke adaan Kenzi yang tak sadarkan diri dengan darah di mana-mana.

"Baby bangun, saya mohon jangan tinggalkan saya,"pinta Azka sambil memeluk tubuh tak sadarkan diri itu.

"Kamu boleh menghukumku dengan cara apa pun, tapi jangan menghukumku dengan cara meninggalkan ku,"ucap Azka semakin mempererat pelukan nya.

Lalu Azka memindahkan Kenzi ke atas brangkar. Saat diri nya berniat memanggil sang Dokter, tiba-tiba Kenzo datang bersama dengan kekasihnya Dirga.

"Lu apain adik gue njing?"tanya Kenzo dengan nada tinggi bahkan bersiap memukul Azka kalau saja tidak di tahan oleh Dirga.

"Tenanglah, kita tunggu penjelasan nya dulu,"pinta Dirga menenangkan Kenzo.

"Gue gak bisa tenang, adik gue pingsan dengan darah di mana-mana, pasti lu yang lakuin itu kan?, belum puas lu bunuh anak lu?, dan sekarang lu mau bunuh adik gue,"ucap Kenzo semakin emosi.

"Saya tidak melakukan hal itu, dia melukai diri nya sendiri,"ucap Azka membela diri nya.

"Gue gak percaya, pergi gak lu dari hadapan gue, gue gak mau liat muka bajingan lu."

"Saya mohon, beri saya kesempatan sekali lagi, saya benar-benar tak melakukan hal itu, tadi saya berniat menjenguk nya saja, tapi saat saya sampai di sudah seperti itu."

"Terus?, gue harus percaya sama lu, gak usah impi, gue gak bakalan percaya sama bajingan kaya lu, sekarang juga lu pergi dari sini."

Dengan berat hati, Azka pun pergi dari ruangan itu dengan perasaan sedih dan juga penyesalan nya.

Setelah Azka pergi, Dirga langsung memanggil Dokter.

"Gimana Dok?, adik saya tidak apa-apa kan?"tanya Kenzo dengan nada khawatir.

"Anda tenang saja, adik anda tidak apa-apa, dan luka nya tidak terlalu dalam,"jelas sang Dokter.

"Terima kasih Dok."

"Sama-sama."

Lalu Dokter itu pun pergi meninggalkan ruangan Kenzi.

"Dek Abang mohon jangan tinggalkan Abang, Abang gak punya siapa-siapa selain adek,"ucap Kenzo sambil menangis.

"Abang janji, Abang akan membuat Azka mendapatkan karma nya, karna udah bikin adek jadi kaya gini."

"Sudah lah, sekarang kita bersihkan ruangan ini, bentar lagi kedua orang tua mu ke sini,"ajak Dirga dan dapat anggukan kepala dari Kenzo.

Lalu mereka berdua pun membereskan ruangan itu dengan hati-hati, karna kebanyakan serpihan kaca.

Tbc

Jangan lupa tinggalkan vote.

Dendam yang salah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang