Chapter 4

13.7K 727 17
                                    

Ke wsokan hari nya.

Kenzi terbangun dari pingsan nya.

"Ahhh sialan, tubuh gue sakit semua,"ucap nya sambil berusaha untuk duduk.

"Dasar bajingan, liat aja lu, gue bakalan bales perbuatan lu, jangan lu anggap kalau gue cowok lemah, mau sekaya apapun lu, gue gak takut,"ucap nya lagi sambil mengepalkan kedua tangan nya.

Saat sedang melamun, tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamar itu, dengan pakaian yang sudah rapih, bertanda diri nya akan pergi bekerja.

"Bagaimana?, apa semalam kau menikmatinya?"tanya nya dan tak lupa dengan sedikit kekehan.

"Bacot njing, ngapain lu kesini hah?"tanya Kenzi dengan nada kesal.

"Saya hanya ingin memberikan mu makanan, karna saya tidak mau memberikan uang saya untuk jalang sepertimu,"ucap nya sambil menaro nampan yang berisi makanan untuk Kenzi.

"Gak sudi gue makan makanan dari lu, mending gue mati aja, dari pada harus makan."

"Terlalu bermimpi, saya tidak akan membiarkan mu mati dengan tenang, sebelum saya puas dengan dendam saya."

"Maksud lu apa njing, gue gak pernah bikin masalah sama lu ataupun keluarga lu ya."

"Apa kau mencoba berpura-pura?"tanya Azka sambil mencengkeram kedua pipi Kenzi menggunakan satu tangan nya.

"Denger gue baik-baik ya jalang, lu itu pembunuh, lu gak pantes hidup tenang."

"Terserah,"jawab Kenzi dan menepis tangan Azka dengan sangat kasar.

"Cepat makan, saya akan pergi kekantor, dan jangan memiliki niatan untuk kabur."

"Gue gak mau, lepasin gue bangsat."

"Makan atau saya pakai kekerasan?"

"Gue gak peduli

"Saya tidak pernah bermain-ain dengan ucapan saya,"ucap Azka sambil membuka kembali jas yang diri nya kenakan.

"Mau apa lu bangsat?"

"Sedikit bermain-main dengan jalang yang nakal ini."

"Berhenti, kalau lu berani maju, gue bakalannlempar pas bunga ini kemuka lu."

"Apa saya harus takut?"

Kenzi yang tak punya pilihan lain pun, akhirnya mengambil pas bunga yang ada di samping ranjang nya, dan langsung melemparkan nya ke arah Azka.

Pas bunga nya tepat mengenai kening Azka, karna pas bunga nya terbuat dari kaca, hal itu membuat kening Azka berdarah.

"Berani juga ternyata,"ucap Azka sambil menarik kedua kaki Kenzi, membuat Kenzi terbaring kembali.

"Ingat ini jalang, kau sekarang menjadi mainanku, jangan berani membantah pada ku."

Sebelum pergi dari ruangan itu, Azka tak lupa menampar pipi Kenzi terlebih dahulu, dan setelah nya baru keluar dari kamar itu.

"Gue harus bisa keluar dari sini bagaimana pun cara nya, tapi tunggu badan gue sehat dulu,"gumam nya.

*

*

*

*

*

Beberapa hari kemudian.

Kini Kenzi sudah lebih membaik, dan hari ini Kenzi memiliki rencana untuk kabur, walau pun dirinya tak yakin dengan rencana nya.

Perlahan Kenzi mendekat ke arah balkon kamar itu, karna diri nya berada di lantai dua, hal itu membuat Kenzi harus loncat ke bawah terlebih dahulu.

Setelah dirasa tidak ada yang berjaga di bawah, Kenzi langsung melompat ke bawah tanpa merasa takut sedikit pun.

"Kamu kira mudah lepas dari sini?"tanya seseorang yang berdiri tegap di belakang Kenzi.

Kenzi yang mengenal suara itu, hanya diam, bahkan menoleh ke belakang pun tidak.

"Apa sekarang dirimu sudah berani kabur dari saya?"tanya lagi Azka.

"Kenapa gue harus takut sama lu, lu pikir lu siapa hah?"tanya balik Kenzi dengan nada yang sangat kesal.

"Mungkin menyiksamu kembali akan membuatmu tunduk padaku,"ucap nya.

"Kalian bawa dia ke kamar saya,"perintah Azka pada bawahan nya.

"Baik Tuan,"ucap Bodyguard itu.

Kenzi sempat memberontak, karna kalah tenaga, alhasil Kenzi pun kini berada di dalam kamar Azka yang sangat gelap.

tbc

jangan lupa tinggalkan vote

100 vote aku langsung up part panjang.

Dendam yang salah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang