Delapan

118 9 0
                                    

Dina duduk di kursi studio, menunggu dengan sabar sementara rai sedang berlatih suara untuk lagu terbarunya. Setelah sibuk membuat video untuk Instagram rai dan membagikannya ke para fans, Dina akhirnya punya sedikit waktu untuk bersantai. Namun, pikirannya masih terpaku pada sesuatu yang baru saja ia lihat.

Dina membuka ponselnya lagi, menggeser ke foto gadis kecil yang mereka lihat tadi. Ia melihat wajah gadis kecil itu, lalu menoleh ke arah rai yang sedang menyanyi di ruangan sebelah, wajahnya penuh konsentrasi. Dina mengernyitkan dahi, bergumam dalam hati, “Kenapa mereka mirip sekali?”

Dina berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Mungkin ibunya fans berat rai, makanya anaknya mirip dengan rai " gumamnya lagi, mencoba mencari alasan logis. Tapi, meskipun dina mencoba untuk mengabaikan perasaan aneh itu, ada sesuatu yang terus mengganggunya. Nalurinya mengatakan ada yang lebih dari sekadar kebetulan. Sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan mudah.

Dina kembali melihat foto gadis kecil itu, matanya tak bisa lepas dari senyum manis gadis kecil bergaun merah muda itu. Ada sesuatu di balik wajah mungil itu yang memanggil-manggil hatinya, seolah ada hubungan yang lebih dalam yang belum ia pahami sepenuhnya.

"Apa yang aneh ?" pikir dina dalam hatinya. Perasaan itu semakin kuat, seolah ada potongan teka-teki yang hilang, dan ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, untuk sekarang, dia hanya bisa menyimpan keraguannya dalam diam, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkap misteri ini.

Dina kembali menatap rai, membiarkan pikirannya berkelana sejenak. "Rai tahu nggak ya calon bayinya laki-laki atau perempuan?" tanyanya dalam hati. Ada rasa penasaran yang tak tertahankan, dan ia merasa ada yang janggal. Tak lama setelah itu, Rai menyelesaikan latihannya, dan dina dengan cepat memberikan sebotol air untuknya.

Rai meneguk air itu dengan haus, mengucapkan terima kasih sambil tersenyum. "Terima kasih kak " ucapnya dengan suara yang tenang. Dina mengangguk, namun perhatiannya masih terfokus pada rai. Dalam pikirannya, dia terus mencari jawaban atas rasa ingin tahunya.

" Kak, kamu kenapa?" tanya rai, menangkap tatapan dina yang penuh tanda tanya. Dina tersentak dan menggelengkan kepala, berusaha menyembunyikan rasa ingin tahunya. Ia kemudian mengemas tasnya.

"Sudah selesai? Kita pulang yuk. Kamu butuh istirahat. Besok ada kerjaan lagi " katanya, berusaha terdengar santai. Rai hanya mengangguk setuju, dan mereka melangkah keluar dari studio bersama-sama.

Di dalam mobil, suasana sejenak hening. Namun, Dina merasa dorongan untuk bertanya semakin kuat. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan pertanyaan yang sudah berputar di kepalanya.

"Rai, bolehkah aku bertanya?" tanyanya, nada suaranya lembut. Rai menoleh, matanya bersinar penuh rasa ingin tahu. "Boleh kak " jawabnya.

Dina menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. "Saat bayimu dalam kandungan, kamu tahu nggak bayimu laki-laki atau perempuan?"

Rai, yang awalnya sedang asyik bermain dengan ponselnya, tiba-tiba terhenti. Kenangan masa lalu menyeruak dalam pikirannya, mengingat kembali saat-saat bahagia dan harapannya ketika mengandung.

"Calon bayiku perempuan kak " katanya lirih, suaranya bergetar, seolah mengungkapkan harapan dan kerinduan yang terpendam dalam hatinya.

Dina menatap rai, merasakan kesedihan yang mengalir, seakan sebuah jendela ke masa lalu terbuka di antara mereka.

Rai menatap jauh ke luar jendela mobil, seolah mencoba menjangkau masa lalu yang begitu berharga.

"Aku juga masih ingat nama yang ingin kuberikan untuk anakku, namanya rachelin " ucapnya dengan nada lembut, setiap kata mengalir penuh emosional.

zeline racheline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang