sepuluh

146 4 0
                                    

Di bawah langit sore yang cerah, rumah megah milik maharani berdiri kokoh, pancaran sinar matahari lembut menembus jendela-jendela besar, menerangi ruangan dalamnya yang elegan. Di ruang tamu yang luas, beberapa orang sedang berbincang santai, tawa dan senyuman tersirat di wajah mereka. Maharani, ibu Rai, duduk di tengah, berbincang dengan temannya. Topik percakapan mereka bukan hal sembarangan, ini tentang perjodohan yang telah diatur sejak lama.

Maharani tampak begitu antusias, matanya berbinar saat membicarakan pemuda yang akan menikahi rai. Pemuda itu bukan orang biasa, dia seorang CEO sukses, kaya raya, dan memiliki reputasi yang tak terbantahkan. Bagi maharani, sosok itu sangat pantas untuk rai. Dia sudah membayangkan betapa indahnya masa depan, saat dirinya memiliki menantu yang sukses dan memperkuat kedudukannya di kalangan sosial.

Namun, Maharani sadar, ada satu rintangan besar yang masih menghalangi rencananya, Rai. Sampai detik ini, anaknya itu masih terjebak dalam kenangan masa lalu, terus mengingat suami dan anaknya yang bagi maharani telah tiada. Maharani tahu bahwa melupakan orang yang dicintai tak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi baginya, tak ada pilihan lain. Jika ingin rai memiliki masa depan yang lebih baik maka maharani harus melakukan apapun yang diperlukan agar anaknya cepat melupakan mereka.

Dalam hatinya, Maharani telah merancang rencana. Dia akan pelan-pelan meyakinkan rai, membujuknya dengan berbagai cara, membuat anaknya memahami bahwa kehidupan harus terus berjalan. Maharani yakin, seiring berjalannya waktu, Rai akan menerima perjodohan ini dan memulai hidup baru. Ini adalah langkah yang harus dia ambil, meskipun harus mengorbankan perasaan rai untuk sementara. Maharani yakin, semua akan berakhir dengan kebahagiaan.

"Tenang saja, anak saya pasti akan menerima kamu " ujar maharani dengan penuh keyakinan, matanya menatap pemuda di depannya dengan tatapan penuh harapan. Pemuda itu mengangguk pelan, menunduk dengan wajah sedikit memerah, menahan rasa malu yang menghampiri. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan yang tumbuh dalam hatinya. Sejak pertama kali melihat wajah rai, dia langsung jatuh cinta. Rai memiliki pesona yang tak bisa diabaikan, dan setiap kali pemuda itu mengingat senyuman rai, hatinya berdebar.

Tanpa sepengetahuan rai, pemuda itu sebenarnya sudah sering hadir di acara-acara yang melibatkan dirinya. Dia sering menyelinap ke fanmeet atau duduk di antara ribuan penonton saat rai mengadakan konser, menyaksikan dengan kagum saat idola hatinya bernyanyi di atas panggung. Baginya, kehadiran rai memancarkan cahaya yang mampu menerangi sudut-sudut gelap dalam hidupnya. Setiap kali dia melihat rai di atas panggung, perasaannya semakin menguat, dan harapan untuk bisa bersama rai tumbuh semakin besar.

Maharani tahu bahwa pemuda itu sudah lama menyimpan perasaan untuk anaknya, dan itu membuatnya semakin yakin bahwa pemuda ini adalah pilihan yang tepat. Baginya, yang terpenting adalah masa depan rai terjamin, dan dengan pemuda ini, Maharani percaya bahwa kebahagiaan yang pernah hilang dari hidup rai akan segera kembali.

"Atau kalau kamu mau ke apartemennya juga boleh, saya akan memberikan alamatnya padamu, sekalian kalian bisa kenalan di sana " ujar maharani tiba-tiba, memecah suasana tenang. Pemuda itu dan ibunya langsung menoleh, kaget mendengar tawaran yang begitu cepat dan langsung. pemuda itu namanya brian, Brian menggeleng dengan tegas.

"Tidak tante" jawabnya sopan,

"Biarkan saja begini. Saya tidak mau rai jadi membenci saya karena merasa terganggu. Akan ada waktunya kami berkenalan, semuanya butuh proses."

Brian adalah pemuda yang penuh kehormatan dan rasa tanggung jawab. Meski maharani sangat mendukung perjodohan ini, dia lebih memilih untuk menjaga jarak hingga waktunya tiba. Sebagai CEO yang sukses, lulusan universitas ternama di luar negeri, dan pemilik beberapa brand terkenal, Brian memiliki reputasi yang luar biasa. Banyak keluarga yang ingin menjodohkan anak mereka dengannya. Namun, Brian selalu menjaga jarak, bukan karena sombong, tetapi karena hatinya belum pernah benar-benar terpaut pada siapa pun.

Sampai akhirnya, Brian bertemu dengan Rai. Dari pertemuan pertama, dia merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Rai menjadi cinta pertamanya, sesuatu yang tidak dia bayangkan sebelumnya, karena dia selalu menjaga hatinya dari cinta yang datang tiba-tiba. Sama seperti Rai, yang hatinya hanya pernah diberikan kepada satu orang, Rayan, Brian merasakan hal yang serupa. Dalam hati, dia tahu bahwa Rai adalah orang yang selama ini dia cari, cinta yang selama ini dia tunggu.

Brian tak ingin terburu-buru, karena dia yakin bahwa cinta sejati butuh waktu untuk tumbuh dan berakar. Meski begitu, setiap kali melihat rai dari jauh, baik di konser maupun di acara fanmeet, rasa cintanya semakin kuat, membawanya lebih dekat pada harapan bahwa suatu hari mereka akan bersama.

 Meski begitu, setiap kali melihat rai dari jauh, baik di konser maupun di acara fanmeet, rasa cintanya semakin kuat, membawanya lebih dekat pada harapan bahwa suatu hari mereka akan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian, 28 tahun

Davi, ibu Brian, 49 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davi, ibu Brian, 49 tahun.

zeline racheline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang