Tiga puluh empat

86 12 1
                                    

Hari-hari terus berlalu dengan suasana yang semakin hangat di rumah Rayan dan Rai. Setiap sudut rumah itu penuh dengan tawa dan canda, apalagi dengan kunjungan Sania dan Rani yang datang hampir setiap hari. Suasana di kota Cendrawasih begitu berbeda bagi Rai. Meski hanya di rumah saja, ia merasa bisa menjalani perannya sebagai istri dan ibu dengan lebih bebas dan tenang, tanpa ada ketakutan atau tekanan dari kehidupan di luar sana yang sering mengganggunya.

Selama berada di kota ini, Dina, managernya, juga tak pernah absen menghubungi. Hampir setiap hari, pesan atau panggilan dari Dina masuk, menanyakan kabar Rayan dan zeline dengan nada perhatian yang tulus. Rai pun merasakan kehangatan hubungan mereka yang tetap terjaga meski jarak memisahkan.

Di sela-sela kesibukan harian, Rayan dan Rai menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Mereka menikmati momen-momen sederhana bersama zeline, dari bermain di ruang keluarga hingga menemani gadis kecil itu tertawa ceria. Kehidupan di Cendrawasih memang sederhana, namun justru itulah yang membuat semuanya terasa lebih bermakna bagi mereka.

Dan aryan juga sudah sembuh total. Kesehatannya kembali pulih, dan ia bisa bangkit serta beraktivitas seperti sedia kala. Dengan semangat yang baru, Aryan kembali aktif di tokonya. Senyumnya yang cerah kembali menghiasi wajahnya saat berinteraksi dengan pelanggan dan mengatur segala sesuatu di toko.

Namun, meskipun aryan kembali ke rutinitasnya, Zeline tidak ikut serta. Gadis kecil itu lebih memilih tinggal di rumah bersama ibunya, Rai, dan tantenya, Rahma, yang juga tak kalah semangat dalam merawat dan mengasuhnya. Rahma beserta putrinya, yang senang bermain dengan zeline, menciptakan suasana hangat dan penuh kasih di rumah.

Momen-momen kecil di antara mereka menjadi penghangat hati, di mana tawa dan keceriaan si kecil zeline  dan nesya menjadi suara latar yang mengisi hari-hari mereka. Rai merasa bahagia bisa berada di rumah, dikelilingi oleh keluarga yang saling mendukung satu sama lain. Keberadaan aryan di luar sana, menjalani kehidupan normalnya, membuat rai merasa tenang, mengetahui bahwa semuanya berjalan dengan baik. 

🦋🦋

Saat ini, Rai sedang berbaring santai di kamarnya, dikelilingi kehangatan dan keceriaan putrinya, Zeline. Sementara Rahma berada di kamar lain, berusaha menidurkan putrinya yang sedikit rewel, Rai memanfaatkan momen ini untuk bersantai. Setelah sania datang menjemput bekal siang untuk rayan, Rai merasa lega. Ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dan kini bisa menikmati waktu berkualitas dengan zeline.

Dalam suasana kamar yang tenang, Rai merasa lebih bebas untuk berpakaian sesuai kenyamanan. Dengan penuh hati-hati, ia mengunci pintu kamar agar tidak terganggu. Rai mencari-cari baju tipis yang bisa membuatnya merasa nyaman saat bersantai. Ia memilih celana pendek yang nyaman, yang memberikan kebebasan gerak saat berbaring di tempat tidur.

Rai mencari baju berkancing, mengingat zeline yang suka sekali membuka kancingnya untuk menyusu. Ia tersenyum membayangkan betapa lucunya si kecil saat mengamuk meminta perhatian. Setelah menemukan baju yang tepat, Rai mengenakannya dan bersiap-siap untuk menikmati momen manis bersama zeline.

Ketika sedang berbaring sambil memeriksa akun Twitter zeline yang dibuat rayan, Rai tersenyum sendiri melihat betapa gemasnya video-video zeline yang diposting di sana. Namun, perhatiannya langsung teralihkan saat zeline menghentikan permainannya dan menatapnya dengan tatapan penuh harap.

“Adek kenapa? Sini naik,” ajak Rai sambil merentangkan tangan. Zeline segera beranjak dari mainannya, memanjat ke kasur, dan berbaring di samping Rai. Wajah mungilnya menghadap ibunya dengan penuh rasa manja, lalu ia berkata, “Ndaa, nenen.”

Rai tersenyum jahil, seketika muncul ide untuk menggodanya sedikit. “Gak ada nenen hari ini dek, susunya habis,” jawab Rai berpura-pura serius.

Zeline yang tidak menduga jawaban itu, langsung duduk dengan ekspresi bingung dan sedikit cemas. “Siapa yang habisin?” tanyanya polos dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Rai menahan tawa sambil menjawab, “Adek yang habisin. Kan tiap hari nenen terus, masa adek lupa?”

Perlahan, bibir kecil zeline mulai mengerucut, matanya mulai dipenuhi air mata. Dengan suara lirih, ia merengek, “Ndaa, Adek mau nenen…”

Melihat ekspresi putrinya yang mulai sedih, Rai segera menarik zeline dan mencium keningnya dengan lembut. “Ya ampun, Ndaa bercanda sayang. Ada kok, sini Ndaa kasih,” katanya penuh sayang.

Wajah zeline langsung ceria kembali, dan ia tersenyum puas. Momen manis itu pun berlanjut, dipenuhi tawa kecil dan kehangatan di antara ibu dan anak yang begitu dekat.

Sedang menyusui zeline, rai mengambil ponselnya, merekam zeline yang sedang menyusu dalam dekapannya lalu mengirimnya pada rayan. agar rayan tau apa yang sedang putri kecilnya lakukan sekarang.

zeline racheline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang