Malam itu terasa lebih tenang dari biasanya. Setelah percakapan mereka di balkon tadi, Renjun dan Jeno kembali masuk ke dalam rumah. Keduanya merasa hati mereka terasa sedikit lebih ringan. Saat mereka tiba di dapan kamar tamu tempat Renjun menginap ada keheningan canggung yang mengisi ruang di antara mereka.
Renjun ragu sejenak di depan pintu memandang Jeno yang berdiri di ambang pintu sambil menatapnya seolah-olah masih ingin mengatakan sesuatu. Tapi tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Jeno. Hanya ada perasaan yang seolah memenuhi ruangan rasa rindu yang membuat nyama.
Tanpa banyak bicara Jeno tiba-tiba menarik Renjun ke dalam pelukannya, memeluk erat tubuh mungil Renjun seolah takut Renjun pergi lagi. Renjun membeku sejenak namun perlahan Renjun membalas pelukan hangat itu. Renjun merasakan kehangatan yang dulu pernah begitu familiar. Jantungnya berdegup cepat tapi Renjun tidak ingin melepaskan diri dari dekapan Jeno.
"Aku... aku tidak ingin kamu pergi lagi, Renjun," bisik Jeno, suaranya terdengar serak di telinga Renjun. “Tolong, biarkan aku memperbaiki semuanya. Aku janji tidak akan menyia-nyiakanmu lagi.”
Renjun mengangguk kecil di bahu Jeno, hatinya yang dulu sempat terasa beku kini mulai mencair. “Aku di sini, Jeno. Aku tidak akan kemana-mana,” jawabnya lembut, suaranya hampir tenggelam dalam rasa hangat yang mulai memenuhi dadanya.
Tanpa banyak berpikir mereka berjalan menuju kamar tidur Jeno dimana itu adalah tempat yang pernah mereka tiduri bersama sebagai pasangan. Renjun ragu sejenak saat melihat tempat tidur yang rasanya penuh dengan kenangan mereka tapi Jeno menatap Renjun penuh harap dan mengulurkan tangannya.
“Tidur di sini, Renjun... seperti dulu,” ajak Jeno, nadanya dipenuhi permohonan. Renjun mengangguk pelan dan menerima uluran tangan Jeno kemudian mereka pun berbaring di tempat tidur itu.
Jeno melingkarkan lengannya di pinggang Renjun memeluknya erat seolah takut Renjun pergi lagj. Renjun, yang awalnya merasa canggung, perlahan menemukan ketenangan dalam pelukan hangat Jeno. Mereka berbaring saling berhadapan dan mereka bisa merasakan napas satu sama lain di udara malam yang tenang.
“Terima kasih, Renjun, karena sudah memberi aku kesempatan lagi,” bisik Jeno, suaranya penuh kejujuran dan rasa syukur. Renjun hanya tersenyum tipis, matanya sudah terasa berat karena rasa lelah yang mulai menyergap.
Malam itu untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, Jeno merasa benar-benar tenang dalam tidurnya. Ada kehangatan di sebelahnya yang selama ini Jeno rindukan kini sudah kembali. Di dalam pelukan Jeno Renjun pun merasa aman seolah seluruh beban yang pernah Renjun bawa perlahan menghilang. Mereka berdua tertidur dalam dekapan satu sama lain dan merasakan kehangatan yang membawa rasa damai ke dalam mimpi mereka.
Dan di kamar lain, Jino tidur dengan nyenyak tanpa mengetahui bahwa orang tuanya yang terpisah kini mulai menemukan kembali jalan mereka. Pagi esok masih misteri, tapi malam itu adalah malam pertama bagi mereka untuk benar-benar memulai lagi keluarga kecil mereka Jeno pun seolah engan melepaskan Sang Terkasih Dari Dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadirmu✔️
FanfictionSetiap malam, ketika kota terlelap dalam cahaya gemerlapnya, Jeno duduk sendiri di balkon apartemennya, memandangi gemintang yang berkelap-kelip di langit. Dia bertanya-tanya apakah masih ada harapan untuk memperbaiki segalanya, atau apakah keegoisa...