Chapter ini sebenarnya agak aneh semoga kalian ngga geli bacanya awokwok
Renjun terbangun di pagi hari dengan perasaan yang bercampur aduk. Tubuhnya masih sakit dan lelah, terutama di bagian bawahnya yang terasa nyeri setelah malam yang panjang bersama suaminya. Renjun mencoba untuk bangkit dari tempat tidur, tetapi rasa sakit yang menusuk membuatnya terdiam sejenak.
“Ah…” Renjun meringis pelan, tangannya reflek menyentuh pinggangnya sambil menarik napas dalam-dalam.
Baru saja dia mencoba bangkit, pintu kamar perlahan terbuka, dan Jeno masuk membawa nampan sarapan. Mata Jeno langsung tertuju pada Renjun yang tampak kesulitan bergerak. Tanpa mengatakan apa-apa, Jeno buru-buru mendekat dan meletakkan nampan di atas meja kecil di samping tempat tidur.
“Sayang kamu kenapa?” tanya Jeno dengan nada cemas. Jeno bisa melihat ekspresi menahan sakit di wajah Renjun. "Sakit ya? Maaf… aku nggak sengaja kelepasan…"
Renjun tersenyum kecil, meski masih terlihat sedikit kesakitan. “tidak apa-apa, cuma... agak nyeri Jen. Sepertinya aku memang butuh istirahat lebih lama,” gumamnya sambil mencoba terdengar tenang.
"Sayang, mulai saat ini panggil Sayang, ngga mau dipanggil Jeno" dengan wajah merajuk Jeno tidak mau jika Renjun tidak memanggilnya sayang
"Astaga, Baiklah suamiku sayang" Renjun terkekeh dengan tingkah Jeno pagi ini
Jeno segera duduk di tepi tempat tidur, menatap Renjun dengan rasa bersalah. “Sayang aku terlalu bersemangat semalam, ya? Maaf, aku tidak bermaksud bikin kamu sakit.”
Renjun menggeleng pelan. “Kamu nggak salah, sayang. Lagipula, kita sudah lama sekali tidak melakukannya, maaf Papa Jino.” Suaranya terdengar lembut dan tulus. Renjun tidak menyesali apa yang terjadi semalam.
Jeno meraih tangan Renjun dan menggenggamnya erat, memberikan kehangatan dan dukungan. “Sayang, Kalau kamu butuh apa-apa Telpon aku. Jangan bergerak terlalu banyak dulu. Aku akan urus semuanya,” kata Jeno dengan serius.
Renjun hanya tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja, Sayang. Cuma butuh istirahat sebentar.”
Jeno mengangguk dan dengan lembut menyandarkan Renjun kembali ke tempat tidur. “Istirahat aja, aku sudah siapkan sarapan buat kamu.” Jeno menaruh bantal tambahan di belakang punggung Renjun agar lebih nyaman.
Jeno membuka nampan sarapan yang ia bawa berisi roti panggang, telur dadar, dan segelas jus jeruk. Aroma makanan itu segera memenuhi kamar. Renjun tersenyum kecil melihat usaha Jeno. Ini mengingatkannya pada masa lalu, ketika Jeno sering membuatkan sarapan untuknya.
“Kamu masih ingat sarapan favoritku,” kata Renjun, tersentuh oleh perhatian Jeno.
“Bagaimana aku bisa lupa?” jawab Jeno sambil tersenyum, duduk di samping tempat tidur sambil mengambil sepotong roti untuk Renjun. “Aku mungkin banyak melakukan kesalahan dulu, tapi aku nggak akan lupa hal-hal kecil seperti ini Mama Jino.”
Renjun mengambil potongan roti itu dan mulai memakannya perlahan. Meski bagian tubuhnya masih terasa sakit, hatinya terasa hangat. Renjun tidak menyangka bisa merasakan momen-momen seperti ini lagi bersama Jeno. Seolah-olah semua kenangan indah mereka perlahan-lahan kembali, membangun fondasi yang lebih kuat dari sebelumnya.
“Terima kasih, sayang,” ucap Renjun pelan setelah beberapa saat. “Untuk semuanya. Untuk menungguku kembali.”
Jeno hanya menatap Renjun dengan lembut. “Aku yang seharusnya berterima kasih. Kamu sudah kasih aku kesempatan kedua.”
Jeno mengangkat dagu Renjun dan memberikan kecupan manis disana dengan wajah yang bersemu Renjun kembali mencium pipi dan hidung bengir suaminya
Muach😚😚
"Aku akan mandi dan pergi bekerja kalau butuh apapun hubungi aku sayang"
Cup
Setelah mencuri kecupan terakhir di bibir cintanya Jenopun mandi dan bersiap berangakat kerja dan mengantarkan sang putra ke TK
Suasana di antara mereka terasa tenang dan nyaman dipenuhi kehangatan yang lama hilang. Mereka mungkin masih harus menghadapi banyak tantangan ke depannya tapi untuk saat ini berada bersama dalam momen sederhana seperti ini sudah lebih dari cukup.
Renjun tahu, meskipun tubuhnya masih terasa sakit, hatinya mulai sembuh sembuh dari luka masa lalu yang akhirnya mulai terobati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadirmu✔️
FanfictionSetiap malam, ketika kota terlelap dalam cahaya gemerlapnya, Jeno duduk sendiri di balkon apartemennya, memandangi gemintang yang berkelap-kelip di langit. Dia bertanya-tanya apakah masih ada harapan untuk memperbaiki segalanya, atau apakah keegoisa...