Halloween [Special Chapter]

156 23 1
                                    

Malam ini Rumah Jeno dan Renjun dihias sederhana namun penuh nuansa Halloween yang khas. Lampu-lampu temaram dengan warna oranye dan ungu menghiasi setiap sudut, sementara labu-labu kecil, hiasan kelelawar, dan hantu-gantungan buatan tangan Jino terpajang di sepanjang lorong. Mereka menghabiskan satu sore penuh bersama Jino untuk menghias rumah, membiarkan putra mereka memilih tema dan dekorasi kesukaannya. Ini adalah Halloween pertama yang mereka rayakan bersama sejak bersatu kembali, dan Jino tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

"Papa! Mama! Lihat aku jadi vampir!" Jino melompat-lompat kegirangan, menunjukkan gigi plastik vampir yang membuat wajahnya terlihat lucu. Jino mengenakan jubah hitam mini yang dipilih sendiri dan riasan wajah seram yang Renjun gambar dengan hati-hati di pipinya.

Jeno tertawa melihat antusiasme anaknya, dan  lalu melirik ke arah Renjun yang tengah merapikan tanduk kecil di atas kepalanya. Renjun memilih kostum iblis dengan tanduk merah dan jubah hitam panjang, sementara Jeno memakai kostum serigala berbulu lengkap dengan telinga dan ekor yang menambah kesan liar.

"Aku terlihat keren kan, Mama Vampir?" goda Jeno sambil mengedipkan mata ke arah Renjun yang hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Kau lebih mirip serigala yang baru saja bangun tidur," balas Renjun dengan tatapan menggoda. Mereka tertawa bersama dan tawa hangat yang membuat suasana di rumah semakin nyaman dan penuh kebahagiaan.

Setelah bersiap, mereka bertiga memutuskan untuk berkeliling ke rumah rumah tetangga untuk "trick or treat." Jino sangat bersemangat mengetuk setiap pintu yang mereka lewati, dengan senyum lebar dan mengucapan "trick or treat!" dengan penuh keceriaan. Para tetangga pun terhibur melihat anak kecil yang lucu ini, dan kantong permen Jino semakin penuh dengan berbagai macam permen dan cokelat.

"Papa, Mama! Lihat, aku dapat banyak sekali permen!" seru Jino, sambil memperlihatkan kantongnya yang nyaris tumpah. Matanya berbinar melihat beraneka jenis permen yang menggiurkan.

Renjun tersenyum, merasa hangat di hatinya melihat kebahagiaan putra mereka. "Hati-hati, sayang. Jangan makan terlalu banyak permen ya, nanti gigimu sakit," kata Renjun dengan lembut sambil mengusap kepala Jino.

"Ah, tapi ini kan malam Halloween, Mama! Katanya boleh makan permen banyak-banyak!" jawab Jino dengan tawa kecil yang membuat kedua orang tuanya tersenyum.

Setelah puas berkeliling, mereka akhirnya pulang dengan hati yang penuh keceriaan dan tawa. Di rumah, Jino sibuk menghitung permen hasil perburuan malam itu di meja ruang tamu, dengan Jeno dan Renjun yang duduk bersisian mengamati dengan tatapan hangat. Setelah Jino tampak mulai kelelahan, Renjun mengantarnya ke kamar, memastikan Jino sudah sikat gigi dan memberinya pelukan sebelum tidur.

Malam semakin larut ketika Jeno dan Renjun duduk bersama di ruang tamu, menikmati coklat hangat sambil mengenang semua kenangan manis yang telah mereka lalui. Suasana yang tenang membuat mereka semakin tenggelam dalam kebahagiaan, seolah malam Halloween ini membawa berkah bagi mereka.

"Halloween kali ini benar-benar terasa sangat berbeda," ujar Renjun pelan, memecah keheningan dengan tatapan lembut ke arah Jeno.

Jeno tersenyum dan mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Renjun erat. "Iya, Jun. Karena kali ini kita merayakannya bersama-sama, sebagai keluarga. Aku bersyukur kita bisa seperti ini."

Renjun merasakan hangatnya genggaman Jeno yang terasa begitu penuh kasih dan tulus. Senyum lembut menghiasi wajahnya, Renjun membalas tatapan Jeno dengan pandangan penuh cinta. Setelah melewati banyak rintangan dan rasa sakit.

Jeno kemudian menggeser duduknya, mendekatkan wajahnya ke arah Renjun, di bawah remang lampu oranye Halloween yang menerangi ruangan, Jeno mendekatkan wajahnya pada Renjun. Bibir mereka bersatu dalam ciuman yang lembut namun penuh rasa, seolah-olah mencoba mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam. Hangatnya genggaman Jeno di tangan Renjun terasa begitu menenangkan, menciptakan suasana yang damai dan intim di antara mereka.

Ciuman itu berlangsung dengan lembut, perlahan tapi penuh cinta menghapus jarak yang pernah terbentang di antara mereka. Tangan Jeno bergerak perlahan, membelai lembut pipi Renjun, seolah ingin memastikan bahwa sosok di depannya ini nyata dan tetap bersamanya. Sementara itu, Renjun balas memejamkan mata, tenggelam dalam perasaan nyaman yang jarang ia rasakan sebelumnya.


Ketika mereka berhenti, Renjun menarik napas perlahan, mengunci pandangan dengan Jeno. Wajah mereka masih begitu dekat, dan senyum tipis menghiasi bibir Renjun, seakan tak ingin mengakhiri momen indah ini.

"Aku bersyukur kamu ada di sini, sayang," bisik Jeno, nadanya sarat dengan kejujuran dan ketulusan yang hanya dimiliki seseorang yang benar-benar mencintai.

Renjun tersenyum lembut, membalas tatapan hangat Jeno. "Aku juga bersyukur. Kamu… dan Jino adalah rumahku," jawabnya dengan suara pelan namun penuh makna, seolah-olah kata-kata itu lebih dari sekadar ungkapan melainkan janjinya untuk selalu ada bersama Jeno.

Mereka kembali berciuman, namun kali ini ciumannya terasa lebih dalam, seolah ingin saling meyakinkan satu sama lain akan perasaan yang selama ini mereka simpan.

.....

Vote!!!!

Hadirmu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang