Bab 18

171 34 0
                                    

Setelah bermain sepanjang sore di taman hari yang panjang itu akhirnya mulai berakhir. Jino sudah terlelap di kamarnya wajah polosnya terlihat begitu tenang saat si kecil Jino tertidur di bawah selimut hangat. Renjun menatap putranya sejenak, hatinya dipenuhi perasaan sayang dan lega. Momen-momen seperti ini yang Renjun rindukan selama tiga tahun terakhir. Renjun bahagia bisa melihat Jino tertidur dengan nyaman dan berada di bawah atap yang sama dengan keluarganya.

"Mimpi indah sayang"

Cup


Setelah memastikan Jino sudah tidur dengan nyaman Renjun keluar dari kamar anaknya dengan pelan berusaha tidak membuat suara. Saat Renjun menutup pintu kamar Jino, Jeno muncul dari ruang tamu menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Aku rasa aku harus pulang sekarang,” kata Renjun pelan, mencoba mengakhiri malam itu tanpa membuat situasi menjadi lebih rumit. Renjun sudah cukup bahagia bisa menghabiskan hari bersama Jino dan Jeno. Namun, saat Renjun melangkah ke arah pintu Jeno menghentikannya.

Ren, jangan pulang malam ini,” kata Jeno tiba-tiba. Suaranya rendah tapi tegas, seolah ada perasaan mendalam yang ingin ia sampaikan. “Aku ingin kamu tetap di sini. Bersama kami.”

Renjun berhenti sejenak, ragu. “Jeno, ini tidak mudah. Kita baru mulai membangun semuanya kembali. Aku tidak yakin...”

Sebelum Renjun bisa menyelesaikan kalimatnya Jeno melangkah maju dan meraih pergelangan tangannya membuat Renjun terdiam. Tatapan Jeno begitu serius, namun di baliknya ada kelembutan yang membuat Renjun merasa terombang-ambing antara logika dan perasaan.

Kamu tidak harus pulang malam ini,” ucap Jeno sekali lagi, lebih lembut. “Tolong, tetaplah di sini. Setidaknya untuk malam ini.”

Renjun menatap mata Jeno. Di sana, Renjun bisa melihat ketulusan yang jarang ia lihat sebelumnya. Mungkin Jeno benar. Mungkin Renjun juga butuh untuk tetap tinggal malam ini membiarkan dirinya merasakan kembali kehangatan yang dulu pernah mereka miliki.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Renjun akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah Jen,” ucapnya dengan suara nyaris berbisik.

Jeno tersenyum tipis, namun ada kelegaan yang jelas terlihat dari sorot matanya. Jeno menggenggam tangan Renjun, membawanya menuju kamar mereka. Ruangan itu tidak banyak berubah, seolah-olah waktu berhenti di sana, menunggu mereka untuk kembali.

Saat mereka memasuki kamar ada keheningan canggung di antara mereka. Renjun bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, sementara Jeno menutup pintu di belakang mereka dengan perlahan.

Terima kasih,” ucap Jeno pelan, mendekati Renjun dengan langkah yang hati-hati. “Terima kasih untuk tetap tinggal malam ini.”

Renjun hanya mengangguk, tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi di dalam hatinya, ada perasaan yang tumbuh, perasaan yang telah lama Renjun tekan namun kini muncul kembali.

Jeno mendekat, lalu dengan lembut menyentuh pipi Renjun, mengelusnya dengan ibu jarinya. Sentuhan itu begitu ringan, namun memiliki dampak yang begitu besar bagi Renjun. Tanpa sadar, Renjun memejamkan mata, membiarkan perasaan itu mengalir ke dalam dirinya.

Ren...,” bisik Jeno, sebelum akhirnya menundukkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Renjun.

Ciuman itu lambat dan penuh dengan emosi. Renjun merespons ciuman itu, membiarkan dirinya larut dalam perasaan yang sudah lama ia rindukan. Perlahan, mereka berdua bergerak menuju tempat tidur. Setiap sentuhan, setiap kecupan, membawa mereka lebih dekat dari sebelumnya, menghapus jarak yang sempat memisahkan mereka.

Jeno menarik Renjun ke dalam pelukannya, memberikan kehangatan yang selama ini mereka rindukan. Renjun bisa merasakan napas hangat Jeno di lehernya, sementara tangan Jeno menyusuri tubuhnya dengan lembut, membuat setiap sentuhan terasa intim dan penuh kasih sayang.

[CUT!!!! Adegannya bayangin masing masing aja😚 aku udah tobat ngga nulis welo welo lagi]


Di bawah langit malam yang sunyi, mereka menghabiskan waktu berdua, membiarkan perasaan mereka mengalir bebas tanpa ada yang menghalangi. Itu adalah awal baru bagi mereka, awal yang penuh harapan, di mana mereka berdua bisa memperbaiki apa yang pernah rusak.

Ketika malam semakin larut, Renjun terbaring di dalam dekapan hangat Jeno, merasa aman dan nyaman seperti yang yang Renjun pernah rasakan selama bertahun-tahun lalu. Jeno mencium puncak kepalanya, lalu memeluknya lebih erat.

Terimakasih sayang untuk malam ini,” bisik Jeno dengan suara serak.

Renjun tersenyum dalam gelap, hatinya dipenuhi kehangatan. Dan malam itu Renjun kembali tertidur dengan nyaman didekapan Suaminya


AWAS AJA AKU UPDATE BEBERAPA CHAPTER TAPI NGGA DI VOTE NANTI BAKAL KU ANGGURIN LAGI NI BOOK


Hadirmu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang