BAB 7: Jalan pulang

1.6K 269 3
                                    

***

"Aku akan membuatmu menjadi pelayan pribadi putraku, Killian."

Ucapan itu seketika membuat Leo terbelalak. Ia tidak menyangka tujuan aslinya akan semudah itu didapatkan. Tidak hanya dirinya, tapi Nathaniel, pria di sampingnya itu juga tampak sangat terkejut. Mulutnya tampak sedikit menganga dan kacamata yang ia gunakan terlihat sedikit melorot di salah satu sisinya.

"Y-yang mulia? Anda yakin??" tanya Nathaniel meragukan pendengarannya sendiri. Di sela itu, Leo pun mengangguk.

"Memang ini lebih mudah buatku sih, tapi masa ni orang main comot anak antah berantah buat jadi pelayannya tanpa pikir-pikir dulu. Menjadi pelayan pribadi putra semata wayangnya terlebih lagi," batin Leo cukup ragu juga.

"Anda yakin anak ini bisa mengurus tuan muda? Tampangnya tidak meyakinkan," lanjut Nathaniel. Wajahnya tampak berkerut seraya jari telunjuknya menunjuk ke arah anak laki-laki disampingnya itu.

"Heh, ampas keladi! Maksudmu tampangku nggak meyakinkan gimana, hah?? Kek kriminal gitu?!!" batin Leo mengumpat tidak terima dalam hati. Tentu ia tidak berani melontarkan kalimat protes itu secara terbuka. Ia masih memiliki akal sehat.

Sebelum menjawab, pria bermarga Heisenberg itu menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya hanya tertuju pada anak laki-laki disana, yaitu Leo. Dirinya yang di tatap seperti itu pun sedikit tersentak.

"Tidak apa-apa. Aku bisa melakukan penyelidikan belakangan. Terlebih, anak ini sudah bilang ia bisa melakukan apapun. Kalau sedikit saja aku menemukan celah, tidak akan ku biarkan." Nada suaranya semakin mendingin seiring pembicaraan. Tatapan sebelumnya seketika berubah seperti tatapan membunuh ketika mengucapkan kalimat terakhir. Membuat Leo seketika merinding.

Sontak Leo pun mengangguk. Ia tidak bisa tiba-tiba menolak padahal sudah seperti ini. Jika ia tidak ingin kepalanya melayang.

Di cerita aslinya, ayah dari Killian sang villain, Melville adalah sosok seseorang yang digambarkan tanpa hati. Ia juga digambarkan sebagai seseorang yang gila kerja dan kehormatan, serta sangat tegas. Tidak segan-segan ia memenggal kepala orang yang dirasa mengganggunya.

Karena itu, Killian pada masa kecilnya sama sekali tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah. Terlebih karena ibundanya juga sudah tiada ketika ia masih belia. Tidak sekalipun Melville mempedulikan anak semata wayangnya itu. Hal itulah yang menjadi alasan kenapa Leo merasa sangat relate dengan Killian.

"Tidak apa-apa. Setelah ini aku akan mengukir masa kecil indah dalam dirimu hingga kau tidak akan membuat kehancuran pada dunia!" Leo membulatkan tekadnya. Meski merepotkan, tapi inilah satu-satunya cara. Jika ia tidak merubah langsung sang villain, maka tidak akan ada masa depan cerah untuk dunia.

"Oh iya, aku masih harus nampar muka si villain itu kan, hampir aja lupa."

.... Yah, pokoknya selama dunia selamat dan masa depan cerah terjamin. Apapun itu akan dimaafkan.

***

Sore berganti malam, dan malam berganti pagi. Kini semua prajurit keluarga Heisenberg tengah bersiap tuk menguburkan jasad warga desa. Sedangkan Leo hanya menatap adegan itu dari kejauhan bersama dengan Melville.

Tidak ada di antara mereka berdua yang berbicara. Melville menatap lekat para prajuritnya. Seolah sedang mengawasi kinerja mereka. Sedangkan Leo sesekali menatap ke arah pria itu. Senyum tipis tanpa sengaja merekah pada wajahnya.

[BL] I've Become The Villain's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang