BAB 12: Ambisi

1.7K 283 19
                                    

***

"EH COPOT KIJANG PEYOT!!! Ah ngagetin wae!!"

Tanpa sengaja Leo mengeluarkan kata-kata latah dari mulutnya akibat terkejut. Lalu suasana seketika berubah sunyi. Anak laki-laki itu menatap ke arah wanita paruh baya yang menatapnya dengan kerutan di dahinya.

"Dasar mulut!! Ngapain pake latah si kampret?! Kan maluuuuu!!!!" batin Leo menjerit. Ingin sekali ia menghilang saja dari dunia. Tapi masih sayang nyawa karena keseruan hidupnya baru saja akan dimulai.

"Kau bilang apa tadi??" celetuk wanita paruh baya berseragam pelayan yang tidak lain adalah Gina. Ia berucap dengan nada dan ekspresi yang terkesan sedikit terganggu akan apa yang Leo latahkan barusan.

"Tidak, bukan apa-apa. Yang lebih penting, kenapa anda mencari saya?" tanya Leo seraya tersenyum canggung tuk mencoba mengalihkan pembicaraan.

Gina merasa sedikit tersinggung karena anak laki-laki itu mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi ia lebih memilih diam. Karena buat apa juga dia peduli? Itulah yang ada di pikirannya.

"Angkat pakaian tuan muda dari halaman belakang, seharusnya sudah kering," titahnya. Selesai mengatakan itu, Gina pun beranjak pergi. Lagi-lagi meninggalkan Leo tanpa dapat memberikan balasan sedikit pun. Tapi seolah tak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Sebelum Gina berjalan terlalu jauh, segera Leo berteriak.

"Kenapa saya?!!" pekiknya.

Teriakan itu seketika menghentikan langkah Gina. Ia berbalik tuk menatap ke arah Leo. Sedangkan anak itu juga menatap tajam ke arah Gina. Sama sekali tidak berniat melepaskan tatapan tajam itu. Hingga membuat Gina gelisah sendiri saat melihatnya.

"Kau adalah pelayan pribadi Killian. Sudah seharusnya bagimu untuk mengurus segala keperluannya. Termasuk mencuci pakaiannya. Memasak makanannya. Dan juga membersihkan kamarnya," jelas Gina panjang selagi berusaha mengatur suaranya agar terdengar senormal mungkin.

"Kalau sudah mengerti segera lakukan pekerjaanmu!" perintahnya kemudian hendak membalikkan tubuhnya.

"Yang benar saja ...? Kalau saya yang melakukan semua pekerjaan itu lalu apa gunanya anda dan pekerja lainnya disini??!" cecar Leo menuntut penjelasan. Tatapan tajam matanya kini dipenuhi akan kekesalan. Lalu ia berjalan mendekat ke arah Gina. Sedangkan Gina yang mendapat pertanyaan itu sontak tersenyum miring.

"Hah, tentu saja bersantai," ucapnya seraya tersenyum miring seperti tanpa beban.

"Buat apa juga kami repot-repot melayani anak yang ditinggalkan? Tidak ada keuntungannya sama sekali."

"Dan sekarang yang mulia mengirimmu kesini sebagai pelayan pribadinya. Maka itu akan semakin meringankan pekerjaan kami disini. Jadi, berjuanglah." Gina melanjutkan lalu menepuk bahu Leo. Wajahnya masih menampakkan senyum miring yang sangat mengesalkan itu.

"Atau kau mau ikut bersantai seperti kami? Boleh saja, lagi pula yang mulia tidak akan tau. Karena sudah sebegitu lupanya beliau dengan Killian malang itu," lanjutnya.

Sungguh, setelah mendengar kalimat terakhir itu emosi Leo seketika memuncak. Tanpa mempedulikan nampan berisi perkakasnya jatuh. Ia menepis tangan Gina dari bahunya. Beralih mencengkram erat pergelangan tangan wanita itu. Suara dentingan alumunium yang beradu dengan lantai keramik memenuhi lorong.

Seiring itu, Leo menatap Gina tajam. Begitu tajam hingga membuat suasana disana seketika berubah mencekam. Tubuh Gina kemudian terasa membeku. Sekujur tubuhnya bergetar dan mengeluarkan keringat dingin. Pergelangan tangan yang dicengkram erat oleh Leo terasa seolah mati rasa.

[BL] I've Become The Villain's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang