***
Suasana tegang menyelimuti atmosper di sekitar Leo dan Melville. Pria itu menatap tajam ke arah anak laki-laki di depannya itu. Sedangkan anak itu tetap melihat ke depan berusaha tidak mempedulikan tatapan pria di belakangnya.
Hingga akhirnya, ia buka suara.
"... sepertinya saya pernah tanpa sengaja menggunakan sihir ...," lirih Leo.
"Sepertinya?" sahut Melville.
"Dilingkungan saya tidak ada yang bisa menggunakan sihir. Saya juga di ajarkan bahwa penyihir itu berbahaya. Jadi saya lebih memilih diam saja ...," jelas Leo.
Ucapan Leo itu sepenuhnya benar. Tapi tidak dengan fakta bahwa dirinya pernah tanpa sengaja menggunakan sihir. Karena nyatanya, anak itu selalu mencoba-coba berbagai macam hal selama berada di dunia lain ini. Mencoba menggunakan sihir adalah salah satunya.
Mungkin karena pengaruh novel fantasi yang dirinya baca, membuat Leo–Leonhart memiliki pengetahuan yang bahkan sepertinya tidak di ketahui oleh orang di dunia itu sendiri. Jadi selama 8 tahun terakhir, alih-alih mempelajari tentang tatanan dunia, Leonhart lebih sibuk mempelajari sihir dan teknik berpedang dan bahkan memanah. Karena pikirnya, itu adalah dunia lain yanh biasa saja, bukan novel dengan alur cerita.
"Rasanya aku menyesal karena tidak menyadarinya lebih awal ...," batin Leo.
"Kalau begitu, kau ingin mempelajarinya?"
Ucapan tiba-tiba dari Melville seketika membuyarkan lamunan Leo. Anak itu sontak menolehkan kepala untuk menatapnya. Dan menemukan pria itu sedang tersenyum miring ke arahnya. Seolah dirinya baru saja memikirkan sesuatu rencana dalam benaknya.
"Belajar ... sihir?" tanya Leo. Wajahnya tampak sangat bingung kala itu.
"Ya, kau memiliki potensi, rugi jika tidak digunakan dengan benar," balas Melville. Senyuman miring di wajahnya tampak menjadi lebih lebar.
"'Pelajarilah sihir dan jadilah berguna untukku' begitu kan maksudnya? Dikira aku nggak tau kali," batin Leo.
"Tapi yahh ... tidak ada salahnya. Aku juga berniat untuk terus di keluarga Heisenberg ini kalau mau menghentikan si Killian. Jadi tidak ada ruginya juga."
"Uhm! Saya mau," seru Leo bak anak kecil yang kegirangan.
.
.
Perjalanan di lanjutkan dengan Leo yang kini duduk di kuda bersama Nathaniel. Sesuai dengan ucapan Melville sebelumnya yang mengatakan bahwa dirinya hanya membawa Leo untuk berbicara. Dan sekarang pembicaraan sudah usai maka Leo akan dilempar ke tumpangan lain, yaitu Nathaniel.
Meski awalnya Melville tampak tak setuju Leo bersama Nathaniel. Tapi karena sang ajudan begitu bersikukuh akhirnya mau tak mau Melville menyetujui meski dengan raut kesal di wajahnya.
"Kenapa dia sampai sekesal itu aku menumpang dengan ajudannya? Nathaniel juga, tidak ku sangka dia bisa membuat si Melville itu menurut."
"Leo." Suara lembut seorang pria memanggil sontak mengalihkan fokusnya.
"Lihat, kita sudah hampir sampai," lanjut Nathaniel. Tangannya menunjuk ke sisi kiri di mana terlihat keseluruhan kota dari atas bukit. Leo yang melihat itu mau tak mau merasa takjub. Karena itu kali pertamanya melihat kota dunia fantasi setelah 8 tahun hidupnya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] I've Become The Villain's Servant
FantasyLeonhart Elvis, seorang mafia yang bereinkarnasi ke dalam sebuah novel romansa yang ia baca. Dan kini ia harus menemukan cara untuk dapat menghindari ending cerita yang tragis. ================================ Note: Cerita ini hanya saya tulis atas...