BAB 10: Pelayan pribadi

1.7K 283 5
                                    

***

Plis, kalian nemu cerita ini dari mana?? Takut aku tiba-tiba bisa jadi rame begini yang baca˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚

◆◇◆◇◆◇◆◇
.

.

.

Setelah acara teriak-teriak demi meluapkan emosi selesai. Kini Leo tengah berjalan di lorong lantai dua dengan senampan makanan yang ia pegang di kedua tangannya. Ia berjalan dengan sangat hati-hati supaya sup panas itu tidak menumpahi dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya Leo tiba di depan pintu yang ia duga sebagai kamar sang tuan muda, Killian. Tanpa ragu Leo pun mengetuk pintu. Dan menunggu jawaban dari sang pemilik kamar. Tak lama setelahnya, pintu terbuka. Memperlihatkan seorang anak laki-laki yang mengintip dari sela kecil pintu. Manik emas bulat miliknya menatap polos ke arah Leo dari balik surai ungunya. Itu adalah Killian kecil.

"Nggak salah lagi, ni anak emang imut banget gilak. Bisa kena diabetes aku!!"

Leo terus berteriak dalam hati seiring anak itu yang masih menatapnya. Setelah beberapa saat, Leo pun membenahi diri. Mencoba menatap anak itu dengan segenap hati, jiwa, raga, batin, pikiran, dan perasaan.

"Selamat siang, tuan muda. Nama saya Leo Sullivan, yang akan bekerja sebagai pelayan pribadi anda mulai hari ini. Anda bisa panggil saya Leo saja untuk lebih santainya," ucap Leo penuh sopan santun. Meski jantungnya begitu berdebar-debar saat ini.

Malaikat kecil itu melebarkan pintunya. Membuat Leo kini dapat melihat keseluruhan tubuh mungil anak itu. Kemudian kepala Killian kecil terlihat sedikit ia miringkan ke samping seolah sedang kebingungan.

"Pelayan ... pribadi?" gumamnya. Wajahnya tampak begitu polos mempertanyakan hal itu.

"Astaga dragon, bahkan suaranya juga imut!!!" Leo berlutut dengan tangan kanannya terangkat selagi memegangi nampan. Sedangkan tangan kirinya mencengkram erat dadanya. Sungguh banyak drama sekali anak ini.

Leo lalu mengangkat kepalanya. Menatap tuan mudanya itu dengan pipi sedikit merona akibat berusaha menahan diri untuk tidak menggigit pipi bulatnya itu. Tidak hanya di kehidupan sebelumnya, tapi sekarang pun dia masih sangat menyukai hal-hal imut.

"Ya, pelayan pribadi. Saya adalah seseorang yang akan selalu ada di sisi anda mulai saat ini. Baik itu sebagai pelayan, teman, atau mungkin saudara. Jadi saya harap anda dapat mengandalkan saya hingga di masa depan kelak, tuan muda Killian," jelas Leo seraya tersenyum lembut. Membuat anak laki-laki di depannya itu merasakan sesuatu yang menggelitik di hatinya.

"Nah, karena sekarang sudah waktunya makan siang, ayo makan dulu," lanjut Leo.

Ia kemudian berdiri dan berjalan memasuki kamar Killian setelah dipersilahkan. Leo meletakkan nampan berisi makan itu di atas meja kaca. Lalu duduk dan meminta Killian untuk turut duduk di sampingnya.

Mendapati itu, entah mengapa Killian tampak sedikit ragu. Ia terus memainkan jari-jemarinya bahkan dari saat di depan pintu tadi. Membuat Leo kebingungan akan apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran anak itu.

Tapi setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Killian berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping Leo persis seperti yang diminta. Pemandangan itu sontak membuat Leo malingkan wajah dan menutup mulutnya dengan tangan. Lagi-lagi dirinya merasa geram akan tingkah imutnya. Padahal yang dia lakukan hanya sekedar berjalan dan duduk.

Sekali lagi, Leo mencoba membenahi diri. Dan setelah dirasa cukup, ia kemudian mengambil sendok makan dan membuat satu suapan kecil untuk tuan mudanya. Tidak lupa ia meniupnya sebelum diberikan pada Killian.

"Hm, aahh~" tutur Leo seraya tangannya mengarahkan sendok berisi sup ke arah mulut Killian. Membuat anak itu seketika tersentak. Dengan cepat Ia kemudian menjauhkan tubuhnya.

"Aku ... mau makan sendiri," ucapnya.

Tangannya terus berusaha menjauhkan sendok yang Leo pegang dari mulutnya. Dan kepalanya tak henti menggeleng setiap kali Leo membujuk tuk membiarkan dirinya menyuapi. Hingga akhinya dia menyerah dan membiarkan Killian makan sendiri.

"Padahal ku pikir aku akan bisa menyuapinya ...," batin Leo sedih.

Terlepas dari statusnya yang merupakan seorang ketua mafia dulunya. Leo-Leonhart adalah seseorang yang sangat menyukai hal-hal imut. Anak kecil terlebih lagi. Mungkin alasan terbesarnya adalah karena dirinya belum sempat memiliki anak bahkan sampai mati di usia 30 tahun.

Tidak, jangankan untuk punya anak, kekasih pun tidak ada. Terlebih Leonhart memiliki tampang yang menyeramkan dulunya. Karena itulah tidak ada yang berani mendekatinya.

Tapi berbeda dengan sekarang. Dirinya saat ini hanyalah seorang anak laki-laki biasa berusia 8 tahun. Memiliki rambut oranye, manik permata hijau, dan kulit putih. Rasanya tidak mungkin ada orang yang akan takut padanya.

"Atau mungkin ada ...?" Leo membatin. Ia memperhatikan anak laki-laki yang masih dengan tenangnya memakan makanan yang Leo berikan.

"Yah, setidaknya dia makan dengan lahap." Leo kembali membatin.

Sekian menit berlalu. Dengan Killian yang sudah hampir selesai makan. Dan mata Leo sedari tadi memperhatikan setiap sudut kamar sang majikan kecilnya itu. Di kala itulah Leo baru sadar, bahwa kamar tidur ini tidak sebaik yang di duga. Selain meja, kursi dan ranjang, semuanya berdebu.

Membuat Leo merasa geram akan kinerja pelayan di kediaman itu. Mengingat bagaimana sang kepala pelayan memperlakukannya tadi, Leo memiliki gambaran akan bagaimana perilaku setiap pelayan disana.

Akhirnya Killian pun selesai makan. Ia sedikit menarik jas hitam yang Leo kenakan. Hingga anak itu pun menoleh sebagai respon akan panggilannya. Seketika manik hijau permata miliknya dan netra emas milik Killian bertemu.

"Sudah selesai," ucapnya lirih.

Leo seketika tersenyum dan mengangguk. "Baik, anda menghabiskan semuanya, anak pintar." Kemudian tanpa sengaja, Leo meletakkan tangannya di atas kepala Killian dan mengelus surai ungu gelap itu.

"Ah, maaf. Itu sedikit kelewat batas, kan," ucap Leo gelagapan. Ia kemudian mengemasi barang-barang bekas Killian makan, dan hendak beranjak pergi dari sana secepatnya.

Ketika Leo sudah sampai di dekat pintu keluar. Tangannya yang sudah memegang kenop pintu itu terhenti. Tubuhnya kemudian berbalik tuk menghadap ke arah Killian. Sudut bibirnya terangkat dan memunculkan senyuman hangat pada wajahnya.

"Saya akan kembali lagi nanti, tuan muda," ujarnya kemudian benar-benar pergi. Meninggalkan Killian yang masih terduduk di atas sofanya pada posisi semula. Manik permata emas bulat miliknya terus menatap ke arah pintu yang telah tertutup. Perasaan-perasaan baru seolah mereka pada hatinya. Yaitu perasaan senang setelah diberi perhatian oleh seseorang untuk pertama kalinya.

[BL] I've Become The Villain's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang